Upaya Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalam Menyelesaikan

Indonesia KPAI dalam perebutan hak asuh anak pasca perceraian semakin meningkat dari tahun ke tahun. 1 Dalam Undang-undang No.35 Tahun 2014 pasal 76 mengenai tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI yaitu menyelesaikan kasus- kasus tentang perebutan hak asuh anak pasca perceraian yang dilakukan dengan cara melakukan mediasi dengan para pihak-pihak dalam menyelesaikan kasus-kasus perebutan hak asuh anak. Oleh karena itu pihak Komisi Pelindungan Anak Indonesia KPAI untuk menyelesaikan kasus- kasus tentang perebutan hak asuh anak itu dilakukan dengan mediasi, namun ketika mediasi tersebut tidak dapat menyelesaikannya maka pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI menyerahkan sepenuhnya kepada para pihak yang bersangkutan, karenanya pihak komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI tidak mempunyai kewenangan untuk mendampingi para pihak mengadukan perihal masalah tentang perebutan hak asuh anak ke Pengadilan Agama, oleh karena itu, pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI hanya lebih pada ke pengawasannya saja. Pada kenyataan penyelesaian kasus perebutan hak asuh anak di Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI sudah sesuai dengan Undang- undang yang diterapkan dalam menyelesaikan kasus-kasus tersebut. Akan tetapi semakin meningkatnya pengaduan perebutan hak asuh anak tidak 1 Hasil wawancara dengan ibu Retno Adji Prasetiaju,SH, Kepala Sekretariat di Komisi Perlindungan Anak Indonesia, pada tanggal 12 Agustus 2015. sebanding dengan penyelesaiannya karena terjadinya ketidaksepakatan antara para pihak. Penulis berpendapat, agar Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI lebih tegas kembali dalam menyelesaikan kasus-kasus yang diadukan oleh para pihak. Apabila terjadi ketidaksepakatan oleh para pihak, maka Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI dalam hal ini harus bertindak lebih tegas untuk memikirkan kepentingan anak. Karena dikhawatirkan akan adanya trauma psikiologis yang dialami oleh anak. Apabila tidak menemukan kata sepakat dari para pihak untuk mengasuh, memelihara anak bersama-sama. Pada dasarnya Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI mengharapkan untuk menyelesaikan kasus perebutan hak asuh anak tersebut, karena seluruh masyarakat berharap penuh terhadap Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI mengenai masalah kasus perebutan hak asuh anak yang masuk dalam pengaduan di Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI. Akan tetapi para pihak tersebut yang menjadikan hambatan untuk menyelesaikan kasusnya, karena terjadinya perselisihan maka Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI sendiri sulit untuk menyelesaikan secara tuntas kasus tersebut. Penulis berpendapat agar para pihak lebih mementingkan kepentingan anak daripada kepentingan pribadi masing-masing. Agar nantinya anak tidak merasa kehilangan sosok orangtuanya, akibat perceraian yang terjadi pada orang tuanya. Diharapkan apabila terjadi perceraian, agar para orang tua untuk memikirkan kembali kepentingan dan masa depan anak. Karena hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pasal 26, yaitu dimana orangtua mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak, menumbuhkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya. Pemeliharaan anak atau istilahnya dalam islam disebut hadhanah pelaksanaannya tidak terbatas pada kegiatan formalitas yang begitu saja tanpa dibarengi dengan mendidik yang bertujuan mendidik anak sehat baik moril maupun pemikirannya. Salah satu hal yang penting yang mungkin kurang dipertimbangkan ketika terjadi perceraian adalah tanggung jawab pemeliharaan anak. Pemeliharaan anak merupakan tanggung jawab kedua orang tuanya, baik ketika orang tuanya masih hidup rukun dalam ikatan perkawinan maupun ketika mereka gagal karena terjadi perceraian. Hak pemeliharaan dalam UU Perkawinan, sekalipun kedua orang tua tersebut tidak bersama lagi, dalam hal ini adalah perceraian bercerai, baik ibu ataupun ayah dari anak tersebut tetap wajib mendidik dan memelihara anak tersebut. Semata-mata demi kepentingan anaknya. Jika terjadi sengketa mengenai hak pemeliharaan anak maka sudah jelas sepantasnya hakim Pengadilan Agama memberikan keputusan pemeliharaan hak asuh anak tersebut. Apabila terjadi perceraian dimana telah diperoleh keturunan dalam perkawinan itu dan pada masa tersebut seorang anak belum lagi mumayyiz atau belum bisa membedakan antara yang bermanfaat dan yang berbahaya