3.4.2 Uji Asumsi Klasik
Penggunaan analisis regresi membutuhkan berapa asumsi, diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi
linier, yaitu : Gujarati, 1999:218 1.
Tidak boleh adanya autokolerasi 2.
Tidak boleh adanya multikorelinearitas 3.
Tidak boleh adanya heteroskedastitas Apabila ada tiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka persamaan
regresi yang dipoeroleh tidak lagi bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimator, sehingga pengambilan keputusan melalui uji f dan uji t
menjadi bias.
1. Autokolerasi
Uji autokolerasi bertujuan untuk menentukan apakah dalam satu model regresi linier ada kolerasi antara kesalahaan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode t – 1 sebelumnya. Jika terjadi kolerasi, maka maka terdapat autokolerasi Gujarati, 1999:218,
tetapi dalam penelitian ini data yang digunakan bukan data time series atau data yang diambil pada waktu tertentu, senghingga untuk uji
Autokolerasi tidak dilakukan.
2. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas
independent. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Menurut Gujarati 1995:328
deteksi tidak adanya multikolinieritas, sebagai berikut :
• Mempunyai nilai VIF disekitar 1 • Mempunyai angka tolerance mendekati 1
3. Heteroskedastitas
Uji Heteroskedastitas bertujuan unuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidakpastian variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak adanya
heteroskedastitas Uji glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolur residual terhadap variabel bebas dengan persamaan regresi sebagai
berikut : | UT | =
α + β Xt + vi ……….. Ghozali, 2001: 72-73 Keterangan :
UT = Variabel residual
α = Konstanta β Xt = Variabel absolut
3.4.3 Regresi Linier Berganda
Analisis ini dipakai dalam penelitian ini karena dapat menerangkan ketergantungan suatu variabel dependent dengan satu atau
variabel independen. Analisis ini juga dapat menduga besar dan arah dari
pengeruh tersebut serta mengukur derajat ke eratan hubungan antara satu variabel dependent dengan satu atau lebih variabel independen. Dalam
perhitungan analisis berganda ini akan digunakan program komputer SPSS.
Adapun bentuk umum dari Regresi Linier Berganda secara sistematis adalah, sebagai berikut :
Y= β
+ β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ e...................................Anonim,2003:21 Keterangan :
Y = Independensi Auditor
X
1
= Hubungan Auditor dengan Klien X
2
= Keahlian X
3
= Kualitas β
= Konstantaintersep β
1
, β
2
, β
3
= Koefisien regresi dari variael bebas e
= Komponen pengganggu yang mewakili faktor lain yang berpengaruh terhadap Y tetapi tidak di masukan dalam
model.
3.4.4 Uji Hipotesis
3.4.4.1 Uji Kecocokan Model uji F
Prosedur pengujian hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut : Untuk melihat kesesuaian model seluruh variabel bebas terhadap variabel
terikat dengan menggunakan uji F, sebagai berikut :
1. Ho :
β
1
, β
2
, β
3
= 0 model Regresi Linier Berganda yang dihasilkan tidak sesuai atau cocok.
2. H
1
: β
1
≠ β
2
≠ β
3
≠ 0 model Regresi Linier Berganda yang dihasilkan cocok atau sesuai. Di mana i = 1, 2, 3
3. Level of significant α = 0.05 = 5.
4. Kreteria pengujian sebagai berikut :
a. Apabila nilai probabilitas
≥ 0,05 → Ho diterima, Hi ditolak. b.
Apabila nilai probablitas 0,05 → Ho dtolak, Hi diterima.
3.4.4.2 Uji t
Untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial individual terhadap variabel terikat
menggunakan uji t, sebagai berikut : 1.
Ho : βi
= 0, tidak ada pengaruh positif yang signifikan X
1
, X
2
atau X
3
2. H
1 :
βi ≠ 0, ada pengaruh positif yang signifikan X
terhadap Y.
1
, X
2
atau X
3
3. Level of significant α = 0.05 = 5.
terhadap Y. Di mana i = 1, 2, 3
4. Kreteria pengujian adalah sebagai berkut :
a. Apabila nilai probabilitas
≥ 0,05 → Ho diterima, Hi ditolak. b.
Apabila nilai probablitas 0,05 → Ho dtolak, Hi diterima.
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya Akuntan Publik
Profesi akuntan publik di Indonesia telah ada seiring dengan keluarnya lulusan pertama dalam pendidikan akuntan pada tahun 1957. Akuntan
merupakan suatu gelar profesi yang dilindungui oleh UU No 34 tahun 1954, didalamnya terdapat hal – hal yang perlu diketahui diantaranya seperti :
• Akuntan tersebut harus lulus fakultas ekonomi perguruan tinggi negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan.
• Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register negara yang diselenggarakan oleh departemen keuangan dan memperoleh ijin
memperguakan gelar akuntan dari departemen tersebut. • Menjalankan pekerjaan akuntan dengan memakai nama kantor akuntan,
biro akuntan atau nama lain yang memuat nama akuntan atau akuntansi hanya di ijinkan jika pimpinan kantor atau biro tersebut dipegang oleh
seorang atau beberapa akuntan. Profesi akuntan publik ada disebabkan karena pihak luar perusahaan
memerlukan jasa pihak ketiga yang tidak memihak untuk menilai keadaan