17
Permasalahan perbedaan pandangan serta Putusan - putusan MK mengenai Ambang Batas Presiden PT dikaitkan dengan dikabulkannya
permohonan Pemilu Serentak diataslah yang melatarbelakangi ketertarikan penulis untuk mengkaji hal ini lebih dalam. Adapun judul yang dipilih yaitu
“EKSISTENSI PRESIDENTIAL THRESHOLD PASKA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 14PUU-
XI2013” B.
Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah 1.
Bagaimana pengaturan Presidential Threshold PT menurut UUD NRI 1945 dan UU No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden ? 2.
Bagaimana Eksistensi Presidential Threshold PT paska putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14PUU-XI2013 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut a.
Mengetahui pengaturan Presidential Threshold PT menurut UUD dan UU No.42 Tahun 2008 tentang Pilpres
b. Menjelaskan Eksistensi Presidential Threshold PT paska putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 14PUU-XI2013 2.
Manfaat Penulisan
a. Secara Teoritis
Untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, menambah dan melengkapi karya ilmiah serta memberikan kontribusi pemikiran
mengenai PT pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia. b.
Secara Praktis Hasil penulisan ini semoga bermanfaat bagi semua orang, terutama untuk
peminat pada perkuliahan di Fakultas Hukum dan untuk sumbangan pemikiran ilmiah hukum Indonesia. Penulisan ini juga diharapkan mampu
mengggambarkan eksistensi PT berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi.
18
D. Keaslian Penulisan
Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan Eksistensi Presidential
Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14PUU-XI2013 dan dari informasi yang diperoleh dari perpustakaan. judul ini belum pernah ditulis sebagai
Skripsi. Kemudian, permasalahan yang dimunculkan dalam penulisan ini merupakan hasil olah pikir dari penulis sendiri. Dalam skripsi ini, penulis
mencoba untuk mengarahkan keberadaan PT sebagai syarat calon Presiden dan Wakil Presiden Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14PUU-XI2013.
Oleh karena itu, keaslian dari tulisan ini dapat dijamin oleh penulis.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Sistem Pemerintahan
Dalam Ilmu Negara umum algemeine staatlehre yang dimaksud dengan sistem pemerintahan ialah sistem hukum ketatanegaraan. baik yang berbentuk
monarki maupun republik, yaitu mengenai hubungan antar pemerintah dan badan yang mewakili rakyat.
16
Sedangkan menurut Mahfud, sistem pemerintahan dipahami sebagai suatu sistem hubungan tata kerja antarlembaga-lembaga
Negara.
17
Sejalan dengan pandangan diatas Jimly Asshiddiqie mengemukakan. sistem pemerintahan berkaitan dengan pengertian regeringdaad, yaitu
penyelenggaraan pemerintahan oleh eksekutif dalam hubungannya dengan fungsi legislatif
18
Pemerintahan berasal dari kata perintah.
19
dimana kata perintah tersebut mempunyai empat unsur yaitu ada dua pihak yang terkandung, yang kedua pihak
tersebut saling terkait atau memiliki hubungan, pihak yang memerintah memiliki wewenang dan pihak yang diperintah memiliki ketaatan.
16
Harun Alrasyid, Kajian Sistem Pemerintahan Dan Ruang Lingkupnya, Majalah Mahasiswa Universitas Pasunda, Bandung, 2002 ,Vol.3, No. III, hlm.1
17
Moh. Mahfud MD, Dasar Dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, UIIPress, Yogyakarta, 1993, hlm.83
18
Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, Buana Ilmu Popular, 2007, hlm 100
19
S. Pamuji, 1988, Perbandingan Pemerintahan, Bina Aksara, Jakarta, hlm. 3.
19
Apabila dalam suatu negara kekuasaan pemerintahan, dibagi atau dipisahkan maka terdapat perbedaan antara pemerintahan dalam arti luas dan
pemerintahan dalam arti sempit. Pemerintahan dalam arti sempit hanya meliputi lembaga yang mengurusi pelaksanaan roda pemerintahan disebut eksekutif.
Sedangkan, pemerintahan dalam arti yang luas selain eksekutif, termasuk lembaga yang membuat peraturan perundang-undangan disebut legislatif, dan
yang melaksanakan peradilan disebut yudikatif
20
Menurut C.F. Strong sebagaimana dalam
Inu Kencana Syafiie dalam buku Pengantar Ilmu Pemerintahan
mengatakan:
21
“Government in the broader sense, is changed with the maintenance of the peace and security of state with in and with out. It must therefore, have
first military power or the control of armed forces, secondly legislative power or the means of making law, thirdly financial power of the ability to
extract sufficient money from the community to defray the cost of defending of state and of enforcing the law it makes on the state behalf.
“ Maksudnya pemerintahan dalam arti luas mempunyai kewenangan untuk
memelihara kedamaian dan keamanan Negara, ke dalam dan keluar. Oleh karena itu, pertama harus mempunyai kekuatan militer atau kemampuan untuk
mengendalikan angkatan perang. yang kedua, harus mempunyai kekuatan legislatif atau dalam arti pembuatan undang-undang. yang ketiga, harus
mempunyai kekuatan finansial atau kemampuan untuk mencukupi keuangan masyarakat dalam rangka membiayai biaya keberadaan negara dalam
menyelenggarakan peraturan. hal tersebut dalam rangka penyelenggaraan kepentingan negara.
Adapun pemerintahan dalam arti luas menurut Carl J. Frederich adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan
rakyatnya dan kepentingan negaranya sendiri. Lebih lanjut lagi, ia menjelaskan bahwa pemerintahan semata-mata tidak hanya sekedar menjalankan tugas
20
Inu Kencana Syafiie Pengantar Ilmu Pemerintahan, Cetakan Ketiga, Refika Aditama, Bandung, 2005, hlm. 21-22.
21
Ibid, hlm. 22.
20
eksekutif saja, melainkan juga tugas-tugas lainnya termasuk legislatif dan yudikatif
22
Berdasarkan uraian diatas dapatlah dirumuskan bahwa pemerintahan dalam arti luas adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh organ-organ
atau badan-badan Legislatif, Eksekutif, Yudikatif dalam rangka mencapai tujuan pemerintahan negara tujuan nasional. Sedangkan pemerintahan dalam arti
sempit adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh organ eksekutif dan jajarannya dalam rangka mencapai tujuan pemerintahn negara
23
Didalam buku Saldi Isra terdapat perbedaan varian sistem pemerintahan. misalnya C.F Strong dalam buku “Modern Political Constitution” membagi
sistem pemerintahan kedalam kategori : Parlementary Executive dan Non Parliamentary Executive atau The Fixed Executive. Lebih bervariasi dibanding
Strong. Giovani Sartori membagi sistem pemerintahan menjadi tiga kategori : Presidentialism, Parliamentary System, dan Semi Presidensialism. Sejalan dengan
ahli luar negeri tersebut. para ahli didalam negeri juga sependapat misalnya, Sri Soemantri mengemukakan tiga variasi sistem pemerintahan. yaitu sistem
pemerintahan parlementer, sistem pemerintahan Presidensial, dan sistem pemerintahan campuran.
24
a. Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem pemerintahan parlementer dari semua varian sistem pemerintahan yang ada. merupakan sistem pemerintahan yang paling luas diterapkan di seluruh
dunia. Adapun Negara kelahirannya sistem pemerintahan parlementer ini yaitu Inggris. Menurut Djokosoetono, sistem parlementer merupakan sistem yang
ministeriele verantwoordelijk-heid menteri bertanggungjawab kepada parlemen ditambah dengan overwich kekuasaan lebih kepada parlemen. selain itu sistem
parlementer didasarkan landasan bahwa parlemen adalah pemegang kekuasaan tertinggi parlement is sovereign. Adapun karakter sistem pemerintahan
22
Titik Triwulan Tutik Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Prestasi Pustaka, Jakarta, , 2005, hlm. 97.
23
S. Pamuji, , Op.Cit,hlm. 6.
24
Sri Soemantri dalam Saldi Isra Pergeseran Fungsi Legislasi Menguatnya Model Legislasi parlementer dalam sistem Presidensial Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2010, hlm.25
21
parlementer secara lengkap dijelaskan Verney dalam 11 karakter sistem pemerintahan parlementer. yaitu :
25
1. The assembly becomes a parliament
2. The executive is devided into two parts
3. The head of state appoints the head of government
4. The head of government appoints the ministry
5. The ministry is a collective body
6. Ministers are usually member of parliament
7. The government is politically responsible to the assembly
8. The head of government may advise the head of state to dissolve
parliament 9.
Parliament as a whole is supreme over its constituent parts. government and assembly. neither or which may dominate other.
10. The government as a whole is only indiriectly responsible to the
electorate. 11.
Parliament is the focus of power in the political system Dari pendapat ahli diatas, jelaslah karakter sistem parlemen yaitu
pemisahan antara jabatan kepala Negara dan pemerintahan. sistem pemerintahan parlementer tingginya ketergantungan eksekutif kepada dukungan parlemen, serta
eksekutif tidak dipilih oleh pemilih sebagaimana pemilihan anggota legislatif. Oleh karena itulah parlemen menjadi pusat kekuasaan dalam pemerintahan
parlementer b.
Sistem Pemerintahan Presidensial Dalam literature, Amerika Serikat merupakan tanah kelahiran dan contoh
ideal sistem pemerintahan Presidensial. Berbeda dengan sistem Parlementer, sistem Presidensial tidak dibangun melalui proses evolusi yang lambat dan
panjang. Kelahiran sistem pemerintahan Presidensial tidak dapat dilepaskan dari Perjuangan Amerika Serikat menentang dan melepaskan diri dari kolonial Inggris
serta sejarah pembentukan konstitusi Amerika Serikat. Sistem ini juga menjadi penolakan terhadap Inggris, dimana Amerika melalui pembentuk konstitusinya
membentuk sistem pemerintahan yang berbeda dengan sistem pemerintahan yang dipraktikkan di Inggris.
Menurut Strong, the conception of independence of the executive from legislative merupakan salah satu konsep yang disepakati para pendiri Negara
Amerika Serikat. Pemisahan itu diatur dalam Article I dan Article II Konstitusi
25
Saldi Isra, Op,cit, hlm. 30.
22
Amerika Serikat. Tidak hanya pemisahan antara legislatif dan eksekutif, jabatan Presiden sebagai kepala Negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Menurut
Harun Alrasyid, jabatan Presiden dalam Negara berbentuk Republik merupakan hasil Konvensi Federal 1787 :
“ the executive power shall be vested in a President of the united states of America
…”. Dalam sistem ini melakukan pemilihan Presiden oleh rakyat dan menolak
Raja. Untuk diputuskan Presiden harus memiliki kekuatan yang memadai untuk menyelesaikan rumitnya masalah bangsa. Oleh karena itu dirancanglah konstitusi
yang memberikan kekuasaan yang besar kepada Presiden namun tetap menutup hadirnya pemimpin sejenis raja yang tiran. Jimly Asshiddiqie menyebutkan
didalam sistem pemerintahan Presidensil ada 9 karakternya, yaitu
26
1. Terdapat pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang kekuasaan
eksekutif dan legislatif. 2.
Presiden merupakan eksekutif tunggal. 3.
Kepala pemerintahan adalah sekaligus kepala negara atau kepala negara adalah sekaligus kepala pemerintahan
4. Presiden mengangkat menteri sebagai pembantu atau sebagai bawahan
yang bertanggung jawab kepadanya 5.
Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan eksekutif dan demikian pula sebaliknya
6. Presiden tidak adapat membubarkan atau memaksa parlemen
7. Jika dalam sistem parlemen berlaku prinsip supremasi parlemen. maka
dalam sistem Presidensial berlaku supremasi konstitusi. Karena itu, pemerintahan eksekutif bertanggungjawab kepada konstitusi
8. Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada rakyat yang berdaulat
9. Kekuasaan tersebar secara tidak terpusat seperti dalam sistem parlementer
yang terpusat pada parlemen.
c. Sistem Pemerintahan Campuran
Sistem pemerintahan campuran tidak lepas dari perkembangan ketatanegaraan Prancis. Adapun karakter umum sistem pemerintahan campuran
dikemukakan Sartori yaitu
27
26
Saldi Isra, Op, cit, hlm.39
27
Ibid, hlm. 47
23
1. The head of state is elected by popular vote-either directly or indirectly-
for a fixed of office 2.
The head of state shares the executive power with a prime minister.,thus entering a dual authorit structure whose three defining criteria are:
3. The Presiden is independent from parliament, but is not entitled to govern
alone or directly and thefore his will must be conveyed and processed via his government
4. Conversely, the prime minister and his cabinet are President-indipendent
in that they are parliament- dependent : they are subject to either parliamentary confidence or no confidence. and either case need the
support of parliamentary majority
5. The dual authority structure of semi Presidentialism allows for different
balances and also for shifting prevalances of power within the executive, under the strict condition that the “autonomy potential” of each
component unit of the executive does subsist. Dari karakter diatas, sistem pemerintahan campuran adalah sistem
pemerintahan yang berupaya untuk mencarikan titik-temu meeting point antara sistem pemerintahan presidensial adan sistem pemerintahan Parlementer.
Karakter kuncinya yaitu terletak pada fungsi ganda Presiden yang dalam fungsi eksekutif Presiden berbagi kekuasaan dengan perdana menteri yang juga
memegang kekuasaan eksekutif. 2.
Pengertian Demokrasi Istilah demokr
asi menurut asal kata berarti “ rakyat berkuasa” atau government or rule by the people
”. Dimana dalam kata yunani demos berarti rakyat, kratos kratein berarti kekuasaan.
28
Menurut R. J. Gettel, suatu bentuk pemerintahan disebut demokrasi apabila memenuhi syarat-syarat demokrasi, antara lain:
29
a. Harus didukung oleh persetujuan umum general consten;
b. Hukum yang berlaku dibuat oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih melalui
referendum yang luas atau melalui pemilu;
28
Miriam Budiarjo, Dasar- Dasar ilmu Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.2007, hlm. 50
29
Titik Triwulan Tutik, 2011, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 141
24
c. Kepala Negara dipilih langsung atau tidak langsung melalui pemilu. dan
bertanggungjawab kepada dewan legislatif; d.
Hak pilih aktif diberikan kepada sejumlah besar rakyat atas dasar kesederajatan;
e. Jabatan-jabatan pemerintah harus dapat dipangku oleh segenap lapisan
rakyat.
Macam-macam bentuk pemerintahan demokrasi meliputi: Pertama. demokrasi langsung, yaitu negara demokrasi dimana semua warga negara secara
langsung memilih serta ikut memikirkan jalannya pemerintahan. bahkan semua orang ikut memerintah. Contoh Negara Yunani Kuno, New England, dan negara-
negara bagian Swiss appenzell, gelarus, uri, dan unterwalden. Kedua, demokrasi perwakilan, yaitu suatu negara dimana tidak semua warga negara ikut serta secara
langsung dalam pemerintahan, tetapi mereka itu memilih wakil-wakil diantara mereka yang duduk dalam badan perwakilan parlemen. Contoh negara
demokrasi perwakilan dengan parlemen, Indonesia dengan DPR. Suatu Negara memilih sistem pemerintahan atau sistem politik demokrasi
didasarkan atas pertimbangan :
30
a. Demokrasi mencegah tumbuhnya pemerintahan oleh kaum otokrasi yang
kejam dan licik: b.
Demokrasi menjamin sejumlah hak asasi bagi warga Negara yang tidak diberikan oleh sistem
– sistem yang tidak demokratis; c.
Demokrasi lebih menjamin kebebasan pribadi lebih luas: d.
Demokrasi membantu orang untuk melindungi kepentingan pokok mereka;
e. Demokrasi memberikan kesempatan sebesar-besarnya bagi warga Negara
untuk menentukan nasibnya sendiri hidup dibawah hukum pilihannya: f.
Demokrasi memberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk menjalankan tanggung jawab moral, termasuk akuntabilitas penguasa kepada rakyat;
g. Demokrasi membantu perkembangan manusia secara lebih total;
h. Demokrasi membantu perkembangan kadar persamaan politik yang
relative tinggi: i.
Demokrasi modern tidak membawa peperangan Negara penganutnya; dan j.
Demokrasi cenderung lebih membawa kemakmuran bagi Negara penganutnya daripada pemerintahan yang tidak menganut demokrasi.
30
Ramlan Surbakti dkk, Perekayasas Sistem Pemilu, Jakarta, Kemitraan, 2008 , hlm.8-9
25
Salah satu pendekatan untuk memahami demokrasi dan relevansinya dengan Pemilu adalah melihat demokrasi dari segi lingkup dan intensitas
partisipasi warga Negara dalam pembuatan dan pelaksanaan putusan-putusan politik, sehingga membedakan demokrasi dalam empat tingkatan
31
. yaitu : a.
Demokrasi Prosedural Joseph Schumpeter dan Huntington, yang mengandalkan persaingan yang adil dan partisipasi Warga Negara untuk
menentukan wakil rakyat atau pemimpin pemerintahan melalui Pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, dan akuntabel.
Demokrasi jenis ini juga disebut demokrasi minimalis.
b. Demokrasi Agregatif Robert Dahl, demokrasi tidak hanya berupa
keikutsertaan dalam Pemilu yang Luber, Jurdil, dan akuntabel. Namun terutama cita-cita, pendapat, prefensi, dan penilaian Warga Negara yang
menentukan isi undang-undang, kebijakan, dan tindakan publik lainnya, karena menyakini prinsip self-government yang mendasari pengambilan
keputusan mengenai undang-undang dan kebijakan publik oleh sebagian besar Warga Negara.
c. Demokrasi Deliberatif Dennis Thompson, Amy Gutmann,
berpandangan bahwa undang-undang dan kebijakan publik haruslah dirumuskan berdasarkan alasan dan pertimbangan yang dapat diterima
oleh semua warga Negara secara rasional, karena menekankan pentingnya otonomi, persamaan, dan kesetaraan individu. Sehingga disebut juga
reasoned rule.
d. Demokrasi Partisipatoris Benyamin Barber, menyetujui penting nilai-
nilai demokrasi seperti self-government, persamaankesetaraan politik, dan reasoned rule, namun juga menekankan pada partisipasi seluruh warga
Negara yang berhak memilih terlibat secara langsung dalam pengambilan keputusan.
3. Pemilu Umum Pemilihan umum Pemilu merupakan salah satu media perwujudan
demokrasi yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan tertib, melaksanakan kedaulatan rakyat,
serta dalam rangka melaksanakan Hak-hak Asasi Warga Negara
32
Adapun yang
menjadi asas-asas umum pelaksanaan dan penyelenggaraan pemilu sebagaimana
tercantum dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 8 Tahun 2012 adalah sebagai berikut :
31
A. Mukti Fajar, Pemilu Perselisihan Hasil Pemilu Dan Demokrasi, 2013, Setara Press, Malang, hlm. 26-27
32
Ade Maman Suherman, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 2004, hlm. 57.
26
1. Langsung; adalah rakyat sebagai Pemilih mempunyai hak untuk
memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.
2. Umum; mengandung makna adanya jaminan kesempatan yang berlaku
menyeluruh bagi semua warga Negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan, dan
status sosial.
3. Bebas; setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan
pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun. Di dalam melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya oleh
Negara, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani.
4. Rahasia; dalam memberikan suaranya, Pemilih dijamin bahwa pilihannya
tidak akan diketahui oleh pihak mana pun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain.
5. Adil; peserta Pemilu, pengawas Pemilu, pemantau Pemilu, Pemilih, serta
semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap Pemilih dan Peserta
Pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak mana pun.
Pemilu adalah wujud nyata demokrasi prosedural, meskipun demokrasi
tidak sama dengan pemilu. Namun Pemilu merupakan salah satu aspek demokrasi yang sangat penting yang juga harus diselenggarakan secara demokratis. Oleh
karena itu, lazimnya di Negara-negara yang menamakan diri sebagai negaa demokrasi mentradisikan Pemilu untuk memilih pejabat-pejabat publik dibidang
Legilatif dan Eksekutif baik dipusat maupun daerah. Demokrasi dan Pemilu yang demokratis saling terkait merupakan “qonditio sine qua non”, the one can not
exist without the others.
Demokrasi dan proses demokratisasi secara kualitatif substansial tidak hanya cukup dengan dipenuhinya atribut-atribut formal demokrasi, seperti adanya
lembaga perwakilan, adanya lebih dari satu partai politik yang bersaing dalam pemilu, dan adanya pemilu yang periodik.
33
Demokrasi dan proses demoratisasi harus didasarkan pada standar-standar hak asasi manusia HAM agar lebih
bermakna partisipatoris dan emansipatoris, sebab kalau tidak demokrasi akan mudah dikooptasi dan diselewengkan.
34
33
A. Mukthie Fadjar,Hukum dan Penataan Kehidupan Politik di IndonesiaPenerbit Universitas Muhammadiyah, , Malang, 1997, hlm.73
27
Di Indonesia. salah satu perubahan yang signifikan sebagai akibat Perubahan UUD NRI 1945 1999-2002 adalah bahwa cara pengisisan jabatan
dalam lembaga legislatif dan eksekutif, baik di tataran nasional, maupun lokal harus dilakukan dengan cara pemilihan, tidak boleh dengan cara penunjukan,
pengangkatan, atau pewarisan, tentunya dengan asumsi akan lebih demokratis. sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat sebagaimana tercantum dalam Pasal 1
ayat 2 UUD NRI 1945 y aitu bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar ”. Selain itu, Indonesia telah
menganut bentuk pemerintahan republik sesuai Pasal 1 ayat 1 UUD NRI 1945 dan Pemilu Pemilu yang merupakan pranata terpenting bagi pemenuhan tiga
prinsip pokok demokrasi dalam pemerintahan yang berbentuk Republik, yaitu kedaulatan rakyat, keabsahan pemerintahan, dan pergantian pemerintahan secara
teratur.
35
Semua demokrasi modern melaksanakan pemilihan, tetapi tidak semua pemilihan adalah demokratis, karena pemilihan yang demokratis bukan sekedar
lambang, tetapi pemilihan yang demokratis harus kompetitif, berkala, inklusif luas dan definitif yakni menentukan kepemimpinan pemerintahan.
36
Ukuran bahwa suatu Pemilu demokratis atau tidak harus memenuhi tiga syarat
37
yaitu a ada tidaknya pengakuan, perlindungan, dan pemupukan HAM; b terbangunnya kepercayaan masyarakat terhadap Pemilu yang menghasilkan
pemerintahan yang legitimasi, dan c terdapat persaingan yang adil dari para
peserta Pemilu.
Melalui Perubahan UUD NRI 1945, Indonesia sebenarnya telah meletakkan dasar - dasar pemerintahan yang demokratis lewat Konstitusi yang
mengamanatkan Pemilu berkala yang demokratis pula, yakni menganut asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil [Pasal 22E ayat 1 UUD NRI 1945]
dan diselenggarakan oleh suatu komisi pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri [Pasal 22E ayat 5 UUD NRI 1945]. Pemilu yang sebelumnya hanya
35
A. Mukti Fadjar, Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi, Konpres, Jakarta, 2006, hlm.89
28
dikenal sebagai instrumen untuk memilih sebagian anggota DPR dan DPRD karena yang sebagian lagi diangkat, misalnya Pemilu pada era Orde Baru dan
Pemilu 1999, melalui pengkaidahan dalam Pasal 22E UUD NRI 1945 menjadi instrumen untuk memilih seluruh anggota DPR, DPD dan DPRD, dan bahkan
untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya ketentuan-ketentuan dalam UUD NRI 1945 sebagai berikut:
a. Pasal 6A ayat 1: “Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat”; b.
Pasal 18 ayat 3 : Pemerintahan daerah Provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggotanya dipilih
melalui Pemilu ”;
c. Pasal 19 ayat 1 :”Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui
Pemilu ”;
d. Pasal 22C ayat 1: “Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap
provinsi melalui Pemilu ”;
e. Pasal 22E ayat 2: “Pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.”
4. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
Dalam suatu Negara yang menganut sistem pemerintahan Presidensial, pimpinan Eksekutif Presiden dan Wakil Presiden lazimnya dipilih oleh
“the electorate
” yang perwujudannya ada tiga kemungkinan. yaitu a dipilih oleh rakyat atau warga negara yang memenuhi persyaratan tertentu secara langsung; b
dipilih oleh “Electoral college Dewan Pemilih”; atau c dipilih oleh suatu badan lembaga perwakilan rakyat.
38
Perkembangan Konstitusi Indonesia menunjukkan adanya perbedaan dalam Prosedural demokrasi untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden. Perubahan UUD NRI 1945 1999-2002 salah satunya menyangkut
perubahan mengenai mekanisme Pilpres dalam sistem Presidensial yang kita anut, dari yang semula dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR menjadi
dipilih secara langsung. Pilpres secara langsung untuk pertama kali diadakan pada tanggal 6 juli 2004 sesudah selesainya pemilu anggota DPR,DPD, DPRD Pemilu
38
Sri Soemantri Dan Bintan Saragih, Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan,1993 , hlm.42
29
Legislatif Tahun 2004, untuk kedua kalinya dilaksanakan pada tanggal 8 juli 2009 dan Ketiga kalinya dilaksanakan pada tanggal 8 juli 2014.
Adapun Persyaratan Calon Presiden dan Wakil Presiden secara konstitusional melalui pemilihan secara langsung tercantum dalam Pasal 6 UUD
NRI 1945 : 1. Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara
Indonesia sejak
kelahirannya dan
tidak pernah
menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah
mengkhianati Negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
2. Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
Undang - undang organik yang mengatur persyaratan calon Presiden dan Wakil Presiden adalah UU No.23 Tahun 2003 Tentang Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden untuk Pemilu Presiden Langsung Tahun 2004 dan UU No.42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden untuk Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden langsung tahun 2009 dan 2014. Pasal 5 UU No. 42 tahun 2008 menentukan persyaratan menjadi calon
Presiden dan calon Wakil Presiden adalah: a.
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b.
Warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri;
c. Tidak pernah mengkhianati negara. serta tidak pernah melakukan tindak
pidana korupsi dan tindak pidana berat Lainnya; d.
Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden;
e. Bertempat tinggal di wilayah negara kesatuan republik Indonesia;
f. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang
memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara; g.
Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan danatau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara; h.
Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan; i.
Tidak pernah melakukan perbuatan tercela; j.
Terdaftar sebagai pemilih; k.
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP dan telah melaksanakan kewajiban membayar pajak selama 5 lima tahun terakhir yang dibuktikan
dengan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi;
30
l. Belum pernah menjabat sebagai Presiden atau Wakil Presiden selama 2
dua kali masa jabatan dalam jabatan yang sama; m.
Setia kepada Pancasila sebagai dasar Negara, undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945, dan cita-cita proklamasi 17 agustus 1945;
n. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 lima tahun atau lebih;
o. Berusia sekurang-kurangnya 35 tiga puluh lima tahun;
p. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas SMA,
Madrasah Aliyah MA, Sekolah Menengah Kejuruan SMK, Madrasah Aliyah Kejuruan MAK, atau bentuk lain yang sederajat;
q. Bukan bekas anggota organisasi terlarang partai komunis Indonesia.
termasuk organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung dalam G.30.SPKI; dan
r. Memiliki visi, misi, dan program dalam melaksanakan pemerintahan
negara republik Indonesia. Adapun mekanisme Pencalonan dan Pilpres diatur dalam Pasal 6A UUD
NRI 1945. yaitu : 1
Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.
2 Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik peserta pemilu sebelum pelaksanaan pemilu. 3
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilu dengan
sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan
Wakil Presiden.
4 Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang
terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilu dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dan
pasangan yang memperoleh, suara terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
5 Tata cara pelaksanaan Pilpres lebih lanjut diatur dalam undang-undang.
Penjabaran lebih lanjut mengenai mekanisme pencalonan dan Pilpres yang tercantum dalam Pasal 6A UUD NRI 1945 tersebut dituangkan dalam UU
232003 untuk Pemilu Presiden tahun 2004 dan dalam UU 422008 untuk Pemilu Presiden tahun 2009, sbb;
a. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden diselenggarakan oleh KPU [Pasal 9
ayat 1 UU 232003; Pasal 4 ayat 1 UU 422008]; b.
Yang berhak mengajukan Pasangan Calon adalah Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD
31
dengan ketentuan memenuhi ketentuan “Presidential Thresold” tertentu. yaitu 15 kursi DPR atau 20 perolehan suara sah nasional dalam pemilu
anggota DPR [Pasal 5 ayat 4 UU 232003] untuk pemilu Presiden 2004. sedangkan Pemilu Presid
en 2009 “PT” adalah 20 kursi DPR atau 25 perolehan suara sah nasional dalam Pemilu anggota DPR Pasal 9 UU
422008;
5. Partai Politik Carl J. Friedrich mendefinisikan partai politik adalah sekelompok manusia
yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan
penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil.
39
Adapun fungsi partai politik yaitu partai sebagai sarana komunikasi politik, partai sebagai sarana sosialisasi politik, partai politik sebagai
sarana rekruitment politik, partai politik sebagai sarana pengatur konflik. Partai politik pertama-tama lahir di Indonesia pada zaman Kolonial. Partai politik
merupakan manifestasi bangkitnya kesadaran nasional. Diantara partai - partai tersebut memiliki tujuan seperti tujuan sosial Budi Utomo dan Muhammadiyah
asas politik agama Sarikat Islam dan Partai Katolik atau asas sekuler PNI dan PKI. Setelah reformasi jumlah partai di Indonesia menjadi 48 partai dan saat ini
ada 11 partai diIndonesia yang mengikuti pemilu Presiden dan legislatif 2014.
F. Metode Penelitian