34
A. Konsepsi Demokrasi
Gagasan perihal konsep demokrasi konstitusional muncul sebagai bentuk perkembangan paradigma negara modern yang menjadikan konstitusi sebagai
pengawal sistem demokrasi. Demokrasi menempatkan prinsip one man, one vote, one value yang pada akhirnya mengarahkan suatu keputusan dinilai secara
kuantitatif dan menjadi lebih berpihak pada kehendak mayoritas. Demokrasi yang ideal merupakan rasionalisasi dari perwujudan prinsip prinsip umum
yangmencakup setiap kehendak umum seluruh masyarakat. Disinilah peranan konstitusi untuk memberikan jaminan atas perwujudan nilai-nilai tersebut dengan
cara membatasi mekanisme demokrasi secara hukum guna melindungi hak-hak seluruh warga negaranya
41
Jimly Asshiddiqie berpendapat perihal demokrasi konstitusional constitutional democracy merupakan suatu sistem dimana pelaksanaan
kedaulatan rakyat diselenggarakan menurut prosedur konstitusional yang ditetapkan dalam hukum dan konstitusi. Demokrasi konstitusional menempatkan
bagaimana adanya suatu upaya dalam mewujudkan konsensus di antara kedaulatan rakyat demokrasi dan kedaulatan hukum nomokrasi, sebagai suatu
dua hal yang dianggap disharmoni namun melekat antara satu dan yang lain dalam pencapaian tujuan negara yang melindungi masyarakat plural plural society
42
. Bart Hassel dan Piotr Hofmanski sebagaimana dikutip oleh I Dewa Gede
Atmadja merinci empat ciri khas yang menjadi dasar dari konsep demokrasi konstitusional sebagai berikut:
1. Undang-undang yang mempengaruhi kedudukan warga Negara
dibentuk oleh parlemen yang dipilih secara demokratis 2.
Mencegah perilaku sewenang-wenang dari pemerintah 3.
Peradilan yang bebas dalam menerapkan hukum pidana dan menguji peraturan perundang-undangan dan tindakan pemerintah
4. Unsur material rule of law yakni perlindungan HAM, terutama
kebebasan berbicara, kebebasan pers, dan kebebasan berserikat dan berkumpul
43
Definisi konstitusionalisme menurut Carl. J. Friedrich sebagaimana dikutip oleh Jimly Asshiddiqie adalah
―an institutionalized system of effective,
41
Janedjri M. Gaffar, Demokrasi Konstitusional Praktik Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan UUD NRI 1945, Konstitusi Press, Jakarta, 2012, hlm. 184-185.
42
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Konstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2010,hlm. 58.
43
I Dewa Gede Atmadja, Ilmu Negara Sejarah, Konsep Negara, Dan Kajian Kenegaraan, Setara Press, Malang, 2012, hlm. 92-93.
35
regularized restraints upon governmental action. Persoalan yang dianggap terpenting dalam setiap konstitusi adalah pengaturan mengenai pengawasan atau
pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah. Paham konstitusionalisme menentukan adanya suatu sistem yang melembaga dan mampu membatasi
tindakan-tindakan dari pemerintah secara efektif oleh hukum, dalam hal ini melalui konstitusi
44
Lebih lanjut Carl. J. Friedrich memberikan dua pandangan konkret yang menjelaskan bagaimana pembatasan kekuasaan tersebut dapat
dilakukan, yakni melalui pembagian kekuasaan distribution of power dan adanya konsensus atau kesepakatan umum di antara masyarakat.
45
Perihal cara yang pertama, bahwa pembatasan kekuasaan negara di dalam paham
konstitusionalisme merupakan kristalisasi dari konsep pemisahan kekuasaan. dimana Baron de Montesquieu memisahkan kekuasaan menjadi tiga Trias
Politica, yaitu: a. kekuasaan legislatif membentuk undang-undang;
b. kekuasaan eksekutif menjalankan undang-undang; c. kekuasaan yudisial mengadili atas pelanggaran undang-undang
Kemudian untuk faktor kedua perihal adanya konsensus dari masyarakat. bahwa terdapat tiga aspek yang menjamin tegaknya prinsip konstitusionalisme.
yaitu :
1. kesepakatan tentang tujuan dan penerimaan tentang falsafah negara; 2. kesepakatan tentang negara hukum sebagai landasan penyelenggaraan
pemerintahan; 3. kesepakatan tentang bentuk-bentuk institusi dan prosedur-prosedur
ketatanegaraan tersebut
46
Sebagaimana dipaparkan sebelumnya bahwa pelaksanaan demokrasi konstitusional erat berkaitan dengan harmonisasi demokrasi dan nomokrasi dalam
44
Jimly Asshiddiqie, Op.Cit, hlm.93
45
I Dewa Gede Atmadja, Hukum Konstitusi Problematika Konstitusi Indonesia Sesudah Perubahan UUD NRI 1945, Setara Press, Malang, 2012, hlm. 18-19.
46
I Dewa Gede Atmadja, Op.Cit. hlm. 19.
36
penyelenggaraan suatu negara. Janedjri M. Gaffar mengklasifikasikan secara konkret tiga bentuk pelaksanaan demokrasi konstitusional. yaitu :
1. adanya penataan hubungan antar lembaga negara; terkait dengan aspek pencapaian tujuan negara demokrasi dan hukum serta perihal
pembatasan kekuasaan dengan menghindari adanya akumulasi kekuasaan yang dapat menyebabkan penyalahgunaan kekuasaan
melalui pemisahan kekuasaan dan check and balances.
2. adanya proses legislasi; terkait dengan pembuatan hukum secara demokratis yang memperhatikan aspirasi masyarakat. serta perwujudan
dari cita benegara, cita demokrasi, dan cita hukum dalam konstitusi. 3. adanya judicial review; terkait dengan jaminan perwujudan demokrasi
dan nomokrasi guna menegakkan supremasi konstitusi melalui pengujian konstitusionalitas suatu peraturan perundang-undangan
47
Dari paparan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa demokrasi konstitusional menempatkan paham konstitusionalisme di dalam kerangka
pembentuknya, dimana hak-hak warga negara hanya dapat dijamin apabila kekuasaan pemerintah dapat dibatasi secara hukum sehingga tidak dapat bertindak
secara sewenang-wenang. Hukum yang dibuat, dalam arti undang-undang, wajib dibentuk oleh lembaga perwakilan yang dipilih secara demokratis oleh rakyat.
Keberadaan konstitusi dan perundang-undangan menjadi esensial dalam rangka memberikan jaminan tersebut dan masyarakat dapat mempertahankan
setiap hakhaknya. Penegakan akan supremasi konstitusi menjadi penting dan adanya sarana hukum untuk menguji perundangan-undangan terhadap undang-
undang dasar merupakan langkah yuridis sebagai kesatuan dari proses legislasi yang demokratis.
B. Sistem Pemerintahan