Kemiripan Genetik Kalus Apical Bud Kelapa Sawit

28 abnormalitas pembungaan kelapa sawit. Karp 1995, menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perubahan genetik, yaitu sumber eksplan, pemilihan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan dan banyaknya dilakukan subkultur selama masa penggandaan sel-sel embriosomatik dan fase pemeliharaan kalus. Jones 1991 dan Paranjothy et al. 1993 menyatakan bahwa abnormalitas yang terjadi pada klon kelapa sawit disebabkan ekspresi gen yang mengalami perubahan. Abnormalitas yang ditemukan pada pembungaan klon kelapa sawit diduga kuat disebabkan oleh pemakaian 2,4-D sebagai ZPT yang ditambahkan pada media untuk menginduksi pembentukan kalus embrioid.

4.5. Kemiripan Genetik Kalus Apical Bud Kelapa Sawit

Perubahan genetik yang terjadi pada kalus apical bud kelapa sawit hasil amplifikasi dengan menggunakan primer W-15 dan OPC-08 dapat dilihat pada dendogram kemiripan genetik Gambar 4.6. Gambar 4.6. Dendrogram Kemiripan Genetik Kalus Apical Bud Kelapa Sawit Berdasarkan Primer W-15 dan OPC-08. Gambar 4.6 memperlihatkan bahwa tidak ada perlakuan yang memiliki kemiripan genetik dengan kontrol induk sebesar 100. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan genetik dari induk terhadap hasil kultur jaringan. Perlakuan A1B0, A3B1, A1B1 dan A2B2 memiliki koefisien kemiripan dengan kontrol sebesar 81. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan genetik sebesar 19. Perlakuan A2B0 memeiliki koefisien kemiripan dengan kontrol sebesar 71. Hal 0,61 0,71 0,81 0,90 1,00 Koefisien Kemiripan Kontrol A1B0 A3B1 A1B1 A2B2 A2B0 A3B0 A3B2 A1B2 A2B1 A2B0 A3B0 A3B2 A1B2 A2B1 Universitas Sumatera Utara 29 ini menunjukkan adanya perbedaan genetik sebesar 29. Perlakuan A3B0, A3B2, A1B2 dan A2B1 memiliki koefisien kemiripan dengan kontrol sebesar 61. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan genetik sebesar 39. Berdasarkan pola dendogram tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi 2,4-D yang tinggi dan lamanya subkultur berpengaruh terhadap perubahan genetik kalus apical bud kelapa sawit. Penelitian yang dilakukan Toruan-Mathius et al. 2001, melaporkan bahwa dengan analisis RAPD mampu menunjukkan perubahan genetik dalam klon yang sama untuk seluruh klon yang diuji. Universitas Sumatera Utara 30

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Konsentrasi 2,4-D terbaik untuk induksi kalus kelapa sawit yaitu A3 130 mgl 74 hari setelah tanam dan perlakuan yang optimum untuk berat basah kultur adalah A2B2 120 mgl + subkultur 5 bulan sebesar 1 g. 2. Perbedaan pola pita DNA yang diamplifikasi oleh 2 primer W-15 dan OPC- 08 menunjukkan perubahan genetik pada kultur apical bud kelapa sawit yang disebabkan oleh perlakuan konsentrasi 2,4-D dan subkultur 3,4,5 bulan.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat keragaman genetik hasil kultur kelapa sawit pada tingkat embriogenesis. Universitas Sumatera Utara