18 c.
Berat basah kalus g Berat basah kalus diamati setiap akhir perlakuan subkultur.
d. Pita Polimorfik DNA
DNA hasil PCR diterjemahkan kedalam data biner berdasarkan ada tidaknya pita,  dengan  ketentuan  nilai  0  nol  untuk  tidak  ada  pita,  dan  nilai  1  satu
untuk  adanya      pita  pada  suatu  posisi  yang  sama  dari  setiap  individu  yang dibandingkan. Cara pemberian nilai dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Pola Terjemahan Pita DNA.
3.5. Analisis Data
Data  yang  diperoleh  selanjutnya  dianalisis  dengan  uji  F  pada  taraf  5.  Jika perlakuan  berpengaruh  nyata  maka  dilanjutkan  dengan  Duncan’s  DMRT  pada
taraf 5. Data biner pita DNA diproses dengan bantuan software NTSYS Rohlf, 2000
sehingga dihasilkan
pohon dendogram
kesamaan genetik.
1 2
3 4
5 6
7 No
A       B     C       D      E 1     0   0    1    1  0
2     1   0    0    1  1 3     1   1    0    0  0
4     1   0    1    0  0 5     0   1    1    1  0
6     1   0    1    0  1 7     0   0    0    1  0
No A  B   C   D  E
Diterjemahkan menjadi
Universitas Sumatera Utara
19
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Waktu Terbentuk Kalus
Berdasarkan hasil penelitian, waktu terbentuknya kalus mulai terjadi pada 74 hari setelah  tanam  HST,  data  pengamatan  waktu  terbentuknya  kalus  dapat  dilihat
pada Lampiran 3.  Kalus muncul pada bagian tepi eksplan Gambar 4.1.
Gambar 4.1.  Kalus  Kelapa  Sawit  Elaeis  guineensis  Jacq,  a:  Eksplan,  b: Kalus, c: Media.
Berdasarkan  Gambar  4.1.  dapat  dilihat  bahwa  kalus  muncul  dari  tepi eksplan.  Eksplan  pada  media  induksi  mengalami  pembengkakan  pada  hari  ke-7
setelah  tanam sampai hari ke-30. Hal ini terjadi karena eksplan menyerap air dari media  imbibisi  sebagai  tahap  awal  pertumbuhan,  akibatnya  sel-sel  nya
membesar. Pada tahap tersebut  terbentuk  kalus,  karena eksplan berada pada fase lag  yaitu  fase  adaptasi  dengan    media.  Kalus  mulai  terbentuk  pada  hari  ke-74
setelah tanam, yang ditandai dengan adanya tonjolan-tonjolan berwarna keputihan pada bagian bekas luka. Hal ini sesuai dengan pendapat Meagher  Green 2002,
yang  menyatakan  bahwa  induksi  kalus  diawali  dengan  penebalan  eksplan  pada bagian  potongan  dan  daerah    yang  mengalami  pelukaan.  Penebalan  tersebut
merupakan  interaksi  eksplan  dengan  media  tumbuh,  zat  pengatur  tumbuh sehingga  ekplan  bertambah  besar.  Menurut  Soeryowinoto,  1996,    timbulnya
kalus  merupakan  aktivitas  sel-sel  di  bagian  eksplan  yang  terluka  dengan  sel-
1 cm
c b
a
Universitas Sumatera Utara