Table 4.5 Persentase kerusakan pada Ekonomizer
No Komponen
Total downtime
menit Persentase
downtime Persentase
Total Downtime
Downtime Kumulatif
Kumulatif 1 Klem
295
40,41
295 40,41 2 Pipa
stack
,82
225
30
520 71,23
3 Control temperatur
125
17,12
645 88,35 4
Pipa bersirip tipis 70
9,58
715 97,94 5
Pipa bersegmen turbulen
15
2,05
730 100 Jumlah
730
100
Sum asil Pengolaha
ata 2010, piran C
ber Informasi : H n D
Lam
C o
u n
t P
e r
c e
n t
Komponen
Count 17.1
9.6 2.1
Cum 40.4
71.2 88.4
97.9 100.0
295 225
125 70
15 Percent
40.4 30.8
O th
er
Pi pa
b er
si rip
t ip
is
C on
tr ol
t em
pe ra
tu r
Pi pa
s ta
ck Kl
em 800
700 600
500 400
300 200
100 100
80 60
40 20
Pareto Chart of Komponen
Gambar 4.5 Diagram Pareto pada Ekonomizer
4.2.2 Functional Block Diagram
Functional Block Diagram ini dibuat dengan tujuan agar lebih
asi kegagalan yang terjadi pada fungsi dan memudahkan dalam mengidentifik
sistem ke
kita bicara boiler turbin uap yg siklus airnya tertutup dengan
i ke fasa ca
Gambar 4.6 Functional Block Diagram Mesin Boiler rja mesin. Rincian proses pada mesin BOILER sesuai dengan gambar
4.6, sebagai berikut : Air demineralized
air tanpa kandungan mineralair murni dipompakan ke boiler
dari condenser pompa melalui pipa economiser, di economiser , air menerima panas tapi
belum menguapmasih fas air. Air tersebut masuk ke boiler drum dan diteruskan ke seluruh wall tube untuk dirubah fasanya menjadi uap dan kembali lagi ke boiler
drum. Uap di boiler drum dialirkan uap melalui saluran diatas, sedangkan air dibawah ke superheater tube yg berada paling dekat dengan sumber panas untuk
merubah uap jenuh menjadi uap panas lanjut superheated steam, superheater steam kemudian dialirkan ke steam turbin untuk menggerakkan blade turbin.
Setelah melalui turbin temperatur uap menurun, fasanya berubah kembali ke uap jenuh mengalir ke condenser. di condenser fasanya dirubah kembal
ir dan kemudian dipompakan kembali ke boiler. Gambar 4.6 menunjukkan proses produksi dan sistem kerja pada mesin
Boiler Air
demineralized
Boiler condenser
Blade turbin Superheater
Wall tube
Turbin ekonomizer
Boiler drum
Mesin Boiler ini didatangkan dari taiwan pada tahun 1975. dan diletakkan pada unit III
unit III yang
Failure Modes and Effect Analysis digunakan untuk mengidentifikasi
effect . Yang selanjutnya
dihitun
nyak hal-seperti me-review berbagai komponen, rakitan
instalansi agar dapat meningkatkan kinerja produksi sebelumya hanya menggunakan mesin genset. Mesin Boiler terdiri dari
ekonomizer, wall tube, superheater , reheater, furnace, blow down valve.
4.2.3 Failure Modes and Effects Analysis FMEA
functions , functional failures, failure modes dan failure
g nilai RPN atau Risk Priority Number berdasarkan pada perkalian severity, occurrence
dan detection. Penyusunan tabel FMEA dilakukan berdasarkan data fungsi komponen, laporan perawatan dan hasil wawancara
dengan operator dan mekanik. FMEA sering menjadi langkah awal dalam mempelajari keandalan sistem.
Kegiatan FMEA melibatkan ba , dan subsistem-untuk mengidentifikasi mode-mode kegagalannya,
penyebab kegagalannya, serta dampak kegagalan yang ditimbulkan. Untuk masing-masing komponen, berbagai mode kegagalan berikut dampaknya pada
sistem ditulis pada sebuah FMEA worksheet.
Tabel 4.6 Failure Modes and Effects Analysis pada Superheater
RCM INFORMATION WORKSHEET Function Functional
Failure Failure Modes
cause of failure Failure effect what happen if it failure
S O D
RPN
1
Untuk menaikan temperatur uap
jenuh
A Tidak mampu
menaikan uap jenuh
1 Katup crown pada Superheater tidak
berfungsi Katup crown aus dan tidak berfungsi
sehingga proses produksi berhenti. Downtime untuk mengembalikan ke kondisi
normal 80 menit 6 3
5 90
2 Panel aus Gerakkan katup crown menjadi tidak stabil
dan mengakibatkan katup crown aus. Downtime untuk mengembalikan ke kondisi
normal 90 menit 6 3
5 90
Sumber Informasi : Hasil Pengolahan Data 2010, Lampiran D Keterangan :
S : Severity O : Occurrence
D : Detection
Tabel 4.6 Failure Modes and Effects Analysis ini terdiri dari : 1.
Function digunakan untuk mendeskripsikan fungsi komponen yang sedang
dianalisa. 2.
Functional failure digunakan untuk menentukan kegagalan yang terjadi pada
komponen yang dianalisa sehingga komponen tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik.
3. Failure Modes
digunakan untuk mengidentifikasi penyebab dari kegagalan yang terjadi pada komponen yang dianalisa.
4. Failure Effects
digunakan untuk mengidentifkasi efek atau dampak yang diakibatkan oleh kegagalan fungsi komponen.
5. Severity
digunakan untuk menentukan rating seberapa besar dampak atau intensitas kejadian mempengaruhi output proses.
6. Occurrence
digunakan untuk menentukan rating sesering apa penyebab kegagalan spesifik dari suatu proyek tersebut terjadi.
7. Detection
digunakan untuk menentukan rating penilaian dari kemungkinan suatu alat dapat mendeteksi penyebab terjadinya bentuk kegagalan.
8. Risk Priority Number
digunakan untuk menentukan angka prioritas resiko yang didapatkan dari perkalian severity, occurrence dan detection dengan
rumus RPN = S x O x D Untuk tabel yang selanjutnya dapat dilihat pada lampiran D
4.2.4 RCM II Decision Worksheet