Konsep Biaya dan Beban Biaya Manufaktur

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Biaya dan Beban

Hansen dan Mowen 2009: 47 mendefinisikan biaya cost sebagai kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa kini dan masa depan untuk organisasi. Beban expense merupakan biaya yang telah digunakan untuk memperoleh pendapatan. Dengan kata lain, beban adalah biaya yang sudah kadaluarsa.

B. Biaya Manufaktur

Menurut Hansen dan Mowen 2009: 57, biaya manufaktur dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Bahan langsung Bahan langsung adalah bahan yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan ini dapat langsung dibebankan pada produk karena pengamatan secara fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi setiap jenis produk. Bahan yang menjadi bagian produk berwujud atau bahan yang digunakan dalam penyediaan jasa umumnya diklasifikasikan sebagai bahan langsung. 2. Tenaga kerja langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Pengamatan secara fisik dapat digunakan dalam mengukur kuantitas karyawan yang terlibat dalam memproduksi suatu jenis produk dan jasa. Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau menyediakan jasa kepada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. 3. Overhead Semua biaya produksi – selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung – dikelompokkan ke dalam satu kategori yang disebut biaya overhead . Pada perusahaan manufaktur, biaya overhead juga dikenal sebagai beban pabrik factory burden atau overhead manufaktur manufacturing overhead . Kategori biaya overhead memuat berbagai hal. Selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung, banyak masukan diperlukan untuk membuat produk. Rudianto 2006: 271 menyebutkan bahwa biaya overhead merupakan berbagai macam biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, tetapi tetap dibutuhkan dalam proses produksi. Biaya- biaya tersebut, antara lain: a. Biaya bahan penolong Biaya bahan penolong yaitu bahan tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Misalnya, kain dan kancing dibutuhkan untuk menghasilkan pakaian jadi, paku dan cat dibutuhkan untuk menghasilkan meja tulis, dan sebagainya. Bahan penolong merupakan elemen bahan baku yang tetap dibutuhkan oleh suatu produk jadi, tetapi bukan merupakan elemen utama. Tanpa bahan penolong, suatu produk tidak akan pernah menjadi produk yang siap pakai dan siap dijual. b. Biaya tenaga kerja penolong Biaya tenaga kerja penolong tenaga kerja tidak langsung adalah pekerja yang dibutuhkan dalam proses menghasilkan suatu barang, tetapi tidak terlibat secara langsung di dalam proses produksi. Misalnya, mandor dari para penjahit dan tukang kayu, satpam pabrik, dan sebagainya. Tenaga kerja penolong merupakan tenaga kerja yang tetap dibutuhkan, tetapi bukan merupakan elemen tenaga kerja utama dalam suatu produk. Namun demikian, tanpa tenaga kerja penolong, proses produksi dapat terganggu. c. Biaya pabrikasi lain Biaya pabrikasi lain adalah biaya-biaya tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk selain biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja penolong. Seperti biaya listrik dan air pabrik, biaya telepon pabrik, depresiasi bangunan pabrik, biaya depresiasi mesin dan sebagainya.

C. Harga Pokok Produk

Dokumen yang terkait

Tinjauan Tentang Sistem Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Antara Akuntansi Biaya Tradisional Dengan Activity Based Costing Pada PT Tirta Sibayakindo Berastagi-Sumatera Utara

0 20 99

Design Penerapan Activity Based Costing System untuk Menentukan Harga Pokok Produksi (Studi Kasus pada Perusahaan Autobody Manufaktur dan Komponen Otomotif di CV Delima mandiri)

1 29 143

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF SISTEM PENENTUAN BIAYA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT ( Study Kasus Pada RSI Klaten ).

0 0 9

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF SISTEM PENENTUAN BIAYA RAWAT INAP PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF SISTEM PENENTUAN BIAYA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Yaksi Gemolong,

0 1 13

Perbandingan Penerapan Sistem Biaya Konvensional dengan Activity Based Costing dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabrik PT. Pindad.

0 1 18

Komparasi Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada Produk antara Sistem Akuntansi Biaya Tradisional dengan Activity-Based Cost System.

0 0 21

Analisis Perbandingan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Dengan Activity Based Costing (ABC) System Dalam Penetapan Harga Pokok Produk (Studi Kasus Pada RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung).

1 6 24

Penerapan Activity Based Costing System sebagai alternatif pengganti sistem akuntansi biaya tradisional dalam membebankan biaya overhead pada produk : studi kasus di PT. Budi Makmur Jayamurni.

1 8 91

Pembebanan biaya overhead pabrik dalam perhitungan harga pokok produk berdasarkan akuntansi biaya tradisional versus akuntansi biaya berdasarkan aktivitas [Activity based costing].

1 7 156

PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK BERDASARKAN AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL VERSUS AKUNTANSI BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY BASED COSTING)

0 0 154