d. Pembelajaran IPS di SD
IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah Sapriya, 2015:7. Untuk jenjang
SDMI, pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu, artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu
pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata peserta didik sesuai denga karakteristik usia, tingkat perkembangan
berpikir, kebiasaan bersikap dan berperilaku. Materi pelajaran IPS di SD belum mencakup dan mengakomodasi seluruh disiplin ilmu social. Namun ada
ketentuan bahwa melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung
jawab serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap
kondisi social masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis Sapriya, 2015:194.
Dalam mempelajari IPS terdapat ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a manusia, tempat, dan lingkungan, b
waktu, keberlanjutan, dan perubahan, c sistem sosial dan budaya, d perilaku ekonomi dan kesejahteraan Permendiknas No 22 tahun 2006.
Jadi, pembelajaran IPS di SD meliputi segala aspek tentang manusia, tempat, lingkungan, waktu yang mengkaji juga tentang sosial budaya dan
perilaku ekonomi.
2.2 Kajian Empiris
Beberapa penelitian relevan yang membahas tentang penguasaan keterampilan bertanya guru antara lain :
Penelitian pertama adalah penelitian dari Martianty Nalole. 2010. Kemampuan Guru Menerapkan Ketrampilan Bertanya Pada Pembelajaran
Matematika Di Kelas IV SDN No. 64 Kota Timur Kota Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru dalam keterampilan bertanya pada mata
pelajaran Matematika di kelas IV SDN No. 64 Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo sudah dilaksanakan akan tetapi masih ada komponen-komponen yang
belum dilaksanakan antara lain penyebaran, pemberian tuntunan dan penggunaan pertanyaan pelacak dengan berbagai teknik. Untuk keberhasilan dalam proses
belajar mengajar maka bagi seorang guru seharusnya dapat memahami komponen-komponen yang ada dalam keterampilan bertanya, sehingga dengan
demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai. Jurnal Universitas Gorontalo Penelitian kedua dilakukan oleh Mansur HR. 2015. Teknik Bertanya
Dalam Pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di beberapa sekolah masih banyak guru yang belum memahami secara utuh keterampilan dasar
mengajar. Kelemahan guru antara lain nampak pada keterampilan atau teknik bertanya yang masih kurang. Hal ini terlihat tatkala guru bertanya kepada
siswanya, namun guru tersebut yang menjawab sendiri pertanyaannya. Terkadang pula pertanyaan guru dijawab serempak oleh siswa sehingga sulit diidentifikasi
siswa yang mana yang menjawab dengan benar pertanyaan tersebut. Sering pula terjadi guru menunjuk terlebih dahulu siswa yang akan ditanya sebelum
menyampaikan pertanyaannya, sehingga membuat siswa kaget dan bingung karena belum tahu apa yang akan ditanyakan oleh gurunya. Kelemahan lainnya
adalah guru mengulang jawaban siswanya. Teknik bertanya dalam pembelajaran merupakan salah satu unsur dalam ranah kompetensi pedagogik yang harus
dipahami oleh guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di kelas. Demi terciptanya pembelajaran produktif dan efektif, guru harus mampu menerapkan
teknik bertanya yang tepat. Penerapan teknik bertanya yang tepat, akan berdampak
pada terciptanya
pembelajaran yang
interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, dan kreativitas. Dengan demikian
pembelajaran akan lebih produktif dan efektif. Penelitian ketiga dilakukan oleh Ermasari Gandhi. 2014. Kemampuan
Bertanya Guru IPA Dalam Pengelolaan Pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan bertanya guru masih rendah. Hal ini
ditunjukkan oleh pertanyaan yang diajukan guru didominasi pertanyaan kognitif tingkat rendah serta teknik bertanya guru yang kurang efektif. Teknik penyebaran
pertanyaan yang dilakukan guru, yaitu menunjuk siswa yang mengangkat tangan menunjuk sukarelawan, menunjuk siswa yang tidak mengangkat tangan
menunjuk siswa secara acak, menunjuk siswa sebelum mengajukan pertanyaan, membiarkan salah satu siswa secara spontan menjawab pertanyaan, membiarkan
beberapaseluruh siswa menjawab pertanyaan secara serempak. Pemberian tanggapan yang teramati dalam penelitian ini, yaitu pemberian tanggapan positif
berupa pujian bagi siswa yang menjawab dengan benar, menerima semua jawaban
siswa dengan sikap diam, mengulangi jawaban siswa, mengalihkan pertanyaan ke siswa lain, menggunakan jawaban siswa untuk melanjutkan pertanyaan.
Kebiasaan guru yang mengganggu diskusi yang teramati dalam penelitian ini adalah mengulang pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, menjawab
pertanyaan sendiri dan meminta siswa membaca buku saat siswa tidak bisa menjawab pertanyaan. Hambatan yang dialami oleh guru dalam mengajukan
pertanyaan, yaitu pemahaman guru tentang jenis-jenis pertanyaan masih rendah, guru tidak merencanakan pertanyaan yang akan diajukannya, belum mendapatkan
pelatihan khusus tentang keterampilan bertanya secara optimal, dan kesadaran guru akan hambatan yang dihadapi dari dalam dirinya sendiri dalam mengajukan
pertanyaan sangat kurang. Usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan yang dialaminya dalam mengajukan pertanyaan masih sangat kurang
signifikan yaitu menekankan pada siswa agar menyiapkan diri dalam mengikuti pelajaran. Universitas Pendidikan Ganesha.
2.3 Kerangka Berfikir