Amplifikasi DNA dengan PCR

26

4.4.2. Amplifikasi DNA dengan PCR

DNA yang didapat dari sampel memiliki kualitas yang baik, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan 2 primer RAPD W-15 dan OPC-08 Hetharie, 2010 untuk mengetahui apakah terjadi perubahan genetik dari induk terhadap hasil kultur jaringan. Profil pola pita DNA kelapa sawit hasil RAPD dengan primer W-15 dan OPC-08 dapat dilihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.5. Profil Pola Pita DNA Kalus Apical Bud Kelapa Sawit Hasil RAPD dengan A primer W-15 dan B primer OPC-08. M Marker DNA, I tanaman induk, A1B0 2,4-D 110 mgl subkultur 3 bulan, A2B0 2,4-D 120 mgl subkultur 3 bulan, A3B0, 2,4-D 130 mgl subkultur 3 bulan, A1B1 2,4-D 110 mgl subkultur 4 bulan, A2B1 2,4-D 120 mgl subkultur 4 bulan, A3B1 2,4-D 130 mgl subkultur a 500 bp 750 bp 1000 bp 1500 bp 2000 bp M I A1B0 A2B0 A3B0 A1B1 A2B1 A3B1 A1B2 A2B2 A3B2 Subkultur 3 bulan Subkultur 4 bulan Subkultur 5 bulan A M I A1B0 A2B0 A3B0 A1B1 A2B1 A3B1 A1B2 A2B2 A3B2 B Subkultur 3 bulan Subkultur 4 bulan Subkultur 5 bulan 250 bp 500 bp 1000 bp Universitas Sumatera Utara 27 4 bulan, A1B2 2,4-D 110 mgl subkultur 5 bulan, A2B2 2,4-D 120 mgl subkultur 5 bulan, A3B2 2,4-D 130 mgl subkultur 5 bulan, Pengurangan atau penambahan jumlah pita dengan pita tanaman induk. Gambar 4.5 A. menunjukkan bahwa amplifikasi DNA dengan primer W-15 menghasilkan 9 pita, ada 2 pita yang berukuran sekitar 500 bp dan 600 bp yang muncul pada tanaman kontrol induk namun tidak ada pada perlakuan A3B0 2,4-D 130 mgl subkultur 3 bulan, A1B2 2,4-D 110 mgl subkultur 5 bulan dan A3B2 2,4-D 130 mgl subkultur 5 bulan. Ada penambahan 2 pita yang berukuran sekitar 1500 bp dan 1750 bp yang muncul pada perlakuan A2B0 2,4-D 120 mgl subkultur 3 bulan namun tidak ada pada tanaman induk. Ada penambahan 1 pita yang berukuran sekitar 400 bp yang muncul pada perlakuan A2B2 2,4-D 120 mgl subkultur 5 bulan namun tidak terdapat pada tanaman induk tanda panah pada Gambar 4.5. A. Hasil yang sama ditunjukkan oleh amplifikasi DNA dengan primer OPC-08 yang menghasilkan 6 pita, ada 2 pita yang berukuran sekitar 400 bp dan 500 bp yang ada pada tanaman induk kontrol tetapi tidak terdapat pada semua perlakuan. Namun ada penambahan 2 pita yang berukuran sekitar 1000 bp dan 1250 bp yang muncul pada perlakuan A1B1 2,4-D 110 mgl subkultur 4 bulan dan A1B2 2,4-D 110 mgl subkultur 5 bulan yang tidak dimiliki oleh tanaman induk. tanda panah pada Gambar 4.5 B. Perbedaan pola pita DNA tersebut menunjukkan telah terjadi perbedaan penempelan primer RAPD yang mengindikasikan telah terjadi perubahan sekuens DNA. Perubahan sekuens DNA tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan genetik. Perubahan genetik tersebut mungkin disebabkan karena penambahan 2,4-D dengan konsentrasi yang tinggi dan subkultur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jones 1991 yang menyatakan komposisi zat pengatur tumbuh serta medium dan lamanya interval subkultur sangat mempengaruhi perubahan genetik. Pada kelapa sawit, kemungkinan pemberian auksin khususnya 2,4-D dalam konsentrasi sangat tinggi 80-100 ppm menyebabkan aberasi kromosom karena 2,4-D dalam konsentrasi tinggi aktivitasnya seperti herbisida Hetharie, 2010. Menurut Euwens et al. 2002, lamanya subkultur yang dilakukan selama masa pengkulturan kalus kelapa sawit mempunyai kecendrungan meningkatkan Universitas Sumatera Utara 28 abnormalitas pembungaan kelapa sawit. Karp 1995, menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perubahan genetik, yaitu sumber eksplan, pemilihan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan dan banyaknya dilakukan subkultur selama masa penggandaan sel-sel embriosomatik dan fase pemeliharaan kalus. Jones 1991 dan Paranjothy et al. 1993 menyatakan bahwa abnormalitas yang terjadi pada klon kelapa sawit disebabkan ekspresi gen yang mengalami perubahan. Abnormalitas yang ditemukan pada pembungaan klon kelapa sawit diduga kuat disebabkan oleh pemakaian 2,4-D sebagai ZPT yang ditambahkan pada media untuk menginduksi pembentukan kalus embrioid.

4.5. Kemiripan Genetik Kalus Apical Bud Kelapa Sawit