15
2.2. Landasan Teori
Dalam bab ini disajikan beberapa teori atau konsep – konsep yang merupakan dasar utama dari kerangka pikir dalam usaha pencarian cara
ilmiah untuk pemecahan masalah yang diajukan dalam penelitian.
2.2.1. Definisi Independensi
Independensi adalah suatu istilah yang sering digunakan oleh profesi auditor. Mayangsari 2003, Erick 1975 dalam artikel Antle 1984
mendefinisikan Independensi sebagai suatu hubungan antara akuntan dan klien yang mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga temuan dan laporan
yang diberikan auditor hanya dipengaruhi oleh bukti – bukti yang ditemukan dan dikumpulkan sesuai dengan aturan atau prinsip – prinsip profesionalnya.
Hafiza 2009 dalam artikel yang menyatakan bahwa independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik.
Independensi berarti bahwa auditor harus jujur, tidak mudah dipengaruhi dan tidak memihak kepentingan apapun, karena auditor melakukan pekerjaannya
untuk kepentingan umum. Sedangkan Christina 2007 meneliti terdapat 4 hal yang
menggganggu independensi akuntan publik, yaitu : 1
Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan klien. 2
Mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri. 3
Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien.
16
Bertindak sebagai penasehat advocate dari klien, akuntan publik akan terganggu independensinya jika memiliki hubungan bisnis, keuangan
dan manajemen atau karyawan dengan kliennya. Kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam
mempertahankan sikap mental independen, keadaan yang sering kali mengganggu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut :
1 Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor
dibayar oleh kliennya atas jasa tersebut. 2
Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan keinginan kliennya.
3 Mempertahankan sikap mental indipenden seringkali dapat menyebabkan
lepasnya klien. Mulyadi, 1998: 26. Berdasarkan keterangan – keterangan yang ada dapat di ambil
kesimpulan bahwa independensi merupakan suatu hubungan antara akuntan dengan kliennya yang mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga temuan dan
laporan yang diberikan auditor hanya dipengaruhi bukti – bukti yang ada dan komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik sesuai dengan prinsip
– prinsip profesionalnya.
2.2.2. Definisi Hubungan Auditor dengan Klien
Independensi akuntan publik hanya dianggap rusak apabila akuntan publik melapor mengenai keadaan atau hubungan yang mungkin
mengompromikan independensinya.
17
Ratmono 2006, mangos et al. 1995 berpendapat bahwa KAP mempunyai fokus yang berorientasi kepada pelanggan. Orientasi kepada
pelanggan sering dilihat sebagai orientasi utama yang berpengaruh ketika melakukan hubungan interaksi antara penyedia jasa dank lien Ruyter
wetzels, 1999. Oleh karena itu, Dandes 1995 menyimpulkan bahwa auditor harus mendengarkan dengan seksama apa yang menjadi keinginan klien.
Berdasarkan hal tersebut diusulkan adanya hubungan positif antara orientasi kepada pelanggan dan komitmen afektif.
2.2.2.1. Teori yang Melandasi Hubungan Auditor dengan Klien terhadap Independensi
Konflik audit kemungkinan akan berkembang menjadi sebuah dilema etika ketika auditor diharuskan melakukan pilihan – pilihan pengambilan
keputusan etis dan tidak etis. Dalam proses tersebut faktor determinan penting dalam prilaku pengambilan keputusan etis adalah faktor – faktor yang secara
unik berhubungan dengan individu pembuat keputusan dan variabel – variabel yang merupakan hasil dari proses sosialisasi dan pengembangan hasil
klien, orientasi etika dan komitmen profesional serta faktor situasional yaitu nilai etika organisasi. Pemahaman dengan klien juga mencakup hal – hal lain
seperti berikut ini: a
Pengaturan mengenai pelaksanaan perikatan b
Pengaturan tentang keikutsertaan spesialis atau auditor intern, jika diperlukan
18
c Pengaturan tentang keikutsertaan auditor pendahulu
d Pengaturan tentang Fee dan penagihan
e Adanya pembatasan atau pengaturan lain tentang kewajiban auditor
atau klien, seperti ganti rugi kepada auditor untuk kewajiban yang timbul dari representasi salah yang dilakukan dengan sepengetahuan
manajemen kepada auditor f
Kondisi yang memungkinkan pihak lain diperbolehkan untuk melakukan akses kekertas kerja auditor
g Jasa tambahan yang disediakan oleh auditor berkaitan dengan
pemenuhan persyaratan badan pengatur h
Pengaturan tentang jasa lain yang harus disediakan oleh auditor dalam hubungan dengan perikatan IAI,SA seksi 310: 310.3
2.2.3. Definisi Keahlian
Kamus bahasa indonesia kontemporer mendefinisikan ahli sebagai orang yang mahir, paham sekali dalam suatu ilmu sedangkan keahlian adalah
kemahiran dalam suatu ilmu jadi keahlian dalam bidang auditing adalah mahir, paham dan mengerti benar dalam bidang auditing atau dalam
pemeriksaan laporan keuangan cecara benar berdasarkan aturan yang ada. Definisi keahlian dalam bidang auditing pun sering diukur dengan
pengalaman. Ashton 1991 mengatakan bahwa ukuran keahlian tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan – pertimbangan lain dalam
19
pembuatan suatu keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain disamping pengalaman. Mayangsari, 2003
Mayangsari 2003, Trotter 1986 dalam Chow dan Rice 1987 mendefinisikan ahli sebagai orang dengan keterampilannya mengerjakan
pekerjaan yang mudah, cepat, inuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.
Jadi definisi keahlian menurut teori – teori yang ada menyimpulkan bahwa keahlian auditor tidak hanya dilihat dari pengalaman tetapi masih ada
unsur – unsur lain disamping pengalaman, seorang yang ahli juga memiliki keterampilan mengerjakan pekerjaan yang mudah, cepat, inuitif dan sangat
jarang atau tidak pernah membuat kesalahan sedikit pun.
2.2.3.1. Teori yang Melandasi Hubungan Keahlian terhadap Independensi
Dalam pelaksanaan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam
bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalaman –
pengalaman yang selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang yang profesional, auditor harus menjalani
pelatihan teknis yang cukup. Pelatihan ini harus mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. IAI,SA seksi 210: 210.1.
Auditor memberikan pendapatnya atas laporan keuangan perusahaan karena melalui pendidikan, pelatihan dan pengalamannya, auditor menjadi
20
orang yang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing serta memiliki kemampuan untuk menilai secara objektif dan menggunakan pertimbangan
tidak memihak terhadap informasi yang dicatat dalam pembukuan perusahaan atau informasi lain yang berhasil diungkapkan melalui auditnya.
IAI,SA seksi 210: 210.2. Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa keahlian
auditor terhadap independensi dilihat dari pendidikan, pelatihan dan pengalaman seorang auditor tersebut untuk memenuhi persyaratan sebagai
seorang yang profesional dalam bidang auditing.
2.2.4. Definisi Kualitas
Kamus bahasa indonesia kontemporer mendefinisikan kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu, derajat atau taraf. Jadi kualitas auditor adalah
tingkat baik buruknya seorang auditor dalam menjalankan tugas auditnya. Pengertian kualitas auditor adalah kemampuan seorang auditor dalam
pelaksanaan jasa auditnya berdasarkan standar professional akuntan publik sehingga dapat memenuhi kebutukan klien dan memberikan hasil yang
memuaskan bagi pengguna jasa atau klien.
Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip – prinsip profesi. Menurut Simamora 2002:47 ada
8 prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik, yaitu : 1.
Tanggung jawab Profesi.
21
Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan Publik.
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme. 3.
Integritas. Seorang anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
integritas setinggi mungkin. 4.
Objektivitas. Seorang anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam memenuhi kewajiban profesionalnya. 5.
Kompetensi dan Kehati – hatian Profesional. Seorang anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati –
hati, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional.
6. Kerahasiaan.
Seorang anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan. 7.
Perilaku Profesional. Setiap anggota harus berprilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
22
8. Standar Teknis.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.
Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik SPAP yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia IAI, dalam hal ini adalah standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan:
1. Standar Umum.
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. b.
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2.
Standar Pekerjaan Lapangan. a.
Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik – baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan dam konfirmasi sebagai
23
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
3. Standar Pelaporan.
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukan atau menyatakan jika ada ketidak
konsistenan penerapan prinsip akunntansi dalam menyusun laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c.
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi. IAI,SA seksi 150: 150.1
Sehingga berdasarkan uraian di atas, audit memiliki fungsi sebagai proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara
manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luaruntuk memberikan pengesahaan terhadap laporan keuangan. Para pengguna
laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor. Hal ini
berarti auditor mempunyai peranan penting dalam mengesahkan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu, auditor harus menghasilkan
24
audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik.
Namun sampai saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai bagaimana dan apa kualitas audit yang baik itu. Tidak mudah untuk
menggambarkan dan mengukur kualitas jasa secara obyektif dengan beberapa indikator. Hal ini dikarenakan, kualitas jasa adalah sebuah
konsep yang sulit dipahami dan kabur, sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan kualitasnya Parasuraman, et.al
1985 dalam Nurchasanah dan Rahmanti 2003;49 dikutip dari Christinr 2007.
Christina 2007, Sutton 1993 menyatakan bahwa tidak adanya definisi yang pasti mengenai kualitas audit disebabkan belum adanya
pemahaman umum mengenai faktor menyusun kualitas dan sering terjadi konflik peran antara berbagai pengguna laporan audit. Sutton 1993
menjelaskan bahwa dengan mengumpulkan beberapa penelitian sebelumnya menyatakan ada perbedaan persepsi mengenai kualitas audit.
Pengukuran kualitas audit tersebut membutuhkan kombinasi antara ukuran hasil dan proses.
2.2.4.1. Teori yang Melandasi Hubungan Kualitas terhadap Independensi
Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam
25
melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.
Christina 2007, menurut Angelo 1981 dalam Kusharyanti 2003;25 mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan
probability dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Adapun kemampuan
untuk menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan perusahaan tergantung dari kompentensi auditor sedangkan kemauan
untuk melaporkan temuan yang salah saji tersebut tergantung pada independensinya.
Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena
jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
2.2.5. Kerangka Pikir
Penelitian ini dilakukan pada dasarnya merupakan pengembangan terhadap teori – teori dan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
Adapun premis – premis yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam melakukan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :
1 Pendapat auditor yang ahli dan independen berbeda dengan auditor yang
hanya memiliki salah satu karakter atau sama sekali tidak mempunyai
26
karakter tersebut. Pendapat auditor pada kelompok ini mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik dibandingkan pada kelompok yang lain.
Kesimpulan ini diambil karena pada kelompok auditor yang ahli dan independen, rata – rata pendapat yang diberikan menunjukan pendapat
mereka lebih mengarah kepada lemahnya kelangsungan hidup perusahaan tersebut sedangkan pada kelompok yang lain cenderung memberikan
pendapat bahwa perusahaan yang dianalisis tidak mengalami kesulitan dalam kelangsungan hidupnya. Padahal seperti sudah disebutkan semula
bahwa kasus yang diberikan adalah benar – benar laporan keuangan dari suatu perusahaan yang sudah dilikuidasi. Atau dengan kata lain pendapat
auditor yang ahli dan independen cenderung benar dibandingkan ketiga kelompok yang lain. Mayangsari, 2003.
2 Kualitas auditor, kemampuan keuangan auditor, hubungan auditor dengan
klien, besar kecilnya klien, jangka waktu audit, lamanya hubungan audit, dan ketaatan terhadap ketentuan serta peraturan yang berlaku, secara
bersama-sama berpengaruh terhadap integritas dan objektifitas auditor pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya, dengan nilai F 13,135 dengan
signifikansi 0,000 serta R2 sebesar 0,686. Wulangian, 2005 3
Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukan bahwa Independence merupakan anteseden penting bagi adanya komitmen dalam hubungan
jangka panjang antara KAP dan klien. Pentingnya komitmen dalam hubungan antara KAP dan klien ditunjukan dengan adanya pengaruh
positif langsung direct effect perasaan positif dan kesesuaian nilai dalam
27
hubungan KAP dengan klien affective commitment dengan kecenderungan klien untuk terus melanjutkan hubungan kerja dengan KAP
continuance intentions. Ratmono dan Prabowo, 2006 4
Hipotesis yang menyatakan bahwa Locus Of Control dan kualitas auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan
keuangan teruji kebenarannya. Hipotesis yang menyatakan bahwa Locus Of Control dan kualitas auditor
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan
teruji kebenarannya. Fahmi, 2006
5 Kompetensi dan independensi secara simultan dan parsial berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh koefisien determinan R2 sebesar 0,282. Koefisien ini mempunyai arti
bahwa kedua variable bebas tersebut secara bersama – sama simultan memberikan sumbangan terhadap variable terikat sebesar 28,2
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar model. Sedangkan sumbangan variable bebas terhadap variable terikat secara parsial yaitu
dapat dilihat berdasarkan koefisien determinan parsial r2 variable kompetensi sebesar 15,5 dan variable independen sebesar 5,9 .
Elfarini, 2007 6
Hubungan auditor dengan klien X
1
dengan independensi auditor Y menunjukan hubungan yang kuat dan signifikan. Hal ini dapat dilihat dari
adanya kenyataan bahwa auditor lebih mementingkan hubungannya
28
dengan klien agar ada penugasan berkelanjutan dan tidak mengutamakan independensinya telah teruji kebenarannya.
Hubungan antara keahlian X
2
Hubungan antara biaya audit X dengan independensi auditor Y
menunjukan hubungan yang lemah dan tidak signifikan atau tidak teruji kebenarannya.
3
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1 Kerangka Pikir
dengan independensi auditor Y menunjukan hubungan lemah dan signifikan telah teruji kebenarannya.
Basuki, 2009
Uji Statistik Regresi Linier Berganda
Hubungan Auditor dengan Klien
X1
Keahlian
X2
Independensi Auditor Y
Kualitas X3
29
Keterangan : Variabel Bebas
: Hubungan dengan Klien sebagai Variabel X1, Keahlian X2, Kualitas X3.
Variabel Terikat : Independensi Auditor Y. : Mempengaruhi variabel bebas terhadap variabel terikat.
: Diuji dengan menggunakan uji Statistik Regresi Linier Berganda.
Hipotesis
Berdasarkan uraian – uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah : 1
Diduga bahwa terdapat Hubungan antara Hubungan Auditor dengan Klien dengan Independensi Auditor.
2 Diduga bahwa terdapat Hubungan antara Keahlian Auditor dengan
Independensi Auditor. 3
Diduga bahwa terdapat Hubungan antara Kualitas auditor dengan Independensi Auditor.
30
BAB III METODE PENELITIAN