19
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Waktu Terbentuk Kalus
Berdasarkan hasil penelitian, waktu terbentuknya kalus mulai terjadi pada 74 hari setelah tanam HST, data pengamatan waktu terbentuknya kalus dapat dilihat
pada Lampiran 3. Kalus muncul pada bagian tepi eksplan Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Kalus Kelapa Sawit Elaeis guineensis Jacq, a: Eksplan, b: Kalus, c: Media.
Berdasarkan Gambar 4.1. dapat dilihat bahwa kalus muncul dari tepi eksplan. Eksplan pada media induksi mengalami pembengkakan pada hari ke-7
setelah tanam sampai hari ke-30. Hal ini terjadi karena eksplan menyerap air dari media imbibisi sebagai tahap awal pertumbuhan, akibatnya sel-sel nya
membesar. Pada tahap tersebut terbentuk kalus, karena eksplan berada pada fase lag yaitu fase adaptasi dengan media. Kalus mulai terbentuk pada hari ke-74
setelah tanam, yang ditandai dengan adanya tonjolan-tonjolan berwarna keputihan pada bagian bekas luka. Hal ini sesuai dengan pendapat Meagher Green 2002,
yang menyatakan bahwa induksi kalus diawali dengan penebalan eksplan pada bagian potongan dan daerah yang mengalami pelukaan. Penebalan tersebut
merupakan interaksi eksplan dengan media tumbuh, zat pengatur tumbuh sehingga ekplan bertambah besar. Menurut Soeryowinoto, 1996, timbulnya
kalus merupakan aktivitas sel-sel di bagian eksplan yang terluka dengan sel-
1 cm
c b
a
Universitas Sumatera Utara
20 selnya menjadi meristematik lagi. Luka yang dialami jaringan atau sel tumbuhan
akan mengaktivasi mekanisme pertahanan diri tumbuhan baik secara lokal maupun sistemik dalam bentuk perubahan arah jalur metabolisme dan
menginduksi ekspresi gen-gen tertentu. Zat pengatur tumbuh dari kelompok auksin seperti 2,4-D sangat dibutuhkan untuk induksi kalus. Selain itu, auksin
juga dapat menyebabkan sel yang telah terdiferensiasi mampu mengalami dediferensiasi Hopkins, 1995.
Berdasarkan uji statistik, pemberian 2,4-D dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh terhadap waktu terbentuknya kalus. Perlakuan
tanpa ZPT 0 mgL tidak dapat menginduksi kalus. Hubungan rata-rata waktu terbentuknya kalus dengan perlakuan zat pengatur tumbuh 2,4- D dapat dilihat
pada Gambar 4.2.
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berbeda nyata pada uji Duncan.
Gambar 4.2. Hubungan Rata-rata Waktu Terbentuknya Kalus dengan Perlakuan Zat Pengatur Tumbuh 2,4-D.
Eksplan yang ditumbuhkan pada media tanpa ZPT 0 mgL hanya mengalami pembengkakan. Hal ini diduga karena komponen yang terdapat dalam media
belum mampu menginduksi pembentukan kalus serta kurangnya suplai hormon endogen yang ada dalam eksplan. Eksplan dalam pertumbuhannya hanya dipacu
oleh sukrosa, makronutrien, mikronutrien, dan vitamin yang terlarut dalam media dan hormon endogen. Semakin tinggi konsentrasi 2,4-D yang digunakan maka
semakin cepat menginduksi kalus. Konsentrasi 2,4-D 130 mgl merupakan perlakuan yang paling cepat menginduksi kalus yaitu pada 74 HST dan perlakuan
Universitas Sumatera Utara
21 2,4-D 120 mgl menginduksi kalus pada 81 HST, sedangkan perlakuan 2,4-D 110
mgl menginduksi kalus pada 91 HST. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Thuzar et al. 2012 yang menyatakan induksi kalus primer dari
eksplan daun kelapa sawit pada media N6 muncul setelah 60 sampai 120 hari setelah tanam.Yelnitis Komar 2010 dalam penelitiannya menyatakan induksi
kalus dipengaruhi oleh konsentrasi 2,4-D yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi 2,4-D yang digunakan, induksi kalus semakin cepat terjadi. Pada
perlakuan tanpa 2,4-D eksplan hanya memperlihatkan penebalan dan tidak berkembang menjadi kalus walaupun dikulturkan dalam jangka waktu yang lama.
Menurut George Sherrington 1984, hormon 2,4-D adalah golongan auksin yang sangat baik untuk memacu pertumbuhan kalus. Rice et al. 1992,
mengatakan bahwa peran auksin yang pertama dalam propagasi in vitro adalah merangsang pembelahan dan pembesaran sel yang terdapat pada pucuk tanaman,
dan menyebabkan terbentuknya pucuk baru. Menurut Poonsapaya et al. 1989, penambahan auksin ke dalam media kultur dapat meningkatkan konsentrasi ZPT
endogen di dalam sel menjadi faktor pemicu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan.
4.2. Warna Kalus