SKL yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi SI dan Standar Kompetensi Lulusan SKL. SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan peserta didik yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005, SKL yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP

digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, yang meliputi kompetensi seluruh mata pelajaran. Jadi, kegiatan penyelenggaraan pendidikan yang mengikuti SKL dalam KTSP adalah penilaian. Penilaian menjadi penting karena berfungsi sebagai alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional, memberikan umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, dan dasar untuk menyusun kemajuan belajar siswa Murtiyasa, 2001. Penilaian yang dilakukan oleh guru dapat mendeskripsikan kecakapan belajar siswa, mengetahui keberhasilan proses pengajaran, menentukan tindak lanjut hasil penilaian, dan pertanggungjawaban pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat luas telah menyerahkan sebagian besar pekerjaan mengases dan mengevaluasi pertumbuhan dan potensi peserta didik kepada sekolah dan guru. Seberapa baik kinerja siswa pada berbagai tes, nilai yang mereka terima, dan penentuan yang dibuat guru tentang potensi mereka memiliki konsekuensi jangka panjang yang penting bagi siswa. Keputusan tersebut menentukan siapa yang bisa kuliah di perguruan tinggi, tipe perguruan tinggi apa yang cocok untuk mereka, pekerjaan pertama apa yang tepat bagi mereka, dan gaya hidup apa yang akan mereka sandang. Persepsi yang stabil tentang self worth percaya diri dan self esteem harga diri juga bisa merupakan akibat cara siswa dievaluasi di sekolah. Untuk alasan inilah mengapa diantara semua aspek kepemimpinan pengajaran, mengases, dan mengevaluasi Konstruksi Tes Hasil Belajar 1 pertumbuhan dan potensi siswa memiliki pengaruh paling besar. Guru-guru yang tidak menganggap serius aspek pekerjaan ini dapat membawa kerugian besar pada siswanya. Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas dapat dilihat dari sejauh mana penguasaan kompetensi yang telah dikuasai oleh seluruh siswa di kelas itu. Keberhasilan ini selalu dikaitkan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, sangat penting dilakukan evaluasi. Komponen ini untuk mengukur apakah tujuan yang telah dirumuskan dan diajarkan melalui pembelajaran sudah tercapai atau belum. Dengan demikian evaluasi merupakan alat ukur ketercapaian tujuan. Pada umumnya pendidik dalam menyusun sebuah tes atau instrumen untuk mengukur keberhasilan proses belajar siswa kurang memperhatikan prosedur penyusunan yang benar, sehingga sering dijumpai alat ukur itu validitas dan reliabilitasnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Santyasa, 2005 mengungkapkan beberapa alasan mengapa pengkonstruksian tes sebagai alat ukur kompetensi siswa sering tidak mengikuti prosedur yang benar, yaitu 1 guru tidak selalu memahami atau mengabaikan arti pentingnya evaluasi yang tepat, 2 guru tidak siap mengenai metode untuk menganalisis tes, dan 3 guru mungkin merasakan bahwa analisis tes tersebut terlalu banyak menghabiskan waktu. Jika hal ini terjadi, berarti konsep keefektifan tes tidak menjadi perhatian para guru, sehingga keputusan yang ditetapkan berdasarkan tes yang dibuatnya boleh jadi tidak mampu menggambarkan keputusan yang benar. Untuk mewujudkan profesionalitas guru dalam mengevaluasi peserta didiknya, maka makalah ini akan membahas tentang definisi tes, macam-macam tes, syarat-syarat tes yang baik, serta cara mengkonstruksi tes. Hal yang perlu dihayati ialah kemampuan menyusun butir soal dengan baik tidak hanya bersifat pengetahuan atau pemahaman, tetapi lebih berupa keterampilan. Bahkan untuk mencapai tahap mahir dalam kemampuan mengkonstruksi soal, maka aspek kiat akan mempunyai peran yang penting. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai teknik konstruksi tes hasil belajar.

1.2 Rumusan Masalah