Karakteristik Siswa SD PELAKSANAAN KETERAMPILAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV DI SD GUGUS PLANGKAWATI KOTA SEMARANG

2 Perbedaan intelektual Intelektual merupakan salah satu aspek yang selalu aktual untuk dibicarakan dalam dunia pendidikan keaktualan ini dikarenakan intelegensi adalah unsur yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar anak didik. 3 Perbedaan psikologis Di sekolah perbedaan aspek psikologis ini tak dapat dihindari, disebabkan pembawaan dan lingkungan anak didik yang berlainan antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan memahami peserta didik dengan baik, diharapkan guru dapat memberikan layanan pendidikan yang tepat dan bermanfaat bagi masing- masing peserta didik.

b. Karakteristik Siswa SD

Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik. Anak SD merupakan anak dengan katagori banyak mengalami perubahan yang sangat drastis baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara 6-12 tahun memiliki berbagai jenis perkembangan, yaitu: 1 perkembangan fisik, 2 perkembangan intelektual, dan 3 perkembangan moral. Secara rinci, Uno 2015:262 menjabarkan tiga perkembangan tersebut: 1 Perkembangan Fisik Untuk melihat perbedaan perkembangan fisik anak usia SD, secara factual dapat diteliti pada waktu anak berbaris masuk kelas. Pada barisan tersebut, secara individual terlihat ada anak yang tinggi, rendah, kurus, dan gemuk pada usia yang relative sama. Pada usia 10 tahun, anak perempuan rata-rata lebih tinggi dan lebih berat daripada anak laki-laki. Namun setelah usia 12 atau 13 tahun, anak laki-laki menyusul bahkan lebih berat dan lebih tinggi daripada anak perempuan. Tunner dalam Uno, 2015:262 berpendapat bahwa pertumbuhan rata-rata anak usia 7 tahun tidak jauh berbeda dengan anak usia 9 tahun. Factor lingkungan mempunyai peranan dalam mempertajam perbedaan individu anak. Kondisi anak dapat berbeda karena selain penyakit faktor bawaan, juga karena kondisi lingkungan sekolah dan kelas. Kondisi lingkungan sekolah yang nyaman, asri, kelas yang terang dan bersih akan mempengaruhi kondisi kesehatan siswa Uno, 2015:267. Dari berbagai penjelasan diatas, seorang guru harus menyadari perbedaan-perbadaan pada aspek fisik setiap siswanya. Selain itu guru juga harus mengetahui bahwa perbedaan tersebut bisa saja sewaktu-waktu mengalami perubahan karena pengaruh berbagai factor. 2 Perkembangan Intelektual Uno 2015:265 menjelaskan bahwa seorang anak pada umumnya memasuki jenjang pendidikan SD pada usia 6 tahun, dimana diperkirakan sudah siap menerima pelajaran dan dapat mengalami kemajuan belajarsecara teratur dalam tugas sekolah. Walaupun demikian, ada siswa yang pada usia tersebut belum mampu mengikuti pelajaran yang diberikan secara teratur dan kadang-kadang ketidakmampuan siswa yang keluar dalam bentuk tidak bisa mengerjakan tugas sekolah, dianggap sebagai kemalasan oleh guru. Seperti halnya perbedaan pada perkembangan fisik anak, pada tahap operasi konkret menurut Piaget dalam Uno, 2015:265, anak-anak dapat berpikir logis tentang suatu hal. Walaupun demikian, kadar dan cara anak untuk berpikir logis terhadap sesuatu aka nada perbedaan. Perbedaan yang ada tersebut disebabkan juga oleh berbagai factor. Seorang guru yang mengajar di kelas I SD hanya dengan ceramah dalam menerangkan konsep pertambahan pada matematika, tidak akan membuat siswa berkembang secara maksimal. Lain halnya jika guru menggunakan berbagai benda konkret sebagai media untuk menyampaikan materi, anak lebih cepat mengerti Uno, 2015:265. 3 Perkembangan Moral Perbedaan yang dapat terjadi pada aspek perkembangan moral individu banyak tergantung dari lingkungan, bukan bawaan lahir. Lingkungan keluarga, teman sebaya, sekolah atau guru membuat perbedaan pada perkembangan moral anak. Contoh perbuatan baik yang diberikan orang tua dan guru akan dengan cepat ditiru anak usia SD seperti apa adanya. Menurut Piaget dalam Uno, 2015:266 konsep anak mengenai moralitas berkembang pada dua tahap utama yang sejajar dengan tahap- tahap praoperasional. Tahap pertama, hambatan moralitas bercirikan kelakuan, penyesuaian yang sederhana. Para remaja melihat sesuatu seperti hitam dan putih tidak kelabu, jadi cukup tegas karena mereka egosentrik. Mereka berpendapat bahwa peraturan tidak dapat berubah, sehingga perilaku seseorang dapat betul atau salah. Sekalipun demikian, anak-anak juga seringkali tidak menurut atau taat pada peraturan, mereka curiga satu sama lain. Tahap kedua, moralitas kerja sama bercirikan moral yang fleksibel. Anak-anak yang telah matang banyak bergaul dengan teman sebaya maupun dengan orang dewasa, mereka kurang bersifat egosentrik. Mereka berpendapat luas yang sering bertentangan dengan yang terdapat di rumah. Mereka berpdendapat bahwa tidak ada sesuatu yang tidak dapat diubah. Karena peraturan dibuat oleh orang, maka peraturan itu juga dapat diubah oleh orang lain sesuai kebutuhan. Mereka selalu mencari sesuatu di belakang tindakan dan apabila terjadi pelanggaran hukuman harus diterapkan dengan tepat. Mere dapat merumuskan kode moralitasnya sendiri.

c. Respon Siswa Terhadap Keterampilan Bertanya Guru