HUBUNGAN TES MEMBACA BERDASARKAN STANDAR PIRLS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PADA SISWA KELAS 4 GUGUS PLANGKAWATI SEMARANG

(1)

GUGUS PLANGKAWATI SEMARANG

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

MELISA INDRIYANTI 1401412449

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016


(2)

ii Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Melisa Indriyanti

NIM : 1401412449

Jurusan/Fakultas : PGSD/Fakultas Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Hubungan Tes membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap kemampuan membaca pada siswa kelas 4 Gugus Plangkawati Semarang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, bukan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2016 Peneliti,

Melisa Indriyanti NIM 1401412449


(3)

iii

PIRLS terhadap Kemampuan Membaca Pada Siswa Kelas 4 Gugus Plangkawati Semarang‖ telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Rabu

tanggal : 3 Agustus 2016

Semarang, 11 Juli 2016 Menyetujui,

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Nugraheti Sismulyasih Sb., S.Pd., M.Pd. Umar Samadhy, M.Pd.

NIP 198505292009122005 NIP 195604031982031003

Mengetahui, Ketua Jurusan PGSD

Drs. Isa Ansori, M.Pd. NIP 196008201987031003


(4)

iv

Skripsi dengan judul ―Hubungan Tes Membaca Berdasarkan Standar PIRLS terhadap Kemampuan Membaca Pada Siswa Kelas 4 Gugus Plangkawati Semarang‖ telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Rabu

tanggal : 3 Agustus 2016

Panitia Ujian Skripsi

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd. Drs. Isa Ansori, M.Pd.

NIP 195604271986031001 NIP 196008201987031003

Penguji Utama

Drs. Mujiyono, M.Pd. NIP 195306061981031003

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Nugraheti Sismulyasih Sb., S.Pd., M.Pd. Umar Samadhy, M.Pd.


(5)

v

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (Q.S.

Al-‗Alaq:1).

2. Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas (Mohammad Hatta).

Persembahan

Skripsi ini, saya persembahkan untuk:

Ibu dan bapak yang selalu berdoa dan berusaha yang terbaik untuk anak-anaknya. Adikku, yang tahun ini menyelesaikan pendidikannya.


(6)

vi

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi

dengan judul ―Hubungan Tes Membaca Berdasarkan Standar PIRLS terhadap Kemampuan Membaca Pada Siswa Kelas 4 Gugus Plangkawati‖ dapat diselesaikan dengan baik. Peneliti mengucapkan terima kasih kepda semua pihak yang terlibat, khususnya kepada para pembimbing dan pihak-pihak sebagai berikut.

1. Prof. Dr. Fathur rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Mujiyono, M.Pd., Penguji Utama.

5. Nugraheti Sismulyasih Sb., S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing 1. 6. Umar Samadhy, M.Pd., Dosen Pembimbing 2.

7. Sudariyanto Gagarin, S.Pd., M.Si., Kepala SDN Pudakpayung 01 dan seluruh siswa-siswi.

8. Toriyah, S.Pd., M.Si., Kepala SDN Pudakpayung 02 dan seluruh siswa-siswi.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, Juli 2016 Peneliti


(7)

vii

Plangkawati Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Nugraheti Sismulyasih Sb., S.Pd., M.Pd., Pembimbing Utama dan Umar Samadhy, M.Pd., Pembimbing Pendamping.

Penelitian ini di latarbelakangi oleh rendahnya kemampuan membaca siswa kelas 4 SD. Hal ini disebabkan karena siswa kesulitan memahami teks bacaan. Selain itu, guru jarang memberikan tes berupa teks bacaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tes membaca berdasarkan standar PIRLS kemampuan membaca pada siswa kelas 4 SD Gugus Plangkawati Semarang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD di gugus Plangkawati Semarang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 136 siswa yang terdiri dari siswa kelas 4 SDN Pudakpayung 01 dan SDN Pudakpayung 02. Pengumpulan data dilakukan dengan tes, kuesioner, dokumentasi.

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa mayoritas siswa memperoleh nilai antara 21-40 dan 41-60 dengan rata-rata nilai tes membaca sebesar 40,6. Sedangkan kemampuan membacanya sebesar 33-59 kata per menit, dengan rata-rata kemampuan membacanya adalah 49 kata per menit. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis korelasi sederhana. Hasil penelitian ini adalah tes membaca berdasarkan standar PIRLS berhubungan positif dan signifikan dengan kemampuan membaca pada siswa kelas 4 Gugus Plangkawati dengan r sebesar 0,860. Tes membaca berdasarkan standar PIRLS berpengaruh terhadap kemampuan membaca sebesar 73,96% dan sisanya 26,04% dipengaruhi faktor lain.


(8)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ... 9

1.3 TUJUAN ... 9

1.4 MANFAAT ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1 KAJIAN TEORI ... 12

2.1.1 Pengertian Membaca ... 12

2.1.2 Tujuan Membaca ... 14

2.1.3 Kemampuan Membaca... 16

2.1.4 PIRLS ... 17


(9)

ix

BAB III METODE PENELITIAN... 28

3.1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN ... 28

3.2 PROSEDUR PENELITIAN ... 29

3.3 SUBYEK, LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ... 30

3.4 POPULASI DAN SAMPEL ... 30

3.4.1 Populasi ... 30

3.4.2 Sampel ... 30

3.5 VARIABEL PENELITIAN ... 31

3.6 TEKNIK PENGUMPUAN DATA ... 32

3.6.1 Kuesioner ... 32

3.6.2 Tes ... 33

3.6.3 Dokumentasi ... 34

3.7 PENGUJIAN INSTRUMEN ... 34

3.7.1 Validitas ... 34

3.7.2 Reliabilitas ... 37

3.7.3 Uji Taraf Kesukaran Soal ... 39

3.7.4 Daya Pembeda ... 41

3.8 ANALISIS DATA ... 43

3.8.1 Analisis Data Awal ... 43

3.8.1.1 Uji Normalitas Data ... 43

3.8.1.2 Uji Homogenitas ... 44


(10)

x

5.8.2.2 Uji Signifikasi ... 46

5.8.2.3 Uji Koefisien Determinasi... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1 HASIL PENELITIAN ... 48

4.1.1 Gambaran Pelaksanaan Penelitian ... 48

4.1.2 Pelaksanaan Tes Membaca Berdasarkan Standar PIRLS ... 49

4.1.3 Kemampuan Membaca Siswa Kelas 4 ... 61

4.1.4 Uji Analisis Data ... 67

4.1.4.1 Uji Normalitas ... 67

4.1.4.2 Uji Homogenitas ... 68

4.1.5 Uji Hipotesis ... 69

4.1.5.1 Uji Korelasi Product Moment ... 69

4.1.5.2 Uji signifikasi ... 70

4.1.5.3 Uji koefisien determinasi ... 71

4.2 PEMBAHASAN ... 72

BAB V PENUTUP ... 76

5.1 SIMPULAN ... 76

5.2 SARAN ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(11)

xi

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas 4 Gugus Plangkawati ... 30

Tabel 3.2 Kriteria Validitas Soal ... 36

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas ... 36

Tabel 3.4 Hasil Validitas Angket Siswa ... 37

Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas Soal ... 38

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal ... 40

Tabel 3.7 Pengelompokan Daya Beda ... 42

Tabel 3.8 Tingkat Keeratan Hubungan Varibel X dan Variabel Y ... 45

Tabel 4.1 Jumlah Siswa ... 48

Tabel 4.2 persentase Tingkat Kesulitan Soal ... 52

Tabel 4.3 Kriteria Penilaian ... 53

Tabel 4.4 Kriteria Kemampuan Membaca ... 61

Tabel 4.5 Uji Normalitas Sampel ... 68

Tabel 4.6 Homogenitas Sampel ... 69

Tabel 4.7 Analisis Korelasi ... 69


(12)

xii

Diagram 3.1 Daya Pembeda Soal ... 43

Diagram 4.1 Persentase Tujuan Membaca ... 50

Diagram 4.2 Persentase Proses Membaca ... 51

Diagram 4.3 Nilai Tes Membaca Pertama ... 53

Diagram 4.4 Nilai Tes Membaca Kedua ... 54

Diagram 4.5 Rata-rata Tes Membaca... 55

Diagram 4.6 Lama Waktu Membaca Tes Pertama ... 61

Diagram 4.7 Kecepatan Membaca ... 62

Diagram 4.8 Kemampuan Membaca... 63

Diagram 4.9 Waktu Membaca Tes Kedua ... 64

Diagram 4.10 Kecepatan Membaca Tes Kedua ... 65

Diagram 4.11 Kemampuan Membaca Tes Kedua ... 65


(13)

(14)

xiv

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 83

Lampiran 2 Tes Membaca PIRLS ... 89

Lampiran 3 Kunci Jawaban ... 137

Lampiran 4 Angket Siswa ... 139

Lampiran 5 Validitas Dan Taraf Kesukaran Soal PIRLS ... 149

Lampiran 6 Reliabilitas Soal PIRLS ... 181

Lampiran 7 Validitas Angket Siswa ... 184

Lampiran 8 Reliabilitas Angket Siswa ... 189

Lampiran 9 Daya Beda... 190

Lampiran 10 Kemampuan Membaca ... 194

Lampiran 11 Perhitungan Korelasi Product Moment ... 200

Lampiran 12 Surat Keterangan Validasi Instrumen ... 201

Lampiran 13 Surat Pengantar Ijin Penelitian ...202

Lampiran 14 Surat Keterangan ... 204


(15)

1

1.1 LATAR BELAKANG

Untuk menjadi manusia yang berbudi pekerti setiap orang

membutuhkan pendidikan. Pendidikan diberikan sejak lahir hingga akhir

hayat. Baik berupa pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

Bangsa yang bermartabat di nilai dari sistem pendidikannya.

Menurut Undang-Undang Nomor 29 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadari dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan memiliki tujuan nasional yaitu untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan nasional tersebut berbagai usaha dilakukan oleh

pemerintah salah satunya usaha peningkatan mutu pendidikan (Depdinas,

20016:8).

Dalam usaha peningkatan mutu pendidikan, pemerintah


(16)

nomor 47 tahun 1979 dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

nomor 022F/10/1980 membentuk Pusat Penelitian dan Pengembangan

Sistem Pengujian yang merupakan salah satu pusat pada Badan Penelitian

dan Pengembangan Depdikbud (Kemendikbud, 2015:2). Secara umum

misi Puspendik adalah mengembangkan dan menyelenggarakan sistem

penilaian pendidikan dalam rangka pengawasan dan pengendalian mutu

pendidikan yang diwujudkan dalam salah satu aktivitasnya memantau

mutu pendidikan melalui survei nasional dan internasional. Mutu

pendidikan bisa dinilai salah satunya dari kebiasaan membaca. Dimulai

sejak dini setiap anak diwajibkan untuk belajar membaca. Masyarakat

yang gemar membaca dapat meningkatkan kecerdasan dan menambah

pengetahuan untuk memberikan solusi tantangan hidup pada masa kini dan

masa yang akan datang.

Peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menyediakan

ber-bagai buku bacaan untuk meningkatkan kegemaran membaca siswa. Dari

pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi tidak lepas dari kegiatan

membaca. Dengan kegiatan membaca yang rutin setiap orang dituntut

me-miliki kemampuan membaca yang tinggi. Dalam Permendiknas Nomor 23

Tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan yang menjelaskan bahwa

kompetensi lulusan pada mata pelajaran bahasa menekankan pada

kemampuan membaca dan menulis (Kemendikbud, 2006:343) .

Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang


(17)

Hal ini berarti membaca merupakan prroses berpikir untuk memahami isi

teks yang dibaca dan menginterprestasikan lambang/tanda/tulisan menjadi

wujud bunyi yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis

da-pat diterima oleh pembaca. Oleh sebab itu, kegiatan membaca ini sangat

ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseorang untuk

menginterprestasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai

pola komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca dapat menemukan

makna tulisan dan memperoleh informasi yang dibutuhkan. Membaca itu

bersifat reseptif. Artinya, si pembaca menerima pesan atau informasi yang

disampaikan oleh penulis dalam teks bacaan. Pesan yang disampaikan itu

merupakan informasi fokus yang dibutuhkan (Dalman, 2014:5-8).

Pada dasarnya, tujuan seseorang membaca itu tidak lain untuk

men-dapatkan informasi yang dibutuhkan dan untuk kesenangan semata. Ada

beberapa variasi tujuan membaca, yaitu 1) membaca untuk tujuan studi

(telaah ilmiah); 2) membaca untuk menangkap garis besar bacaan; 3)

membaca untuk menikmati karya sastra; 4) membaca untuk mengisi waktu

luang; 5) membaca untuk mencari keterangan tentang suatu istilah

(Nur-hadi, 2004:14). Sedangkan PIRLS (Progress in Reading Literacy Study) adalah studi internasional tentang literasi membaca siswa sekolah dasar.

PIRLS membagi tujuan membaca menjadi dua bagian dan proses pema-haman menjadi empat hal. Tujuan membaca menurut PIRLS, yaitu 1) membaca cerita atau karya sastra (50%), 2) membaca untuk memperoleh


(18)

menjadi empat bagian yaitu (1) mengambil informasi secara eksplisit

(20%); (2) membuat kesimpulan secara langsung (30%); (3)

menginterpre-tasikan dan mengintegrasikan gagasan dan informasi (30%); serta (4)

me-ngevaluasi isi, bahasa, dan unsur teks (20%).

Dalam membaca sebuah teks, seorang pembaca tidak harus

mem-baca dengan kecepatan tinggi atau kecepatan rendah. Pemmem-baca dapat

me-nyesuaikan kecepatan membaca dengan memperhatikan tingkat kesukaran

teksnya. Pembaca yang efesien dan efektif ialah pembaca yang fleksibel.

Pembaca yang fleksibel ialah pembaca yang dapat mengatur kecepatan,

dan menentukan teknik, metode, dan gaya membaca sesuai dengan semua

faktor yang berkaitan dengan membaca. Dalam kegiatan membaca, pada

umumnya masih banyak pembaca yang belum mampu membaca dengan

baik dan belum mengetahui dengan jelas cara membaca cepat dan cara

me-ngukur kemampuan membacanya.

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan diketahui kemampuan

membaca siswa Indonesia di dunia internasional masih lemah. Hasil tes

yang dilakukan oleh PIRLS tahun 2011 untuk mengukur hasil membaca teks sastra dan teks informasi hampir pada semua butir belum dapat

dija-wab dengan sempurna oleh siswa kelas 4 SD. Substansi yang diteskan

ter-kait dengan kemampuan siswa menjawab beragam proses pemahaman,

pe-ngulangan, pengintegrasian, dan penilaian atas teks yang dibaca. Jenis teks

yang digunakan adalah teks pengalaman kesastraan dan pemerolehan serta


(19)

50% dengan rincian 20% difokuskan pada informasi yang dinyatakan

se-cara tersurat untuk diulang, 30% membuat inferensi, 30% menafsirkan dan

memadukan gagasan dan informasi, serta 20% memeriksa dan menilai isi,

bahasa, dan unsur-unsur yang terdapat di dalam teks.

Di dalam PIRLS 2011 ini teks sastra berisi cerita pendek atau epi-sode yang disertai dengan ilustrasi pendukung. Lima bagian berisi

cerita-cerita tradisional dan kontemporer dengan panjang teks kira-kira 800 kata

dengan beragam latar. Pada setiap hal yang esensial dua karakter utama

dan sebuah alur dihubungkan dengan satu atau dua peristiwa pusat. Di

da-lam bagian-bagian tersebut tercakup pula ciri-ciri gaya dan bahasa

penceri-taan, seperti cerita orang pertama, humor, dialog, dan beberapa gaya

baha-sa. Teks informasi berisi lima bagian termasuk ragam teks lengkap

mau-pun tidak lengkap berdasarkan panjang kata antara 600 sampai dengan 900.

Teks tersebut merepresentasikan ciri-ciri seperti diagram, peta, ilustrasi,

fotografi, atau tabel. Rata-rata materi mencakup materi ilmiah, etnografi,

biografi, sejarah, informasi, dan gagasan praktis. Teks disusun melalui

se-jumlah cara, termasuk cara logis, argumen, urutan, dan topik. Beberapa

ba-gian menggunakan organisasi bacaan seperti subjudul, kotak teks, atau

daftar.

Bentuk tes dalam PIRLS berupa pilihan ganda dengan empat pili-han, isian singkat, dan uraian. Tes sebagai alat evaluasi berperan dalam

me-ngukur tingkat pemahaman siswa. Berdasarkan laporan PIRLS 2011, ke-mampuan tertinggi membaca siswa kelas 4 adalah siswa Singapura dengan


(20)

kategori level sempurna mencapai 24%. Urutan berikutnya adalah Rusia,

Irlandia Utara, Finlandia, Inggris, Hongkong, dan Irlandia dengan capaian

antara 15-19% mampu menjawab pada level sempurna. Di level sedang di

capai oleh siswa Perancis, Austria, Spanyol, Belgia, dan Norwegia dengan

persentase 70%. Median level sempurna 8%, tinggi 44%, sedang 80%, dan

lemah 9%. Sementara itu, siswa Indonesia mampu menjawab butir soal

le-vel sempurna (0,1%), mampu menjawab butir soal lele-vel tinggi 4%, mampu

menjawab butir soal level sedang 28%, dan mampu menjawab butir soal

le-vel lemah 66%. Artinya, siswa Indonesia di lele-vel sempurna, tinggi, dan

se-dang berada di bawah persentase median yang dicapai oleh siswa secara

in-ternasional, sementara di level lemah berada di atas median siswa

interna-sional.

Dari hasil wawancara dengan beberapa guru SD di gugus

Plangka-wati Semarang kemampuan membaca siswa dikelas tinggi masih rendah

yang diketahui saat upacara berlangsung petugas pembaca teks UUD 1945

belum membaca dengan intonasi dan lafal yang sesuai dan juga masih ada

yang membaca dengan mengeja. Dalam pembelajaran siswa cenderung sulit

me-mahami teks bacaan. Kebiasaan siswa ketika membaca yaitu hanya

mem-baca teks yang dibaca tanpa memahami isi dari teks tersebut, sehingga

saat diberikan pertanyaan siswa harus kembali mengulang membaca untuk

me-nemukan jawabannya. Dari data dokumen didapatkan data nilai pada

pelajaran bahasa Indonesia dari 45 siswa terdapat 34 siswa (75,6%) belum


(21)

pada kemampuan membaca pemahaman. Selain hal tersebut guru jarang

memberikan tes membaca yang berupa teks bacaan. Tes yang berupa soal

bacaan hanya terdapat dalam tes sumatif.

Penelitian yang mendukung dalam memecahkan masalah ini adalah

penelitian yang dilakukan Basuki, Imam Agus yang berjudul ―Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SD Berdasarkan Tes Internasional

dan Tes Lokal‖ yang menggunakan model survei. Dengan hasil kemampuan

membaca pemahaman siswa kelas IV SD berada pada tahap sangat rendah,

dari hasil tes internasional maupun tes lokal menunjukkan rendahnya

ke-mampuan membaca. Siswa kelas IV hanya mengusai 30% bahan bacaan,

baik bacaan informasi maupun bacaan sastra. Hasil tes internasional lebih

rendah dibandingkan dengan hasil tes lokal karena bahan bacaan relatif

pan-jang dan berlatar budaya bukan Indonesia. Kedua tes tersebut memiliki

ko-relasi yang sangat tinggi sehingga tes internasional tersebut tetap dapat

digunakan.

Penelitian lain yang juga mendukung adalah penelitian yang

dila-kukan oleh Salim, Aminah dkk yang berjudul ―Efektifi-tas Teknik Cloze Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Bagi Anak

Kesulitan Belajar‖ dengan hasil kemampuan membaca pemaha-man anak kesulitan belajar di kelas IV SDN 05 Bandari Buat Padang dapat

ditingkatkan dengan teknik cloze.data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan Uji Mann-withney yang menghasilkan Uhit > Utab maka Ha


(22)

n=4 yang disimpulkan pada taraf signifikan 95% atau α=0,05 terbukti bah -wa teknik cloze efektif meningkatkan kemampuan membaca pemahaman bagi anak kesulitan belajar di kelas IV SDN 05 Bandari Buat Padang.

Dari latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah

sebagai berikut.

1. Kemampuan membaca siswa kelas 4 masih rendah, salah satunya sekolah

dasar di gugus Plangkawati Semarang dari 45 siswa terdapat 34 siswa

(75,6%) masih belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu

65 membaca pemahaman mata pelajaran bahasa Indonesia.

2. Jawaban soal membaca siswa pada level sempurna, tinggi, dan sedang

berda di bawah persentase median yang dicapai oleh siswa internasional,

sementara level lemah berada di atas median siswa internasional.

3. Perlu dilaksanakan tes membaca untuk mengetahui kemampuan

membaca pada siswa sekolah dasar di gugus Plangkawati Semarang.

Peneliti membatasi masalah yang terfokus pada kemampuan membaca

siswa kelas 4 gugus Plangkawati Semarang yang masih rendah dan analisis

tes membaca berdasarkan PIRLS terhadap kemampuan membaca di gugus Plangkawati Semarang.

Kemampuan membaca yang di teliti adalah kemampuan membaca

pemahaman. Alasan peneliti meneliti masalah tersebut karena saat ini

kemampuan membaca siswa kelas tinggi belum mencapai standar yaitu 150

– 160 kata per menit, setelah membaca siswa belum memahami isi teks bacaan yang dibaca, terdapat siswa yang belum lancar membaca dan masih


(23)

mengeja kata dalam teks bacaan . Dengan kondisi tersebut diperlukan upaya

untuk mengetahui dan meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas 4

sehingga memiliki kemampuan membaca yang memadai. Salah satunya

dengan melakukan tes membaca berdasarkan PIRLS sehingga dapat diketahui kemampuan membaca siswa apakah sudah dapat mencapai tujuan

membaca itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul ―hubungan tes membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap kemampuan membaca pada siswa kelas 4 Gugus Plangkawati

Semarang‖.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. bagaimana pelaksanaan tes membaca berdasarkan standar PIRLS pada siswa kelas 4 gugus Plangkawati Semarang?

2. bagaimana kemampuan membaca pada siswa kelas 4 gugus

Plangkawati Semarang?

3. adakah hubungan tes membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap kemampuan membaca pada siswa kelas 4 gugus Plangkawati

Semarang?

1.3 TUJUAN

Menurut uraian rumusan masalah di atas penelitian ini


(24)

1. mendeskripsikan pelaksanaan tes membaca berdasarkan standar

PIRLS pada siswa kelas 4 gugus Plangkawati;

2. mendeskripsikan kemampuan membaca siswa kelas 4 gugus

Plangkawati Semarang ;

3. mengetahui hubungan tes membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap kemampuan membaca pada siswa kelas 4 gugus Plangkawati

Semarang.

1.4 MANFAAT

1.4.1 Manfaat teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat untuk menambah keilmuan dan menjadi bahan referensi untuk

ke-giatan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kemampuan membaca

siswa.

1.4.2 Manfaat praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan

kontribusi pada pengembangan kemampuan membaca. Selain itu dapat

memberikan manfaat sebagai berikut.

a. Bagi Siswa

a) Membekali siswa dengan keterampilan membaca yang dapat

diterapkan guna memperoleh informasi dan pengetahuan untuk

menyelesaikan suatu permasalahan di masa sekarang dan masa

yang akan datang.


(25)

c) Meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi Guru

a) Guru dapat mengetahui kemampuan membaca siswa.

b) Memotivasi guru mengembangkan keterampilan membaca siswa

dengan variatif, inovatif, dan menyenangkan.

c. Bagi Sekolah

a) Sekolah dapat menambahkan kurikulum membaca untuk

meningkatkan kemampuan membaca siswa.


(26)

12

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Pengertian Membaca

Ketika anak memasuki usia yang cukup untuk belajar yang

pertama dilakukan adalah belajar membaca. Dimulai dengan membaca

huruf kemudian membaca suku kata, kata dan kalimat. Dengan membaca

orang dapat memperoleh pengatahuan baru, mengenang masa lalu,

menangisi masa-masa kelam atau mengingat kegembiraan untuk dijadikan

pelajran untuk keberlangsungan masa yang akan datang.

Menurut Dalman (2014:5) membaca merupakan suatu kegiatan

atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi

yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses

berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca dan menginterpretasikan

lambang/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna sehingga pesan

penulis dapat diterima oleh pembaca. Membaca itu bersifat reseptif. Artinya,

pembaca menerima pesan atau informasi yang disampaikan penulis dalam

sebuah teks bacaan. Dalam hal ini pembaca harus mampu memahami makna

lambang/tanda/tulisan dalam teks secara utuh. Jadi, membaca merupakan

proses mengubah lambang/ tanda/tulisan menjadi wujud makna.

Menurut Faar (1981:5) “reading is heart of education” artinya membaca merupakan jantung pendidikan. Orang yang sering membaca


(27)

memiliki pengetahuan, pengalaman, wawasan yang luas dan pendidikan

yang lebih maju. Hal ini melatarbelakangi slogan membaca membuka

jendela dunia. Dengan membaca orang mengetahui seisi dunia dan pola

berpikir akan berkembang.

Membaca merupakan suatu proses yang termasuk dalam kegiatan

membaca. Kegiatan membaca terdiri dari proses membaca dan produk

membaca. Proses membaca adalah tindakan/kegiatan membaca, sedangkan

produk membaca adalah komunikasi pikiran dan perasaan penulis pada

pembaca (Dalman, 2004:5-7).

Menurut Crawley dan Mountains, membaca adalah suatu yang

rumit yang melibatkan banyak hal, tidak sekadar melafalkan tulisan , tetapi

juga melibatkan aktifitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.

Sedangkan menurut Klein, dkk membaca mencakup: pertama, membaca

merupakan suatu proses; kedua, membaca adalah strategis; dan ketiga,

membaca interaktif. Dengan membaca suatu teks yang bermanfaat akan

menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapainya. Teks yang dibaca

haruslah mudah dipahami (readable). Membaca merupakan suatu proses pengambilan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki pembaca

yang memiliki peranan utama untuk membentuk suatu makna (dalam Rahim,

2011:2-3).

Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat


(28)

dari suatu teks yang dibaca dan mengkomunikasikan pesan penulis pada

pembaca yang melibatkan aktifitas visual, berpikir psikolinguistik dan

metakognitif. Kegiatan membaca dilakukan untuk memperoleh informasi

yang berguna untuk menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan, dan

memajukan pendidikan. Selain itu, dengan membaca informasi dari

berbagai penjuru dunia dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah

dimasa kini dan masa yang akan datang.

2.1.2 Tujuan Membaca

Dilihat dari tujuan sesorang membaca, terdapat banyak tujuan

membaca. Pada dasarnya, tujuan seseorang membaca itu tidak lain untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan untuk kesenangan semata. Ada

beberapa variasi tujuan membaca, yaitu 1) membaca untuk tujuan studi

(telaah ilmiah); 2) membaca untk menangkap garis besar bacaan; 3)

membaca untuk menikmati karya sastra; 4) membaca untuk mengisi waktu

luang; 5) membaca untuk mencari keterangan tentang suatu istilah (Nurhadi,

2004:14).

Menurut Ahuja, Pramila dan G.C Ahuja (2004), ada sembilan

alasan dari kegiatan membaca adalah sebagai berikut.

1. Untuk hiburan.

2. Untuk menceritakan kembali pengalaman-pengalaman yang terjadi

sehari-hari.


(29)

4. Untuk merasakan kehidupan cinta dengan orang lain (cinta romantis).

5. Untuk memuaskan rasa ingin tahu, terutama alasan seseorang

melakukan sesuatu dengan cara mereka sendiri.

6. Untuk menikmati situasi dramatik seolah-olah mengalami sendiri.

7. Untuk memperoleh informasi tentang dunia yang kita tempati.

8. Untuk berbagi perasaan dengan orang lain agar dapat menikmati

tempat-tempat yang belum pernah pembaca kunjungi.

9. Untuk mengetahui pesan penulis bagi pembaca.

Pada umumnya yang terjadi tujuan membaca adalah untuk

menangkap ide pokok dengan cepat. Artinya tujuan membaca adalah

menangkap gagasan utama yang melandasi pengembangan bacaan itu.

Untuk menangkap ide dasar itu secara cepat yang terpenting bagi seorang

pembaca adalah menyerap ide-ide yang lebih kecil (Nurhadi, 2004:69).

Untuk tujuan pembelajaran membaca dibagi atas dua tujuan utama,

yaitu tujuan behavioral dan tujuan ekspresif. Tujuan behavioral disebut

tujuan tertutup yang diarahkan pada kegiatan-kegiatan membaca: a)

pemahaman makna kata; b) keterampilan-keterampilan studi; dan c)

pemahaman terhadap teks bacaan. Sedangkan tujuan ekspresif disebut

tujuan terbuka yang diarahkan pada kegiatan-kegiatan: a) membaca

pengarahan diri sendiri; b) membaca penafsiran atau membaca interpretatif;


(30)

2.1.3 Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca adalah perpaduan antara kecepatan

memabaca dan pemahaman isi. Maka dalam mengukur kemampuan

membaca yang perlu diperhatikan adalah dua aspek tersebut. Pada

umumnya kecepatan membaca diukur dengan jumlah kata yang dibaca per

menit, dan pemahaman isi diukur dengan persentase dari jawaban yang

benar tentang isi bacaan. Hasil pengukuran dua aspek tersebut harus

diintegrasikan agar dapat menunjukkan kemampuan membaca secara

keseluruhan (integral).

Rumus yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan

membaca yaitu :

(Tampubolon, 2008)

keterangan :

KM : kemampuan membaca

KPM : kata per menit

KB : jumlah kata dalam bacaan

SM : jumlah detik membaca

PI : persentase pemahaman isi.

Untuk jenjang SD, Christine Nuttal (1989) yang dikutip oleh

Harras & Sulistianingsih (1997) (dalam Dalman, 2014: 44) merincinya


(31)

Kelas I 60-80 KPM Kelas IV 150-160 KPM

Kelas II 90-100 KPM Kelas V 170-180 KPM

Kelas III 120-140 KPM Kelas VI 190-250 KPM

Menurut Nurhadi (2010) jenjang kemampuan membaca meliputi:

1) kemampuan membaca literal, yaitu kemampuan mengenal dan

menyatakan kembali unsur-unsur tersurat dalam bacaan (reading the lines);

2) kemampuan membaca kritis, yaitu kemampuan pembaca mengolah

bahan bacaan secara kritis (reading between the line and reading beyond the lines);

3) kemampuan membaca kreatif, yaitu kemampuan pembaca secara

kreatif menerapkan dan menghubungkan hasil membacanya dengan

konteks kehidupan yang lebih luas.

2.1.4 PIRLS

PIRLS (Progress in Reading Literacy Study) adalah studi internasional tentang literasi membaca siswa sekolah dasar (Kemendikbud,

2013, Survei Internasional PIRLS, http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/ survei-internasional-pirls). Membaca keaksaraan merupakan salah satu

kemampuan paling penting siswa yang diperoleh karena kemajuan melalui

tahun-tahun awal bersekolah. Siswa kelas 4 dipilih dalam PIRLS karena merupakan titik transisi penting dalam perkembangan sebagai pembaca.


(32)

kebanyakan anak-anak di kelas 4 masih berkembang pada kemampuan dasar

membaca. PIRLS memiliki tujuan untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman pada siswa yang masih dalam proses belajar membaca. Untuk

PIRLS, membaca literasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan bentuk-bentuk bahasa tertulis yang

diperlukan oleh masyarakat dan/atau dihargai oleh individu, pembaca

pemula dapat membangun makna dari berbagai teks. Membaca untuk

belajar, untuk berpartisipasi dalam komunitas pembaca di sekolah dan

kehidupan sehari-hari, dan untuk kesenangan.

PIRLS berfokus pada tiga aspek literasi membaca siswa yaitu a) tujuan untuk membaca, b) proses pemahaman, dan c) perilaku membaca dan

sikap. Tujuan untuk membaca dan proses pemahaman yang menjadi

landasan bagi PIRLS penilaian pemahaman yang berfokus pada dua tujuan menyeluruh yaitu membaca untuk pengalaman sastra dan membaca untuk

memperoleh dan menggunakan informasi. Sedangkan untuk proses

pemahaman terdapat empat jenis proses yang dinilai antara lain : fokus pada

pengambilan informasi secara eksplisit; membuat kesimpulan sederhana;

menginterpretasikan dan mengintegrasikan ide-ide dan informasi;

memeriksa dan mengevaluasi konten, bahasa, dan tekstual elemen ( Mullis,


(33)

Tabel 2.1 Persentase Penilaian PIRLS PIRLS

Tujuan Membaca

Pengalaman sastra 50%

Memperoleh dan menggunakan informasi 50%

Proses Pemahaman

Fokus pada pengambilan informasi secara eksplisit

20%

Membuat kesimpulan sederhana 30%

Menginterprestasi dan mengintegrasi ide-ide dan informasi

30%

Memeriksa, mengevaluasi konten, bahasa dan tekstual elemen

20%

2.1.5 Tes sebagai Evaluasi

Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka

pengukuran dan penilaian. Menurut Anne Anastasi, yang dimaksud dengan

tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar objektif sehingga dapat

digunakan secara meluas, serta dapat digunakan mengukur dan

membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Adapun

menurut Lee J. Cronbach, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis

untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedangkan

menurut F.L Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas

yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud

untuk membandingkan kecakapan mereka, satu sama lain (dalam Sudijono,


(34)

Menurut Arikunto (2013:67) dalam bukunya Dasar-dasar Evaluasi

Pendidikan mengemukakan bahwa tes adalah alat atau prosedur yang

digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan

cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes digunakan dalam

berbagai bidang seperti tes kemampuan dasar, tes kelelahan perhatian, tes

ingatan, tes minat, tes sikap, dan sebagainya. Tes kemampuan pada

dasarnya dibagi dua macam, yaitu a) aptitude test (tes bakat) dan b) achievement test (tes prestasi). Untuk kedua tes ini biasanya digunakan hitungan-hitungan dan perbendaharaan kata-kata dan sekelompok tes dari

kedua macam tes ini biasanya menguju keterampilan membaca.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tes

merupakan cara untuk melakukan penilaian dan pengukuran yang

mempunyai standar objektif dalam bentuk pemberian tugas yang berupa

pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah yang harus dikerjakan,

sehingga diperoleh suatu hasil nilai yang melambangkan prestasi. Kemudian

dapat digunakan untuk membandingkan satu sama lain.

Secara umum, fungsi tes yaitu: a) sebagai alat pengukur tingkat

perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai setelah menempuh proses

belajar mengajar; b) sebagai alat pengukur program pengajaran, melalui tes


(35)

2.2 KAJIAN EMPIRIS

Di bawah ini disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan

dengan penelitian ini. Hasil penelitian pendukung yang dimaksud antara

lain:

a. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Geske, Andrejs dan Antra

Ozola pada tahun 2008 yang berjudul ―Factor Influencing Readning Literacy at The Primary School Level‖, membuktikan fakta-fakta tentang perbedaan membaca keaksaraan antara anak lai-laki dan

perempuan dan masalah keaksaraan yang terkenal di sekolah

pedesaan. Anak perempuan selalu memiliki hasil yang lebih baik

dalam membaca keaksaraan. Pada grup A terdapat sekitar dua kali

lebih banyak anak perempuan daripada anak laki-laki (65%

perempuan dan 35% laki-laki), proporsi berlawanan digrup Z

dimana ada 37% perempuan dan 63% laki-laki. 50% siswa dari grup

Z pergi keskolah pedesaan dan orang-orang kecil kota-kota, tetapi

dalam penelitian hanya 20% yang belajar di ibukota. 6% dari grup A

belajar di sekolah pedesaan, sementara 58% di ibukota. Hal tersebut

dikarenakan posisi sosial ekonomi keluarga mempengaruhi prestasi

literasi membaca siswa dimana kondisi keluarga yang memiliki

pendidikan yang baik memiliki prestasi yang lebih baik dalam

membaca keaksaraan. Literasi membaca siswa dipengaruhi oleh

kolaborasi dari orang tua dan anak-anak pada usia pra-sekolah,


(36)

kunjungan rutin ke perpustakaan atau toko buku. Membaca komik di

kelas 4 tidak dapat dicirikan faktor memfasilitasi literasi membaca.

Peneliti menyarankan pada orang tua untuk memperhatikan

tambahan referensi untuk pengembangan awal keasksaraan

membaca anak dan guru diharapkan merangsang siswa membaca

teks karya sastra yang sesuai untuk tingkat sekolah dasar.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Suryaman, Maman pada tahun 2015

yang berjudul ―Analisis Hasil Belajar Peserta Didik Dalam Literasi Membaca Melalui Studi Internasional (PIRLS) 2011‖ yang menyatakan bahwa kemampuan membaca siswa Indonesia

dibandingkan dengan siswa-siswa di dunia internasional masih

belum memadai yang disebabkan belum adanya keseriusan dalam

menangani masalah kemampuan membaca baik level mikro

pendidikan maupun makro pendidikan. Kemampuan siswa

memecahkan butir soal sastra dan nonsastra masih di bawah rata-rata

internasional dan dalam menjawab soal ujian nasional masih

cenderung berdasarkan tebakan.

c. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widariyanto, Benny dan Erika

Afiani dengan judul ―Studi Internasional Keterbacaan Pogress in International Reading Literacy Study (PIRLS) 2010‖. Hasil dari penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan membaca

siswa kelas empat yang akan deibandingkan dengan negara lain


(37)

tes membaca cerita sastra sebesar 0,03, sedangkan rata-rata tingkat

kesukaran tes membaca teks informasi sebesar 0,37. Menurut bentuk

soal rata-rata tingkat kesukaran soal pilihan ganda sebesar 0,54,

sedangkan rata-rata kesulitan soal isian sebesar 0,63.

d. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Romafi dan Tadkiroatun

Musfiroh pada tahun 2015 yang berjudul ―Hubungan Minat

Membaca, Fasilitas Orang Tua, Dan Pemberian Tugas Membaca

Dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa‖. Hasil penelitian ini membuktikan ada hubungan positif dan signifikan antara minat

membaca siswa dan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas

VIII SMP negeri di Kabupaten Brebes jika dikontrol dengan fasilitas

orang tua dan pemberian tugas membaca di sekolahdengan r=0,294

dengan ρ < 0,0001. Kontribusi variabel X1 (minat membaca terhadap Y (kemampuan membaca pemahaman) sebesar 10,6% yang

artinya 10,6% variasi skor kemampuan membaca pemahaman

ditentukan oleh minat membaca dan 89,4% variasi skor ditentukan

oleh variabel lain.

e. Penelitian yang dilakukan oleh Bayat, Seher pada tahun 2016 dengan

judul ―A Study of Primary Fourth Grade Students’ Reading Comprehension Achievement Levels and Attitudes Toward Reading”. Hasil penelitian ini dilakukan untuk memeriksa pencapaian tingkat

membaca pemahaman siswa kelas 4 dan sikap mereka terhadap


(38)

tinggi dan memiliki sikap yang positif. Tingkat pencapaian tes

membaca pemahaman memiliki rata-rata 21,23 yang dapat dikatakan

baik, sedangkan untuk sikap membaca memiliki rata-rata sebesar

4,66 yang berarti tinggi. Hal ini disebabkan perbedaan kondisi sosial

ekonomi antara masyarakat kota dan pedesaan, dimana keberhasilan

akademik siswa pedesaan dengan kondisi sosial ekonomi yang

rendah lebih rendah daripada siswa yang tinggal diperkotaan yang

memiliki kondisi sosial ekonomi tinggi.

f. Penelitian yang dilakukan oleh Veenendaal, Nathalie J. pada tahun

2015 dengan judul “The Contribution of Segmental and Suprasegmental Phonology to Reading Comprehension”. Penelitian ini bertujuan menguji hubungan antara decoding dan segmental dan

fonologi suprasegmental, dan kontribusi mereka terhadap membaca

pemahaman dikelas tinggi. Efisiensi decoding sebagai penilaian

umum membaca diperiksa dan pemodelan jalur struktural

menunjukkan relasi antara efisiensi decoding dan kedua langkah

fonologi dari kelas empat ke kelas lima searah. Hubungan decoding

pada membaca pemahaman kelas 4, 5 di kelas 6 menjadi tidak

langsung ketika segmental dan fonologi suprasegmental

ditambahkan.

g. Penelitian yang dilakukan oleh Hardanti, Erizkha pada tahun 2015

dengan judul “The Implementation of Guessing Meaning From Context In Improving Students’ Reading Skill”. Hasil penelitian ini


(39)

menunjukkan perbedaan pencapaian pemahaman membaca

menggunakan strategi guessing meaning from context dengan nilai signifikan (2-tailed) sebesar 0,000. Strategi guessing meaning from context dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam membaca disemua aspek.

h. Ratri, Safitri Yosita (2016) dengan judul “School Factors Influencing Indonesia Student Reading Literacy Based on PIRLS Data 2006 and 2011” yang menunjukkan sektor letak sekolah mempengaruhi membaca keaksaraan selama lima tahun penilaian,

pemberian petunjuk dipengaruhi oleh komputer dan audio visual

yang berbeda, ketersediaan sumber daya (perpustakaan dan

laboraturium) tidak mempengaruhi membaca keaksaraan, kolaborasi

guru mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang

merupakan suatu kegiatan atau kognitif yang berupaya untuk menemukan

berbagai informasi yang terdapat dalam sebuah teks. Mutu pendidikan bisa

di nilai salah satunya dari kebiasaan membaca. Masyarakat yang gemar

membaca dapat meningkatkan kecerdasan dan menambah pengetahuan

untuk memberikan solusi tantangan hidup pada masa kini dan masa yang

akan datang. Kemampuan membaca yang dimiliki setiap individu


(40)

dan pemahaman isi dari sebuah teks bacaan. Kemampuan membaca

seseorang dapat diukur dari tes membaca, tes tersebut berupa bacaan yang

berisi teks sastra dan teks informasi yang didalamnya terdapat 4 proses

pemahaman. Tes membaca yang di ujikan dalam penelitian ini berdasarkan

soal bacaan dari PIRLSbooklet.

Menurut uraian di atas maka tes membaca berdasarkan standar

PIRLS adalah variabel bebas (X), dan kemampuan membaca adalah variabel terikat (Y). Kerangka berpikir penelitian ini dapat di skemakan sebagai

berikut :

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

2.4 HIPOTESIS PENELITIAN

Menurut Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman (2011),

hipotesis adalah pernyataan sementara yang mencerminkan dugaan

penelitian (harapan penelitian) yang harus diuji kebenarannya. Adapun

hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini sebagai berikut.

Ho : tidak ada hubungan positif tes membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap kemampuan membaca pada siswa kelas 4 Gugus

Plangkawati.

Tes membaca berdasarkan

standar PIRLS a. Tujuan membaca b. Proses membaca

Kemampuan Membaca a. Kecepatan membaca b. Pemahaman isi


(41)

H1 : ada hubungan positif tes membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap kemampuan membaca pada siswa kelas 4 Gugus


(42)

28

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian

korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat

hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk

mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel

(Supardi, 2013:165). Penelitian korelasional mengunakan instrumen untuk

menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua

variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan. Penelitian koresional

digunakan untuk mendeteksi variasi-variasi pada suatu faktor berdasarkan

koefisien korelasi dan untuk menentukan hubungan antara variabel untuk

membuat sebuah prediksi. Rancangan penelitian ini adalah explanatory research design (rancangan penelitian penjelasan) yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan dua variabel/lebih dimana perubahan satu variabel

merefleksi perubahan variabel lain.

Desain penelitian korelasional pada dasarnya adalah terdapat dua

variabel yakni variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat

(variabel dependen). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini tes membaca

berdasarkan standar PIRLS, sedangkan variabel terikat (Y) adalah kemampuan memabaca siswa. Koefisien korelasi yang dihasilkan


(43)

mengindikasikan tingkatan/derajat hubungan antara tingkat keterbacaan tes

membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap kemampuan membaca siswa.

3.2 PROSEDUR PENELITIAN

Tahap-tahap pelaksanaan penelitian dimulai dari persiapan awal

hingga sampai pembuatan laporan akhir. Berikut ini tahapan penelitian yang

dilakukan sebagai berikut.

1) Pembuatan rancangan penelitian, langkah dalam tahapan ini adalah

memilih masalah, studi pendahuluan, merumuskan masalah,

menentukan variabel dan sumber data.

2) Menentukan populasi dan sampel penelitian.

3) Mengumpulkan data awal untuk diuji normalitasnya.

4) Mengumpulkan data-data pelaksanaan tes membaca PIRLS. 5) Menyusun instrumen penelitian yang berupa angket.

6) Menyusun soal tes membaca berdasarkan standar PIRLS. 7) Melakukan uji coba tes membaca dan kemampuan membaca.

8) Analisis hasil uji coba yang selanjutnya direvisi.

9) Merancang soal menjadi tes yang kemudian dilakukan pengolahan

dan analisis data.


(44)

3.3 SUBJEK, LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa

kelas 4. Penelitian ini berlokasi di gugus Plangkawati, Kecamatan

Banyumanik, Semarang. Waku penelitian dilakukan selama 1 bulan.

3.4 POPULASI DAN SAMPEL

3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2010: 117), ―Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari kemudian

ditarik kesimpulannya‖. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD di Gugus Plangkawati, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang

yang terdiri dari 6 SD yaitu SDN Pudakpayung 01, 02, 03; SDN

Gedawang 01 dan 02; dan SD Islam Fitra Bhakti.

Berikut ini tabel populasi siswa SD kelas 4 di Gugus

Plangkawati Kecamatan Banyumanik Kota Semarang:

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas 4 Gugus Plangkawati

No. Nama Sekolah Jumlah siswa 1 SDN Pudakpayung 01 90 2 SDN Pudakpayung 02 46 3 SDN Pudakpayung 03 43

4 SDN Gedawang 01 40

5 SDN Gedawang 02 38

6 SD Islam Fitra Bhakti 15

Jumlah 272

3.4.2 Sampel

Sugiyono (2010: 118) menyatakan bahwa ―Sampel adalah bagian


(45)

Sedangkan menurut Sukmadinata (2013: 250), ―sampel adalah kelompok

kecil bagian dari target populasi yang mewakili populasi dan secara riil

diteliti‖. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling.

Cluster sampling (Sukardi,2013:16) adalah teknik sampel bukan berdasarkan individu tapi didasarkan kelompok subjek yang secara alami

berkumpul .Adapun langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut:

a. total populasi 272, sampel yang diinginkan oleh peneliti 136;

b. jumlah sekolah 6 SD;

c. populasi tiap sekolah ; d. jumlah cluster

.

Menurut hasil perhitungan di atas diperoleh cluster yang digunakan

dalam penelitian sebanyak 3 kelas. Dalam penelitian ini sampel yang

digunakan dipilih siswa kelas 4 SDN Pudakpayung 01 dan SDN

Pudakpayung 02 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang yang terdiri dari

136 siswa dengan rincian sebagai berikut : SDN Pudakpayung 01 yang

terdiri dari kelas 4-A dan 4-B sejumlah 90 siswa dan SDN Pudakpayung 02

sejumlah 46 siswa.

3.5 VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2010:60) ―variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya‖. Disebut variabel karena memiliki variasinya. Variabel yang tidak memiliki variasi tidak dapat


(46)

disebut variabel. Agar bervariasi maka penelitian harus didasarkan pada

sekelompok sumber data atau objek yang bervariasi.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua variabel,

yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (variabel independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat

(variabel dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel bebas (X) adalah tes membaca berdasarkan standar PIRLS, dan yang menjadi variabel terikat (Y) adalah kemampuan membaca siswa kelas

4 Gugus Plangkawati.

3.6 TEKNIK PENGUMPUAN DATA

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil

penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan

data. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang

diteliti. Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini sebagai alat

pengumpul data adalah tes, angket, dan dokumentasi.

3.6.1 Kuesioner

Kuesioner atau yang dikenal sebagai angket merupakan salah satu

teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan tertulis

melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya,

dan harus diisi oleh responden. Alat pengumpulan data dengan kuesioner


(47)

disampaikan kepada responden yang jawabannya diisi oleh responden

sendiri (Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman, 2011:25-26).

Menurut Sukmadinata (2013:219), angket dijawab atau diisi sendiri

oleh responden, maka dalam penyusunan angket perlu diperhatikan

beberapa hal yaitu 1) sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan ada

pengantar dan petunjuk pengisian; 2) buitr-butir pertanyaan dirumuskan

secara jelas, menggunakan kata-kata yang lazim digunakan, kalimat tidak

terlalu panjang dan tidak beranak-cucu; 3) untuk setiap pertanyaan atau

pernyataan terbuka dan tertutup berstruktur disediakan kolom untuk

menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya.

3.6.2 Tes

Menurut Sudijono (2015:67), tes adalah cara atau prosedur dalam

rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk

pemberian tugas atau serangkaian tugas berupa pertanyaan-pertanyaan,

atau perintah-perintah oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang

melambangkan tingkah laku atau prestasi testee, nilai mana dapat

dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau

dibandingkan dengan standar tertentu.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman isi

bacaan yang berisi pertanyaan dari teks yang telah dibaca siswa. Tes

membaca terdiri dari pilihan ganda dengan poin 1 untuk tiap soal, isian

singkat dengan poin 1-2, dan jawaban secara luas dengan poin 3. Soal


(48)

Sedangkan isian singkat dan soal dengan jawaban secara luas untuk

membangun sebuah respon secara interaktif yang menampilkan

konstruktif makna membaca antara pembaca, teks, dan tugas membaca

digunakan untuk menilai setiap proses dari empat proses pemahaman.

3.6.3 Dokumentasi

Menurut Sukmadinata (2013: 221), studi dokumenter merupakan

suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis

dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

Dalam penelitian ini peneliti menggunkan daftar nilai hasil tes membaca

sebagai sumber data tertulis yang akan diolah.

3.7 PENGUJIAN INSTRUMEN

Langkah yang tak kalah penting dalam pengumpulan data adalah

melakukan pengujian terhadap instrumen yang digunakan. Pengujian

instrumen meliputi dua hal yaitu pengujian validitas dan reliabilitas. Uji

validitas dan reliabilitas diperlukan sebagai upaya memaksimalkan kualitas

alat ukur, agar kecenderungan keliru dapat diminimalkan. Dapat dikatakan

validitas dan reliabilitas adalah tempat kedudukan untuk menilai kualitas

semua alat dan prosedur pengukuran.

3.7.1 Validitas

Menurut Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman (2011:30)

menjelaskan bahwa suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen dapat


(49)

validitas yaitu validitas sebenarnya menunjuk kepada hasil dari

penggunaan instrumen tersebut bukan pada instrumennya; validitas

menunjukkan suatu derajat atau tingkatan, validitas tinggi, sedang atau

rendah, bukan valid dan tidak valid; dan validitas instrumen memiliki

spesifikasi tidak berlaku umum.

Untuk mengetahui validitas dari butir soal, digunakan teknik korelasi point biserial,dimana angka indeks korelasi diberi lambang rpbi

yang diperoleh menggunakan rumus:

(Sudijono, 2015:185)

Keterangan :

: koefisien korelasi point biserial

: skor rata-rata hitung untuk butir item yang bersangkutan telah

dijawab benar.

: skor rata-rata dari total skor.

: standar deviasi dari skor total.

p : proporsi yang menjawab benar pada butir item yang diuji

validitasnya.

q : proporsi yang menjawab salah pada butir item yang diuji

validitasnya.

Hasil pengukuran dengan menggunakan rumus tersebut selanjutnya


(50)

product moment dengan kriteria sebagai berikut: ―harga rhitung > rtabel

berarti valid atau sebaliknya‖ dengan taraf sigifikan α= 0,01 atau α=0,05. Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi yang

menunjukkan nilai validitas ditunjukkan oleh tabel di bawah ini

(Sugiyono, 2010:257) .

Tabel 3.2 Kriteria Validitas Soal

Interval koefisien Tingkat hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Hasil uji validitas tes membaca berdasarkan PIRLS untuk setiap teks bacaan dan angket siswa dapat di lihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas

Teks bacaan Soal Valid Soal tidak valid Mencari

Makanan

1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

12, 14, 15 2, 3, 11, 13 Bakat Charlie 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9,

10, 11, 12, 13, 14,15 6 Antartika :

Tanah Es

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

10, 11 -

Pie Musuh 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9,

10, 11, 13, 14,15, 16 8, 12 Mistery Gigi

Raksasa

1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9,

10, 11, 12, 13, 14 5 Malam yang

Luar Biasa

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

10, 11, 12 -

Ulat Menjadi Kupu-kupu

2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

10, 11, 12, 14, 15, 16 1,13 Terbanglah,

Elang Terbang

2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11,


(51)

Tabel 4.4 Hasil Validitas Angket Siswa

No. Valid Tidak valid

G 2,5,6,7,8,9 1, 3, 4,

R 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 1

Soal dan pertanyaan yang valid memiliki nilai koefisien korelasi lebih dari

sama dengan r tabel dengan taraf signifikan α = 0,05 atau α = 0,01. Untuk perhitungan uji validitas selengkapnya dapat dilihat di lampiran.

3.7.2 Reliabilitas

Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya

konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas instrumen dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat

ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran

dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan

pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama (homogen) diperoleh

hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek

memang belum berubah. Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap adanya

toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali

pengukuran (Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman, 2011:37).

Reliabilitas tes dalam penelitian ini diuji menggunakan formula

Kuder Richardson yang dilambangkan KR20 dengan rumus:

[ ] [ ∑ ] , dimana Rumus Varians ∑


(52)

keterangan :

r11 : reliabilitas instrumen

n : banyaknya butir soal

: varians total

p : proporsi yang menjawab benar pada butir item yang diuji

q : proporsi yang menjawab salah pada butir item yang diuji

∑pq : jumlah hasil perkalian antara p dengan q

Selanjutnya harga r11 dibandingkan dengan rtabel. Apabila r11 > rtabel, maka

instrumen dinyatakan reliabel. Dan sebaliknya apabila r11 < rtabel,

instrumen dinyatak tidak reliabel. Adapun interpretasi derajat reliabiltas

instrumen ditunjukkan oleh tabel berikut:

Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas Soal

Koefisien korelasi Kriteria reliabilitas

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

0,21 – 0,40 Rendah

0,41 – 0,60 Cukup

0,61 – 0,80 Tinggi

0,81 – 1,00 Sangat Tinggi

Uji reliabilitas soal dilakukan dengan formula Kuder Richardson (KR20) dengan taraf signifikan 5%. Output hasil uji reliabilitas dengan

berbantuan IBM SPSS Statistics versi 23.0 menjadi penentu reliabel tidaknya instrumen penelitian yang digunakan sebagaimana yang terlampir.

Pada tes membaca tipe A1 teks bacaan Mencari Makanan memiliki nilai

Cronbach‘s Alpa 0,496 atau 49,6% yang artinya cukup reliabel, teks bacaan Bakat Charlie nilai Cronbach‘s Alpa sebesar 0,829 bisa dikatakan


(53)

Chronbach Alpha sebesar 0,710 dan teks bacaan Pie Musuh sebesar 0,695

yang bisa dikatakan reliabel. Pada tes membaca tipe A2 teks bacaan

Misteri Gigi Raksasa memiliki nilai Cronbach Alpha sebesar 0,666 dan

teks Malam yang Luar Biasa memiliki nilai sebesar 0,638. Untuk tipe B2

teks bacaan Ulat Menjadi Kupu-Kupu dengan Cronbach Alpha sebesar

0,629 dan teks Terbanglah Elang Terbang sebesar 0,659.

Sedangkan untuk angket siswa dari hasil perhitungan reliabilitas

diperoleh nilai Cronbach‘s Alpa sebesar 0,770. Artinya angket siswa

reliabel sebesar 77%. Dan nilai Cronbach‘s Alpa dapat di naikkan dengan

membuang jawaban responden yang tidak konsisten.

3.7.3 Uji Taraf Kesukaran Soal

Bermutu tidaknya butir soal dapat diketahui dari derajat kesukaran

atau taraf kesulitan yang dimiliki masing-masing butir soal. Taraf

kesukuran soal berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Sudijono (2015: 371)

menjelaskan bahwa soal dengan taraf kesukran 0,0 mengindikasikan

bahwa soal terlalu sukar, sebaliknya taraf 1,0 menunjukkan bahwa soal

terlalu mudah. Jadi semakin tinggi taraf kesukaran maka soal tersebut

merupakan soal yang mudah.

Taraf kesukuran yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan rumus:


(54)

P : taraf kesukaran

B : jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar

JS : jumlah seluruh siswa.

Menurut Arikunto (2013:225) ketentuan yang sering diikuti, taraf

kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:

1) soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

2) soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang

3) soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah.

Perhitungan taraf kesukaran soal pada tes membaca berdasarkan standar

PIRLS secara singkat dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal

Teks Bacaan Soal

Mudah Soal Sedang Soal Sukar Mencari

Makanan 3, 6

1, 2, 4, 5, 7, 8, 9,

10, 15 11, 12, 13, 14 Bakat Charlie 1, 2, 3, 4, 5, 8, 10,

11, 12, 13, 14, 15 6, 7, 9 Antartika :

Tanah Es 4, 5, 6 1, 2, 3, 7, 8, 9, 11 10 Pie Musuh - 1, 2, 4, 6 10 12,

13

3, 5, 7, 8, 9, 14, 15 Mistery Gigi

Raksasa -

1, 2, 3, 5, 6, 8, 9

11, 12, 13, 14 4, 7, 10 Malam yang

Luar Biasa 1

2, 3, 5, 6, 7, 8, 9,

10, 12 4, 11

Ulat Menjadi Kupu-kupu

11, 13, 14, 15

1, 2, 3, 4, 6, 7, 8,

10, 12, 16 5, 9 Terbanglah,

Elang Terbang 1, 4

2, 3, 5, 6, 7, 9, 11,

12 8, 10


(55)

Hasil perhitungan taraf kesukaran dari keseluruhan soal menunjukkan 13

soal tergolong mudah, 74 soal tergolong sedang, dan 24 soal tergolong

sukar.

3.7.4 Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa

berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda

disebut indeks diskriminasi (D). Indeks diskriminasi (daya pembeda)

berkisar antara 0,00 – 1,00. Dalam indeks diskriminasi terdapat tanda negatif yang menunjukkan jika suatu soal mengartikan sesuatu yang

terbalik bagi peserta tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh

disebut pandai (Arikunto, 2013:226).

Rumus yang digunakan untk menentukan indeks diskriminasi (D)

adalah:

dimana,

JA : banyaknya peserta tes kelompok atas

JB : banyaknya peserta tes kelompok bawah

BA : banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab benar

BB : banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab benar

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar


(56)

Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai indeks

diskriminasi 0,4 samapai dengan 0,7. Daya pembeda diklasifikasikan

sebagai berikut.

D : (-1,00) – 0,00 : sangat buruk, semuanya tidak baik. D : 0,00 – 0,20 : jelek

D : 0,21 – 0,40 : cukup D : 0,41 – 0,70 : baik D : 0,71 – 1,00 : sangat baik

Jadi semua butir soal yang memiliki D negatif sebaiknya dibuang saja.

Hasil perhitungan daya beda terhadap instrumen tes membaca yang

digunakan terlampir dan secara singkat dapat dilihat pada halaman

selanjutnya.

Tabel 3.7 Pengelompokan Daya Beda Teks Bacaan Sangat

Buruk Jelek Cukup Baik

Sangat Baik Mencari

Makanan -

1, 2, 3, 4, 5,

13 6, 8, 14

7, 9, 10, 15

-

Bakat Charlie - 1, 6, 14 7, 9, 13 2, 3, 4, 5, 8, 12, 15

- Antartika : Tanah

Es - 2, 4 1, 3, 5, 6, 9, 10 7, 8, 11

-

Pie Musuh 12 8, 9, 14 1, 3, 4, 5, 7, 10, 11,

13, 15, 16 2, 6

-

Mistery Gigi

Raksasa - 4, 5, 6, 12

1, 3, 7, 8, 9, 10, 11,

14 2, 13

- Malam yang

Luar Biasa - 11

1, 4, 5, 7, 8, 9, 10,

11 2, 3, 6, 12

- Ulat Menjadi

Kupu-kupu 1

11, 13, 15,

16 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9

6, 10, 12, 14

- Terbanglah,

Elang Terbang - 1, 8 2, 3, 6, 7, 9, 10

4, 5, 11, 12


(57)

Dari hasil pengelompokan daya beda pada tabel di atas terdapat 2 soal

dengan daya pembeda yang sangat buruk, 25 soal memiliki daya pembeda

jelek, 51 soal memiliki daya pembeda soal yang cukup dan 30 soal dengan

daya pembeda yang baik. Agar perbedaan dari daya pembeda lebih jelas

disediakan diagram hasil perhitungan daya pembeda soal berikut.

Diagram 3.1 Daya Pembeda Soal

3.8 ANALISIS DATA

3.8.1 Analisis Data Awal 3.8.1.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui dan menentukan

teknik statistik apa yang digunakan selanjutnya, apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Apabila penyebaran datanya normal maka akan

digunakan statistik parametrik sedangkan penyabaran tidak normal akan

digunakan teknik statistik non paramaterik. Uji normalitas yang

dilakukan menggunakan nilai UAS semester 1 siswa kelas 4-A dan 4-B

SDN Pudakpayung 01 dan siswa kelas 4 SDN Pudakpayung 02. 0

20 40 60

Sangat Buruk

Jelek Cukup Baik Daya Pembeda Soal


(58)

3.8.1.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji

Barltlett dikarenakan data yang diuji lebih dari dua kelompok

data/sampel. Pengujian homogenitas dengan uji Bartlett dilakukan

dengan langkah sebagai berikut (Supardi, 2013:145-147):

1) hitung mean, varians serta dk tiap kelompok dan hitung logaritma

dari tiap varians kelompokdan hasil kali dk dengan logaritma varians

tiap kelompok

2) tentukan varians gabungan dari semua kelompok sampel dengan

rumus:

3) hitung harga logaritma varian gabungan dan harga satuan Bartlett,

dengan rumus:

4) hitung nilai chi-kuadrat dengan rumus:

tentukan harga chi kuadrat tabel pada taraf nyata dan derajat

kebebasan (dk) = k-1, bandingkan harga chi-kuadrat hitung dengan

chi-kuadrat tabel dengan kriteria pengujian:

a) tolak Ho jika b) terima Ho jika .


(59)

Hipotesis yang diuji adalah

Ho : (semua kelompok memiliki varian sama/homogen)

H1 : bukan Ho (ada kelompok yang tidak memiliki varian

sama/homogen).

3.8.2 Analisis Data Akhir 3.8.2.1 Korelasi Product Moment

Analisis korelasi dengan menggunkan uji koefisien korelasi

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel X (tes membaca

berdasarkan standar PIRLS) terhadap variabel Y (kemampuan membaca siswa). Koefisien korelasi antara variabel X dengan Y, dicari

menggunakan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut (Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman, 2011:123) :

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ] ∑ ∑ ]

Pada pengujian korelasi product moment untuk dapat mengetahui kuat lemahnya tingkat keeratan hubungan antara variabel X

dan variabel Y dapat dilihat berdasarkan tabel berikut:

Tabel 3.8 Tingkat Keeratan Hubungan Varibel X dan Variabel Y

Interval koefisien Tingkat hubungan 0,00 – 0,19 Sangat rendah

0,20 – 0,39 Rendah

0,40 – 0,69 Sedang

0,70 – 0,89 Kuat


(60)

3.8.2.2 Uji Signifikasi

Besar kecilnya koefisien korelasi yang telah dihitung serta kuat

lemahnya tingkat hubungan antara variabel X dan variabel Y tidak

memiliki arti apapun bila belum dilakuakan pengujian terhadap koefisien

korelasi yang sudah dihitung. Pengujian koefisien korelasi dilakukan

untuk mengetahui berarti tidaknya hubungan antara variabel-variabel

yang diteleiti hubungannya (Muhidin, Sambas Ali dan Maman

Abdurahman, 2011:128).

Menguji tingkat signifikansi antara variabel X dan variabel Y

setelah harga r diperoleh, kemudian disubtitusikan kedalam rumus

berikut:

keterangan:

thitung : nilai thitung

r : koefisien korelasi hasil rhitung

n : jumlah responden.

Rumusan hipotesis berdasarkan nilai signifikasi adalah:

Ho : tidak ada hubungan tes membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap kemampuan membaca pada siswa kelas 4 Gugus

Plangkawati.

H1 : ada hubungan tes membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap kemampuan membaca pada siswa kelas 4 Gugus Plangkawati.


(61)

Kriteria pengujian terhadap uji dua pihak dengan dk=(n-2) pada

tingkat signifikasi α (0,05 atau 0,01) diperoleh kriteria sebagai berikut:

Jika thitung > ttabel atau Sig. (2-tailed) > nilai signifikasi α maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Jika thitung < ttabel maka Ho atau Sig. (2-tailed) < nilai signifikasi α maka diterima dan H1 ditolak.

3.8.2.3 Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dilambangkan dengan r2, nilai ini

menyatakan proporsi variasi keseluruhan dalam nilai variabel dependen

yang dapat diterangkan atau diakibatkan oleh hubungan linear dengan

variabel independen, selain itu (sisanya) diterangkan oleh variabel

lain(galat atau peubah lainnya). Koefisien determinasi dipergunakan

untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

Rumus yang dipakai adalah:

KD = r2 x 100%


(62)

48

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 Gambaran Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus Plangkawati, Kecamatan

Banyumanik, Kota Semarang. SD yang dijadikan sampel dalam penelitian

ini adalah SDN Pudakpayung 01 dan SDN Pudakpayung 02. Letak kedua

sekolah tersebut sangat strategis karena terletak di pinggir jalan raya. Secara

umum kondisi fisik kedua sekolah sudah baik karena semua ruangan

memenuhi standar bangunan yang baik diantaranya fentilasi udaria baik,

memiliki meja dan kursi yang memadai, terdapat media pembelajaran di

kelas, memiliki LCD untuk penunjang media belajar.

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4 di SDN

Pudakpayung 01 yang secara paralel terbagi menjadi 2 kelas yaitu kelas 4-A

dan kelas 4-B, dan SDN Pudakpayung 02 yang memiliki 1 kelas. Ketiga

kelas tersebut diberikan tes membaca dengan soal yang sama. Jumlah siswa

di ketiga kelas hampir sama banyak seperti tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Jumlah Siswa

Jenis kelamin

SDN Pudakpayung 01 SDN Pudakpayung 02

Kelas 4-A Kelas 4-B Kelas 4

Laki-laki 21 21 21

Perempuan 24 24 25


(63)

Menurut data homogenitas sampel, ketiga kelas tersebut bersifat

homogen sehingga tidak ada ketimpangan sosial. Artinya, data berdistribusi

normal dan memiliki varians yang sama. Siswa berprestasi ataupun kurang

berprestasi menyebar. Seluruh siswa mendapat perlakuan kegiatan belajar

mengajar yang sama. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama untuk

mengetahui hubungan tes membaca berdasarkan standar PIRLS terhadap kemampuan membaca siswa kelas 4. Pelaksanaan penelitian ini bergiliran

sesuai waktu yang diberikan oleh guru kelas.

4.1.2 Pelaksanaan Tes Membaca Berdasarkan Standar PIRLS

Tes membaca berdasarkan PIRLS dilakukan melalui 2 tahap yaitu pengisian angket dan melakukan tes membaca. Angket diisi oleh siswa

dalam waktu 15 menit. Kemudian diberikan jeda waktu 5 menit untuk

istirahat dan dibagikan teks bacaan untuk melakukan tes membaca. Angket

dan teks bacaan yang dibagikan kepada siswa di ambil dari PIRLS Framework. Setelah semua siswa mendapatkan teks bacaan, siswa diminta

bersiap untuk membaca teks dan dihitung lama waktu membacanya.

Selanjutnya setelah selesai membaca, teks bacaan dikumpulkan kembali dan

di berikan lembar pertanyaan untuk dijawab siswa sesuai teks yang di baca.

Instrumen yang digunakan berasal dari PIRLS. Peneliti menggunakan instrumen dari PIRLS karena teks bacaan yang digunakan tidak hanya untuk mengetahui kecepatan membaca siswa tetapi juga


(64)

proses membaca siswa yang telah dirumuskan dalam PIRLS. Selain itu, melalui pengisian angket siswa dapat diketahui kebiasaan siswa dalam

membaca.

Deskripsi variabel tes membaca berdasarkan standar PIRLS diperoleh melalui perhitungan persentase terhadap skor jawaban responden

dapat dilakukan dengan analisis deskritif persentase. Tes membaca PIRLS memiliki tiga aspek literasi yaitu tujuan membaca, proses pemahaman dan

kebiasaan membaca. Menurut hasil perhitungan tes membaca yang telah

dilakukan berkaitan dengan tujuan membaca dalam bentuk diagram pie dari

136 siswa yang menjadi yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat

di lihat sebagai berikut.

Diagram 4.1 persentase Tujuan Membaca

Tujuan membaca PIRLS dibagi menjadi dua bagian yaitu pengalaman sastra dan memperoleh dan menggunakan informasi dimana

masing-masing bagian tersebut memiliki persentase 50%. Hasil analisis

deskritif persentase menujukkan bahwa pencapaian pengalaman sastra

18%

32% 22%

28%

Tujuan Membaca

Pengalaman Sastra

Memperoleh dan menggunakan informasi Belum tercapai


(65)

sebesar 18%. Sedangkan untuk tujuan memperoleh dan menggunakan

informasi sebesar 22%.

Pada proses pemahaman dibagi menjadi empat aspek yang terdiri

dari fokus pengambilan informasi secara eksplisit; membuat kesimpulan

sederhana; menginterpretasi dan mengintegrasikan ide-ide dan informasi;

dan memeriksa, mengevaluasi konten, bahasa dan elemen tekstual.

Masing-masing dari keempat aspek tersebut memiliki kontribusi sebesar 20%, 30%,

30%, dan 20%. Berikut disajikan persentase pencapaian dari aspek-aspek

tersebut.

Diagram 4.2 persentase Proses Membaca

Menurut hasil perhitungan yang tampak pada diagram pie di atas,

pada proses membaca yang terdiri dari empat aspek pencapaian untuk fokus

pengambilan informasi secara eksplisit sebesar 10%; membuat kesimpulan

sederhana sebesar 14%; menginterpretasi dan mengintegrasikan ide-ide dan

informasi 12%; dan memeriksa, mengevaluasi konten, bahasa dan elemen

tekstual sebesar 7%. persentase pencapaian keempat aspek tersebut masih 10%

10% 14% 16%

12% 18%

7% 13%

Proses Membaca

Fokus pengambilan informasi secara eksplisit

Membuat kesimpulan sederhana

Menginterpretasi dan mengintegrasikan ide-ide dan informasi

Memeriksa, mengevaluasi konten, bahasa dan elemen tekstual Belum tercapai


(66)

tergolong rendah. Skor jawaban responden pada proses membaca terpusat

pada membuat kesimpulan sederhana.

Variabel tes membaca dalam penelitian ini meliputi taraf

kesukaran soal yang terdiri dari soal mudah, soal sedang dan soal sukar.

Deskripsi taraf kesukaran soal diperoleh melalui perhitungan persentase

taraf kesukaran soal terhadap skor jawaban responden seperti yang

tercantum pada lampiran. Menurut perhitungan, diperoleh hasil seperti

tampak pada tabel berikut.

Tabel 4.2 persentase Tingkat Kesulitan Soal

No. Tingkat Kesulitan Frekuensi %

1. Mudah 686 8,6

2. Sedang 2336 33,37

3. Sukar 311 3,9

Tabel di atas menunjukkan bahwa skor jawaban responden

menurut taraf kesukaran soal terpusat pada soal sedang yaitu sebesar

33,37% dari seluruh responden. Pada soal dengan kategori mudah

responden yang dapat menjawab benar sebanyak 8,6%. Sedangkan soal

dengan kategori sukar responden yang dapat menjawab benar sebesar 3,9%.

Temuan penelitian ini menunjukkan dalam proses pemahaman terhadap isi

teks bacaan dengan kategori soal sukar tergolong rendah, siswa masih

kesulitan dalam menjawab soal terkait isi bacaan yang memerlukan


(67)

Dari hasil tabulasi data perolehan nilai tes membaca melalui

pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa dari teks

bacaan yang telah dibaca berdasarkan skor yang diperoleh seperti tercantum

pada lampiran dengan kategori pada tabel di bawah ini diperoleh hasil yang

dapat dilihat pada halaman selanjutnya.

Tabel 4.3 Kriteria Penilaian

No. Interval Nilai Kriteria 1 0 – 20 Sangat Rendah

2 21 – 40 Rendah

3 41 – 60 Cukup/sedang

4 61 – 80 Baik

5 81 – 100 Sangat Baik

Diagram 4.3 Nilai Tes Membaca Pertama

Diagram di atas menunjukkan nilai tes membaca yang pertama

dilaksanakan. Dari diagram di atas dapat diketahui 15 siswa memperoleh

nilai kurang dari 20, 70 siswa mendapatkan nilai antara 21 – 40, 36 siswa mendapatkan nilai antara 41 – 60, 14 siswa memperoleh nilai antara 61 – 80, dan 1 siswa mendapat nilai antara lebih dari 81. Nilai tes membaca yang

0 10 20 30 40 50 60 70

0 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 - 100 Nilai Tes Membaca Pertama 15 70 36 14 1

B a ny a k Sis w a


(68)

pertama mayoritas siswa mendapatkan nilai antara 21 – 40. Hasil ini tergolong rendah.

Diagram 4.4 Nilai Tes Membaca Kedua

Sedangkan pada tes membaca yang kedua diperoleh hasil seperti

diagram 4.4 pada halaman sebelumnya. Dari 136 siswa terdapat 14 siswa

yang memperoleh nilai kurang dari 20, 40 siswa memperoleh nilai antara 21

– 40, 66 siswa memperoleh nilai antara 41 – 60, 14 siswa memperoleh nilai antara 61 – 80, dan 2 siswa memperoleh nilai di atas 81. Pada tes membaca kedua mayoritas siswa memperoleh nilai antara 41 – 60 yang dapat dikategorikan sedang. Bila dibandingkan antara tes membaca yang pertama

dengan tes membaca yang kedua, pada tes membaca yang kedua ada

peningkatan perolehan nilai. 0 10 20 30 40 50 60 70

0 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 - 100 Nilai Tes Membaca Kedua 14 40 66 14 2

B

a

ny

a

k

s

is

w

a


(69)

Diagram 4.5 Rata-rata Tes Membaca

Setelah dilaksanakan tes membaca sebanyak 2 (dua) kali,

perolehan nilai pertama dan kedua yang selanjutnya di rata-rata

sebagaimana yang terlampir berdasarkan perhitungan diperoleh hasil seperti

pada diagram di atas. Dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes membaca

hasil akhir yang diperoleh dari rata-rata tes membaca yang pertama dan

kedua terdapat 9 siswa yang memperoleh nilai kurang dari 20, 58 siswa

memperoleh nilai antara 21 – 40, 54 siswa memperoleh nilai antara 41 – 60, 14 siswa memperoleh nilai antara 61 – 80, dan 1 siswa memperoleh nilai di atas 81. Diagram di atas menunjukkan mayoritas hasil akhir siswa terletak

pada nilai antara 21 – 40 dan 41 – 60 yang dapat dikategorikan sedang. Dan rata-rata nilai tes membaca keseluruhan siswa sebesar 40,63.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa hasil tes membaca pada

siswa kelas 4 gugus Plangkawati, termasuk sedang. Hal ini ditunjukkan oleh

rata-rata nilai tes membaca siswa yang termasuk kategori sedang. Rendah

atau tingginya hasil tes membaca pada penelitian ini dipengaruhi faktor lain . 0

10 20 30 40 50 60

0 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 - 100 Rata-rata Nilai Tes Membaca 9 58 54 14 1

B

a

ny

a

k

s

is

w

a


(70)

Faktor lain pada variabel tes membaca berdasarkan standar PIRLS dalam penelitian ini meliputi kebiasaan atau perilaku membaca. Deskripsi

kebiasaan atau perilaku tersebut diperoleh dari tanggapan siswa melalui

kuisioner (angket). Deskripsi kebiasaan atau perilaku membaca siswa

diperoleh melalui perhitungan persentase terhadap skor jawaban siswa

sebagaimana tercantum pada lampiran. Hasil perhitungan jawaban pada

angket tidak terperinci karena perhitungan terperinci terpusat pada hasil tes

membaca dan kemampuan membaca siswa.

Angket siswa diisi oleh 136 siswa yang terdiri dari 63 siswa

laki-laki dan 73 siswa perempuan. Dari keseluruhan siswa yang berjumlah 136

siswa terdiri dari 40,44% (55 siswa) berumur 10 tahun; 55,14% (75 siswa)

berumur 11 tahun; dan 4,41% (6 siswa) berumur 12 tahun. Dalam

komunikasi sehari-hari di rumah siswa berbicara ada yang menggunakan

bahasa indonesia dan bahasa daerah, diketahui 0,73% (1 siswa)

berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia; 58,08% (79 siswa)

berkomunikasi menggunakan bahsa Indonesia dan bahasa daerah; dan

41,17% (56 siswa) ketika di rumah berkomunikasi tidak pernah

menggunakan bahasa Indonesia. Kegemaran siswa dalam membaca dilihat

dari kepemilkan buku yang di miliki diumah sebanyak 23,52 % (32 siswa)

memiliki buku yang sangat sedikit atau kurang dari 10 buku; 57,35% (78

siswa) memiliki buku sebanyak 11-25 buku yang cukup mengisi setengah


(1)

201


(2)

202


(3)

(4)

204


(5)

(6)

206 LAMPIRAN 15 DOKUMENTASI