c. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam THB hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan. Pada keperluan ini
diperlukan pemahaman tipe dan ragam tes mana yang cocok untuk mengukur setiap aspek tingkat belajar yang diharapkan,misalnya siswa akan diukur
untuk mengingat kembali fakta, maka tipe pertanyaan yang sesuai adalah jawaban singkat atau bentuk benar salah.
d. Tes hasil belajar disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes, misalnya untuk keperluan tes awal-tes akhir, tes penguasaan, diagnostik, prestasi, formatif,
atau sumatif. e. Tes hasil belajar disesuaikan dengan pendekatan pengukuran yang dianut,
apakah mengacu pada kelompok Norm-referenced Test: penilaian acuan norma atau mengacu pada kriteria Criterion-referenced Test: penilaian acuan
kriteria. f. Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses
pembelajaran. Prinsip ini merupakan tujuan utama dari pengujian siswa dengan catatan kelima prinsip di atas dilaksanakan dengan baik dan
dilanjutkan dengan adanya tindak lanjut setelah hasil tes diketahui Phil Indrawati, 2009.
2.4 Langkah-langkah Penyusunan Tes Hasil Belajar
Pada pengambilan keputusan yang benar mengenai siswa diperlukan data siswa yang baik dan benar. Hal inilah yang dicari dengan tes. Tes akan sangat
berarti jika terdiri atas butir-butir soal yang menguji tujuan yang penting dan mewakili atribut siswa yang akan diukur pengetahuan, sikap, dan keterampilan
secara representatif. Sehubungan dengan keperluan tersebut maka serangkaian proses penyusunan dan pengembangan tes perlu dikuasai. Secara umum, proses
penyusunan dan pengembangan tes meliputi langkah-langkah yang diuraikan berikut ini Zainul Nasoetion, 1993.
a. Penentuan Tujuan Tes Sebelum butir soal disusun, dilakukan penentuan tujuan tes terlebih
dahulu, yaitu apakah untuk mengetahui penguasaan siswa dalam pokok bahasan tertentu setelah diajarkan atau untuk mengetahui kesulitan belajar siswa. Tujuan
tes harus jelas sehingga dapat memberikan arah dan lingkup pengembangan tes. Suryabrata 1997 mengemukakan beberapa pertanyaan yang dapat digunakan
Konstruksi Tes Hasil Belajar 14
untuk mencari kejelasan mengenai tujuan-tujuan tes, yaitu a daerah-daerah prestasi khusus yang mana yang akan diukur? b siapakah yang akan dites? c
bagaimanakah nantinya skor-skor hasil tes tersebut akan digunakan? d berapakah waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes tersebut?
Salah satu tahapan yang sangat penting dalam pengembangan tes adalah menentukan tujuan. Secara umum tes antara lain dikembangkan untuk
kepentingan penempatan yang terdiri atas pretes kesiapan dan pretes penempatan, formatif, diagnostik, dan sumatif. Secara lengkap perbedaannya dapat dilihat pada
tabel 7.
Tabel 7
. Jenis dan Tujuan Tes
Tes Penempatan Tes Kesiapan
Tes Penempatan
Tes Formatif
Tes Diagnosis
Tes Sumatif
Fokus Penguku
ran Persyaratan
kemampuan masuk
program tertentu
Persyaratan masuk
program atau unit tertentu
Memperbaik i
program pembelajara
n yang telah
dilakukan Memperbai
ki kesulitan
belajar yang
dialami peserta tes
Persyaratan masuk
program atau unit
tertentu seperti
kenaikan kelas atau
ujian akhir nasional
Sifat sampel
Sampel kemampuan
sangat terbatas
Sampel kemampuan
sangat luas Sampel hasil
belajar yang terbatas
Sampel kesalahan
yang sangat
terbatas Sampel
kemampua n
sangat luas
Tingkat Kesukar
an relatif rendah
Biasanya memiliki
tingkat kesukaran
yang bervariasi
Bervariasi bergantung
kepada program
pembelajara n
relatif rendah
relatif tinggi
Waktu Pelaksa
naan Awal
program atau unit
Awal program
atau unit Secara
periodic dilakukan
selama program
pembelajara n
Sewaktu- waktu
bergantung pada
program pembelajar
an Di akhir
program pembelajar
an semester,
tahun, jenjang
pendidikan
Jenis Umumnya
Umumnya Umumnya
Khusus Umumnya
Konstruksi Tes Hasil Belajar 15
Instrum en
berdasarkan kriteria
criterionrefer enced
mastery test berdasarkan
norma normreferen
ced tes
berdasarkan kriteria
criterionref erenced
mastery test dirancang
untuk mengidenti
fikasi kesulitan
belajar berdasarkan
norma atau kriteria
seperti yang terjadi
pada UAN.
Keguna an
Bahan remedial atau
tugas untuk kelompok
belajar tertentu
Bahan untuk pembuatan
program pembelajaran
dan penempatan
peserta tes Masukan
perbaikan program
pembelajara n
Remedial yang
berkaitan dengan
kesulitan belajar
Menentuka n
kenaikan, kelulusan,
dan mengevalua
si program
pembelajar an
Sumber: Surapranata, 2005 b. Penyusunan Kisi-Kisi
Salah satu tahapan yang sangat penting dalam pembuatan dan penggunaan tes adalah mengembangkan kisi-kisi yang berguna untuk menjamin bahwa soal
yang dikembangkan sesuai dengan tujuan yang hendak diukur content validity. Namun demikian, kualitas soal sangat bergantung kepada materi yang ditanyakan,
tidak bergantung kepada format yang digunakan. Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matrik yang memuat informasi untuk dijadikan pedoman dalam
menulis soal atau merakit soal menjadi tes. Kisi-kisi berisi spesifikasi tes secara umum yang biasa ditampilkan dalam
bentuk matriks yang menunjukkan proporsi dan jumlah dari setiap aspek butir soal yang membentuk suatu perangkat tes. Pada kisi-kisi dapat terbaca ruang
lingkup materi dan isi yang akan diujikan, kemampuan yang akan diuji, dan jumlah soal yang akan diujikan dari setiap aspek.
c. Pengkontruksian Soal Penulisan soal merupakan penjabaran indikator jenis dan tingkat perilaku
yang akan diukur menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan rincian spesifikasi soal yang ada dalam kisi-kisi. Sebelum penulisan soal
perlu diperhatikan tipe tes yang akan digunakan esai atau objektif dan aspek yang akan diuji misalnya ranah kognitif: C1-C6, pemahaman atau kemampuan
berpikir tingkat tinggi. d. Penelaahan Soal
Konstruksi Tes Hasil Belajar 16
Tahapan keempat dalam pengembangan soal adalah melihat soal dari segi kualitas untuk mengkaji berfungsi tidaknya sebuah soal, yaitu berupa telaah
review dan perbaikan revisi soal. Review dan revisi soal pada prinsipnya adalah upaya untuk memperoleh informasi mengenai sejauh mana suatu soal telah
berfungsi mengukur apa yang hendak diukur sebagaimana tercantum dalam kisi- kisi dan telah memenuhi kaidah yang telah ditetapkan, misalnya: kaidah
konstruksi, bahasa, dan penulisan soal. Review dan revisi idelanya dilakukan oleh orang lain bukan si penulis soal dan teridir atas suatu tim penelaah yang teridir
atas ahli-ahli materi, pengukuran evaluasi, dan bahasa.Penelaahan soal idealnya dilakukan oleh orang lain karena biasanya kekurangan yang terdapat pada suatu
soal tidak terlihat oleh si penulis soal. e. Uji Coba Soal
Ujicoba soal pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan informasi empirik mengenai sejauh mana sebuah soal dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Informasi empirik tersebut pada umumnya menyangkut segala hal yang dapat mempengaruhi validitas soal, seperti: keterbacaan soal, tingkat daya
pembeda soal, tingkat kesukaran soal, distraktor, konsistensi internal butir soal, dan sebagainya.
f. Perakitan Soal Soal-soal yang baik hasil dari ujicoba dapat dirakit sesuai dengan
kebutuhan tes. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perakitan antara lain penyebaran soal, penyebaran tingkat kesukaran soal, daya pembeda atau validitas
soal, penyebaran jawaban, dan layout tes. Untuk memperoleh skor yang dapat dipercaya, diperlukan banyak butir soal. Berdasarkan keperluan itu diperlukan
butir-butir soal yang dirakit menjadi alat ukur yang terpadu. Pada perakitan soal
perlu diperhatikan urutan nomor soal, pengelompokan bentuk soal, dan layout soal.
g. Penyajian Tes Setelah tes tersusun, naskah tes siap diberikan atau disajikan kepada
peserta didik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian tes ini adalah administrasi penyajian tes, antar lain meliputi: petunjuk pengerjaan, cara
menjawab, alokasi waktu yang disediakan, ruangan, tempat duduk peserta didik,
Konstruksi Tes Hasil Belajar 17
dan pengawasan. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian tes, misalnya waktu penyajian, petunjuk yang jelas mengenai cara menjawab butir
soal tes, tempat duduk siswa dan ruang yang digunakan. h. Skoring
Penskoran atau pemeriksaan atas jawaban peserta didik dan pemberian angka dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi kuantitatif dari masing-
masing peserta didik. Penskoran harus dilakukan seobjektif mungkin. Skoring dilakukan untuk memperoleh informasi kuantitatif dari masing-masing siswa.
Pada prinsipnya skoring harus diusahakan objektif dengan cara memperhatikan pembobotan aspek-aspek yang dinilai sesuai kriteria yang telah ditentukan.
i. Pelaporan Hasil Tes
Setelah tes dilaksanakan dan dilakukan skoring, hasil pengetesan perlu
dilaporkan kepada siswa, orang tua, atau pihak-pihak yang berkepentingan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban guru dalam penilaian hasil belajar
siswa Phil Indrawati, 2009. Laporan dapat digunaan sebagai alat untuk menentukan kebijakan atau kebijaksanaan selanjutnya.
j. Pemanfaatan Hasil Tes Hasil pengukuran yang diperoleh melalui tes berguna dengan tujuan
dilakukannya tes. Informasi hasil pengukuran dapat dimanfaatkan untuk perbaikan atau penyempurnaan system, proses, atau kegiatan belajar mengajar,
maupun sebagai data untuk mengmabil keputusan atau menentukan kebijakan.
2.5 Penyusunan Kisi-kisi Tes Hasil Belajar a. Pengertian