suaminya. Dengar, istri tidak boleh kalah pada suami. Dosa paling besar dalam kehidupan ini adalah kalau istri kalah pada suaminya.
Apalagi kita sudah berada di abad ke- 20.” hlm. 309.
Dari penjelasan latar sosial yang digambarkan dalam novel Namaku Mata Hari
karya Remy Sylado, dapat disimpulkan bahwa Mata Hari tidak pernah membeda-bedakan sesama manusia dari golongan status sosial. Hal ini dapat
dilihat pada kutipan 1, 2, 5, dan 6. Dengan adanya kondisi seperti ini, membuat Mata Hari menjadi orang yang memiliki jiwa perasa dengan lingkungan
sosialnya tanpa memandang status yang ada. Selain itu Mata Hari juga selalu memiliki cara berpikir yang luas dan sikap positif, bahwa hubungannya dengan
Ruud akan menjadi baik, lihat 4. Latar sosial di atas pun ada yang menyebabkan konflik batin tokoh Mata
Hari, hal ini dapat dilihat pada kutipan 7, 8, 9, 13, 14, 16, dan 18. Latar sosial juga terdapat mengenai pandangan hidup yang ada dalam novel
Namaku Mata Hari , hal ini dapat dilihat pada kutipan 3, 4, 10, 15, 19, dan
20. Latar sosial juga terjadi mengenai kebiasaan hidup, hal ini dapat dilihat pada kutipan 11 dan 17.
4.3 Analisis Unsur Alur
Menurut Nurgiyantoro 2000: 110, plot alur adalah rangkaian peristiwa yang tersaji secara berurutan sehingga membentuk sebuah cerita. Alur dapat
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu alur kronologis dan alur tidak kronologis Nurgiyantoro, 2007: 153-156.
Alur kronologis disebut juga alur lurus atau alur maju, yaitu struktur yang peristiwa-peristiwanya disusun secara kronologis; peristiwa-peristiwa yang
pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang kemudian atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik, tahap
tengah konflik meningkat, klimaks, dan tahap akhir penyelesaian. Dengan demikian, peneliti menganalisis alur cerita dalam novel “Namaku Mata Hari”
karya Remy Sylado berdasarkan tiga tahapan di atas tahap awal, tengah, dan akhir.
4.3.1 Tahap Awal
Tahap awal merupakan tahap perkenalan dalam sebuah cerita. Tahap awal terdiri dari penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik. Fungsi pokok tahap
awal pembuka sebuah cerita adalah untuk memberikan informasi dan penjelasan seperlunya khususnya yang berkaitan dengan pelataran dan penokohan
Nurgiyantoro, 2007: 142. Alur cerita dalam novel Namaku Mata Hari diawali dengan peristiwa
tahun kelahiran Mata Hari. Mata Hari lahir dari rahim dari seorang ibu yang berdarah Indonesia. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
1 Leeuwarden anno 1876
Itu tahun Masehi di mana aku lahir dari rahim Antje van der Meulen yang berdarah Indonesia hlm. 15.
Pada umur 14 tahun setelah datang bulan, Mata Hari menemukan sesuatu yang ajaib dalam kelaminnya. Dia selalu meraba-raba alat kelaminnya dan selalu
membayangkan jarinya membesar seperti wortel atau kentang. Akhirnya pada
umur 18 tahun Mata Hari kawin dengan seorang opsir karena dia tidak tahan lagi untuk terus menerus menikmati apa yang dipikirkannya sebagai wortel maupun
kentang. Mata hari kawin dengan lelaki yang lebih tua dari usianya. Mata Hari menikah dengan suaminya yang bernama John Rudolph MacLeod tahun 1895.
Pernikahan Mata Hari dengan suaminya yang bernama John Rudolph MacLeod dengan upacara resmi kemiliteran. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
2 Aku kawin dengan lelaki berumur dua kali lebih tua dari usiaku
yan g mencari jodoh lewat iklan di surat kabar „s-Gravenhage. Isi
iklannya memukau perhatianku: seorang opsir berkebangsaan Skot yang bekerja untuk ketentaraan Kerajaan Belanda mencari istri
yang segera dibawanya ke negeri jajahan Belanda, Indonesia hlm. 16.
3 Aku kawin dengan John Rudolph MacLeod pada hari bagus anno
1895 hlm. 27.
Ruud dipindah tugaskan di Indonesia, Mata Hari merasa senang dengan penugasan Ruud di Indonesia. Ruud ditugaskan di Jawa Tengah, tepatnya di
daerah Ambarawa. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 4
Aku senang sekali akan segera berangkat ke Indonesia. Sudah keluar besluit dari pemerintahan untuk penugasan Ruud ke
Indonesia. Dia ditugaskan bukan di Jawa Timur, melainkan Jawa Tengah, ditempatkan di Ambarawa hlm. 46.
Mata Hari dan Ruud tiba di Indonesia pada hari Minggu, tepatnya di daerah Batavia. Sebelum meneruskan perjalanan ke Ambarawa, mereka menginap
di perumahan tentara. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 5
Kami tiba di Batavia pada hari Minggu. Di sini kami menginap dua malam di perumahan tentara di
Beierlaan tak terlalu jauh dari Meester Cornelis, lantas pada hari Selasa dengan kapal kami ke Semarang dan terus ke Ambarawa
hlm. 53.
Setiba di Ambarawa mereka tinggal di perumahan tentara yang tidak jauh dari Stasion Kereta Api Willem I. Di Ambarawa mereka juga mempunyai babu
yang bernama Nyai Kidhal. Selain Nyai Kidhal, Mata Hari juga mempunyai pembantu laki-laki yang mengurus keperluan-keperluan yang dibutuhkan setiap
bulannya. Nama lelaki itu adalah Didik, dia adalah pribumi asal Minahasa dan dia bekas kopral yang dipulangkan dari perang di Aceh. Hal ini ditunjukkan melalui
kutipan berikut: 6
Di Ambarawa kami tinggal di perumahan tentara tak seberapa jauh dari Stasion Kereta Api Willem I di mana angin sejuk dari Gunung
Ungaran di Barat serasa seperti udara musim semi di Eropa hlm. 53.
7 Nama asli babu kami ini Kinanti. Tapi karena tangan kirinya yang
aktif, maka orang-orang memanggilnya Nyai Kidhal hlm. 54. 8
Orang yang disebut ini panggil-panggilannya Didik dari nama asli Hendrik yang berubah menjadi Endik adalah pribumi asal
Minahasa, salah satu suku dari bangsa Indonesia yang oleh alasan- alasan tertentu pemerintah kolonial antara lain warna kulit yang
kuning dan keyakinannya yang sama dengan orang Belanda menjadi ujung tombak pemerintahan kolonial untuk tidak
mengatakan „antek‟ yang mengurus pelbagai keperluan tuan- tuannya hlm. 84.
Sebagai istrinya John Rudolph MacLeod, Mata Hari pun mengalami ketidaknyamanan saat melakukan hubungan intim. Suaminya selalu melakukan
hubungan dengan cara liar seperti singa. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
9 Mula-mula aku tersiksa pada kali pertama kami bercinta, dan itu
akan menjadi gangguan konsentrasi setiap kami bersenggama. Aku kewalahan, karena dia berlaku seperti singa lapar hlm. 29.
10 Di dalam kamar kapal yang oleng di atas Laut Mediterania sebelum
memasuki Port Said di mulut Terusan Suez, Ruud meminta bersetubuh, padahal aku masih meneteki Norman John. Aku
kewalahan, sebab selalu kata „minta‟ baginya adalah „paksa‟, dan
kelakuannya awet seperti singa lapar. Kayaknya untuk urusan seks, dia harus dibilang sakit jiwa hlm. 48.
4.3.2 Tahap Tengah
Tahap tengah cerita yang dapat juga disebut sebagai tahap pertikaian, menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada
tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin menegangkan Nurgiyantoro, 2007: 145. Tahap pertikaian yang dialami Mata Hari ketika ia
diperlakukan kasar oleh suaminya yang bernama Ruud. Ruud melakukan tindakan seperti itu karena istrinya sudah tidak perawan lagi. Hal ini ditunjukkan melalui
kutipan berikut: 11
Tiba-tiba aku terpelanting. Mata berkunang-kunang. Ruud telah main tangan. Dia tampar aku. Kuat sekali. Aku terhuyung ke
dinding. Jatuh. Terjerembab di lantai. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa. Aku pingsan 33.
Kenyataan pahit pun dirasakan Mata Hari, saat dia mengandung anaknya yang kedua buah cintanya dengan suaminya. Di masa kehamilannya itu, Ruud
meminta ingin bersetubuh dengan babunya yang bernama Nyai Kidhal. Secara tidak langsung Ruud memanfaatkan Nyai Kidhal, ini dilakukan oleh Ruud dengan
alasan supaya tidak mengganggu masa kehamilannya Mata Hari. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
12 Di luar akal sehat, di saat harusnya Ruud suka cita karena akan
punya anak lagi dari istri yang mencintainya, malah tanpa rasa kagok atau canggung, bisa-bisanya dia mengajukan kemauannya
bukan usul bahwa dia ingin memanfaatkan Nyai Kidhal untuk semata-mata bisa bersetubuh dalam masa berpantang supaya tidak
mengganggu kehamilanku 65.
Dengan sikap Ruud yang ingin berhubungan intim dengan Nyai Kidhal seperti itu membuat Mata Hari memutuskan meninggalkan rumah. Walaupun
meninggalkan rumah seperti ini, ide yang tidak baik. Mata Hari tidak akan peduli, jika suaminya mencari. Mata Hari akan kembali ke rumahnya lagi, jika merasa
mau. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 13
Aku rasa meninggalkan rumah dengan cara begini bukanlah ide yang baik. Tapi aku rasa juga ini bukan waktu yang tepat untuk
menimbang-nimbang perkara baik dan buruk istri meninggalkan rumah, jika istri berada dalam keadaan marah karena kesalahan
suami yang keterlaluan hlm. 87.
14 Jadi, tidak peduli nanti senja, kalau Ruud ke rumah, dia akan kaget
Mrs MacLeod tidak ada di rumah hlm. 87. 15
Aku sengaja tidak pulang ke Ambarawa sampai aku merasa mau. Maksudku, nanti aku pulang ke Ambarawa kalau aku mau, bukan
karena aku ingin hlm. 105.
Mata Hari pulang ke rumahnya karena Ruud bingung mencari istrinya. Ruud senang akan kedatangan istri dan anaknya yang pulang ke rumah. Beberapa
hari kemudian masalah di dalam rumah tangganya terjadi lagi. Di setiap akhir pekan, Ruud selalu pergi ke Semarang. Ini semua membuat Mata Hari merasa
curiga, walaupun alasannya suaminya adalah tugas. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
16 Asal-muasalnya, karena pada bulan terakhir ini, di setiap akhir
pekan Ruud ke Semarang: berangkat Sabtu pulang Minggu dengan membawa oleh-oleh dodol. Aku tanya tugas apa dia di Semarang,
astaga jawabnya merengut, terbata-bata hlm. 120.
Keadaan ini membuat Mata Hari merasa curiga jangan-jangan menemui
seorang Nyai untuk dimanfaatkan sebagai pelampiasan nafsu. Mata Hari akhirnya
memutuskan ingin ikut ke Semarang. Ruud pun akhirnya tersentak dan kelihatan bingung. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
17 Pada akhir pekan berikut ini aku bilang harus ikut dengannya ke
Semarang. Aku mengajukan ini pagi-pagi di meja sarapan. Semua yang ada di
atas meja, aku sendiri yang menyiapkannya, karena aku menolak babu yang mau bekerja di rumahku.
Mendengar permintaanku, Ruud tersentak, menampik.
“Untuk apa ikut ke sana?” katanya. “Aku bertugas di sana.” “Aku tahu kamu bertugas,” kataku. “Makanya, kamu pergi ke
tempat tugasmu, aku pergi jalan-jalan, ke toko-toko, cuci- mata.”
Dia kelihatan bingung. Tapi dia cerdik membuat alasan hlm. 120.
Ruud mengabulkan permintaan Mata Hari untuk ikut ke Semarang. Setibanya di Semarang Mata Hari bukannya merasa bahagia dan senang. Mata
Hari justru merasa dan kaget mendengar informasi dari resepsionis hotel. Resepsionis hotel itu memberitahukan kepada Mata Haru, bahwa Ruud sering ke
hotel ini bersama dengan seorang wanita yang menginap di kamar 11. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
18 Mula-mula dia bertanya padaku, “Nyonya baru pertama menginap
di sini?” “Ya,” jawabku pendek, tak minat bersosial-sosial.
“Tuan MacLeod biasa ke sini, menginap di kamar 11,” katanya. Aku kaget, seperti tersengat, dan percakapan yang tadinya aku
hindari, justru sekarang aku lanjutkan dengan senang sekaligus dengan deg-degan hlm. 135.
Kejadian yang terjadi pada suaminya dengan wanita lain tanpa Mata Hari tahu, membuat dirinya menahan diri untuk tidak marah. Mata Hari akan
melampiaskan kemarahan ini setelah tiba di Ambarawa. Sesampainya di Ambarawa, pada sore hari Mata Hari mengajak Ruud
untuk berbicara secara jantan. Mata Hari bertanya kepada Ruud, tentang wanita
yang selalu diajak ke kamar 11 saat berada di Semarang. Ruud hanya nampak bingung. Akhirnya Mata Hari marah, dia memaki-maki suaminya itu. Hal ini
ditunjukkan melalui kutipan berikut: 19
“Mengaku saja, siapa perempuan pribumi yang setiap akhir pekan tidur bersamamu di kamar hotel nomer 11 Hotel Swatow.”
Sekonyong pula wajah Ruud putih seperti tersiram kapur, jelek, dan menjijikkan. Baru kali ini aku melihat seorang opsir dengan
kumis melintang, berwajah busuk, lebih dari tai. Aku tendang kursi ke hadapannya.
Dia loyo sebagai sontoloyo. Giliranku menghujatnya habis-habisan. Sampai-sampai aku lupa,
kata-kata jelek apa saja yang sudah muncrat dari mulutku hlm. 144.
Ruud dipindah tugaskan di Batavia, itu semua permintaan tuan Cremer. Tuan Cremer adalah seorang pejabat yang kenal dengan Mata Hari saat dia menari
di daerah candi Borobudur. Dari situlah Mata Hari memohon kepada tuan Cremer agar Ruud dipindah tugaskan di Batavia. Setelah bertugas di Batavia, Ruud
dipindah tugaskan di Aceh. Mata Hari dan kedua anaknya tinggal di Batavia. Saat tinggal di Batavia, ada seorang tamu laki-laki yang memberikan
dodol untuk Ruud. Tetapi Ruud sudah menjalankan tugasnya di Aceh, dodol tersebut akhirnya diterima oleh pembantunya yang bernama Mamah. Akan tetapi,
Nyo merengek ingin memakan dodol tersebut. Ternyata dodol itu ada racunnya, Nyo memakan dodol itu. Akhirnya Nyo meninggal karena telah makan dodol
tersebut. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 20
“Nyo mati,” jawabnya, diiringi lagi jeritan histeris. Sejam kemudian, setelah teduh, dan aku pun lemas, Mamah
bercerita kejadiannya. Katanya, ada seorang lelaki pribumi, yang digambarkannya
berbadan kecil, datang ke rumah menanyakan apakah ini benar rumah opsir Rudolph MacLeod.
Orang itu menitip dodol kesukaan Ruud. Melihat dodol itu, Nyo merengek memintanya hlm. 228.
Enam hari setelah kematian Nyo, datanglah seorang tamu. Ternyata tamu yang datang itu adalah Nyai Kidhal. Nyai Kidhal kemudian sujud kepada Mata
Hari. ini semua membuat diri Mata Hari menjadi heran. Nyai Kidhal kemudian menceritakan bahwa yang membawa dodol itu adalah adiknya Nyai Kidhal. Dia
ingin balas dendam kepada Ruud karena tidak bertanggung jawab telah menghamili Nyai Kidhal. Ternyata wanita pribumi yang berada bersama Ruud
saat di hotel kamar 11 itu adalah Nyai Kidhal. Mata Hari syok dan lemas mendengar cerita dari Nyai Kidhal tersebut. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan
berikut: 21
Demi melihat aku berdiri tertegun begini, buru-buru Nyai Kidhal sujud, mencium kakiku, dan menangis sedu sedan.
“Ampun saya, Ndoro Mevrouw, ampun,” katanya. “Saya sudah larang adik saya supaya jangan melakukan itu, tapi dia nekat
membawanya ke sini. Ampun saya, Ndoro Mevro uw, ampun”
hlm. 234. 22
“Ya, Ndoro Mevrouw, saya minta ampun. Adik saya yang menaruh racun dalam dodol itu. Maunya supaya dimakan Ndoro Tuan. Tapi,
demi Tuhan, Gusti, Sanghyang Widhi, saya merasa berdosa, sebab yang makan dodol itu Sinyo” hlm. 235.
23 Pertanyaan sekarang, kenapa adiknya ingin membunuh Ruud, dan
Nyai Kidhal merasa bersalah? Cepat aku melisankannya. “Kenapa adikmu ingin membunuh?” tanyaku.
“Adik saya marah pada Ndoro Tuan,” jawab Nyai Kidhal. “Kenapa dia marah?”
“Ampun, Ndoro Mevrouw. Saya susah bicara. Saya sedang hamil empat bulan” hlm. 235.
Setelah dua belas hari kematian Nyo, Ruud tiba di Batavia. Mengetahui Norman John mati, dia memaki-maki Mata Hari. Hal ini ditunjukkan melalui
kutipan berikut:
24 Mengetahui bahwa Norman John mati karena memakan dodol, dia
pun marah, memaki-maki, mencela, menista, mengatakan aku tidak becus mengurus anak, dan seterusnya, dengan suara yang tinggi
seperti bunyi gergaji besi hlm. 239.
Ruud tidak puas hanya dengan memaki-maki Mata Hari saja, dia pun melakukan kekerasan fisik dan mengancam Mata Hari. Hal ini ditunjukkan
melalui kutipan berikut: 25
Ruud masih nekat Dia kejar aku di jalan.
Menangkap. Aku melepas diri.
Lari. Dia kejar lagi.
Dan dia berhasil menangkap aku. Lantas, sambil memegang dengan kuat kedua lenganku, dia
mengguncang-guncang badanku hlm. 245.
26 Ruud menarik rambutku dengan kasar. Saking kuatnya tangan itu
menjambak rambutku, aku terjengkolet. Aku menjerit lebih keras.
Tapi dia terus menyeret, lalu memuntir tanganku, sampai-sampai aku merasa kesakitan, dan untuk sementara gampang dibawanya
sampai ke depan pintu. Di depan pintu aku meronta.
Maka dia mengancam.
“Jangan macam-macam kalau kamu ingin tetap hidup,” katanya hlm. 246.
Mata Hari pun tidak ingin kalah dari suaminya yang melakukan kekerasan fisik kepadanya. Akhirnya, Mata Hari memberontak dengan memaki-maki Ruud
di depan banyak orang. Mata Hari secara langsung membongkar semua kesalahan dan perbuatan yang dilakukan oleh Ruud. Anaknya itu mati karena perbuatan
suaminya yang telah membuntingi seorang babu. Selain itu, anaknya cacat karena tertular penyakit sifilis pada ayahnya. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
27 “Omonganmu tidak bermutu,” kataku, dan aku senang bisa leluasa
berb icara, sebab ketiga lelaki itu menahan badan Ruud. “Di mana
otakmu? Seandainya Norman John tidak cacat, tentu dia mengerti apa yang dikatakan kepadanya. Dia sudah dilarang untuk tidak
boleh makan dodol itu, tapi dia tidak mengerti, sebab dia cacat: tidak bisa jalan, tidak bisa bicara. Kamu tahu kenapa dia cacat? Dia
cacat sebab terbawa penyakit kotormu, penyakit darah kotor yang kamu bawa dari Zeedijk, penyakit sifilismu. Apa kamu tidak tahu
itu?” hlm. 247. 28
“Tidak benar?” kataku, mencibir, mengejek, dan aku benar-benar merasa sedang memenangkan pertikaian ini. “Kalau kamu kira ini
tidak benar, tanya saja Dokter Hoedt, orang Belgia itu. Tanya sana Kesalahan berasal dari kamu. Kamu menularkan sifilis pada
anakku” hlm. 248.
Perlakuan kasar Ruud terhadap istrinya, membuat Mata Hari berfikir untuk meminta cerai. Mata Hari sebagai seorang wanita tidak terima dirinya
diperlakukan seperti itu oleh Ruud. Di hadapan anggota PM Polisi Militer, Mata Hari meminta cerai dari suaminya itu. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
29 Jawabku tanpa tedeng aling-aling, “Cerai.”
PM pemeriksa itu bertanya untuk yakin, “Apa Anda yakin?” Maka jawabku tegar, “Yakin sekali. Cerai. Ini hargamati hlm 252.
Untuk membalas perbuatan suaminya itu, Mata Hari menjadi seorang pelacur. Dia makin pandai bermain seks dengan lelaki yang bukan suaminya
sendiri. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 30
Aku makin pandai -melebihi tupai yang meloncat di sembarang ranting pohon- dalam bermain seks dengan lelaki bukan suamiku
hlm. 269.
Akhirnya, Mata Hari sudah resmi bercerai dengan Ruud saat berada di Belanda. Menurut Mata Hari bercerai adalah salah satu cara agar dirinya tidak
tersiksa lagi. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
31 Karuan aku merasa plong.
Kami mengurus perceraian kami hari ini juga. Tidak sulit, sebab tuntutanku semua tidak dibantah Ruud, dan
akhirnya kami bercerai resmi hlm. 343.
Konflik pun terjadi saat Mata Hari diketahui telah menjadi mata-mata bagi negara Prancis dan Jerman. Mata Hari dituduh berkhianat terhadap negara
Prancis. Itu semua dilakukan Mata Hari semata-mata karena ingin mendapatkan uang yang banyak sebagai bayarannya. Akan tetapi, perbuatan yang dilakukan
Mata Hari tidak membuahkan hasil yang membuatnya bahagia. Mata Hari malah di penjara karena telah mengkhianati kedua negara tersebut. Hal ini ditunjukkan
melalui kutipan berikut: 32
Namun, ini benar-benar absurd, dari orang-orang yang aku benci pandangannya, aku justru mencari dan menemukan yang aku maui:
uang. Dari Jerman aku memperoleh mark, dan dari Prancis aku
memperoleh franc hlm. 448.
33 Dari situ aku dibawa lagi ke rutan Fauborg Saint-Denis.
Belakangan aku dipindahkan ke penjara Saint-Lazare hlm. 525. 4.3.3 Tahap Akhir
Tahap akhir sebuah cerita, atau dapat juga disebut sebagai tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks Nurgiyantoro, 2007: 145.
Tahap akhir merupakan tahap penyelesaian dari masalah yang terjadi dalam cerita tersebut. Mata Hari saat di dalam penjara menjalaninya dengan penuh keikhlasan.
Di dalam penjara Mata Hari hanya ditemani oleh Lintjens yang datang menjenguknya. Setelah itu datanglah Pere dan Soeur, yang selalu memberikan
semangat kepada Mata Hari. Mata Hari merasakan kedamaian saat melihat Pere dan soeur. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
34 Sedang dalam kemauan merenung, terdiam, tertegun, datanglah
pula Pere dan Soeur. “Terimakasih kalian datang,” kataku.
Aku merasa damai melihat mereka. Aku melihat mereka seperti ayah rohani dan ibu rohani hlm. 544.
Mata Hari melewati masa-masa di penjara dengan pasrah. Pada tanggal 24 Juni 1917, Mata Hari dibawa ke pengadilan kota untuk disidang. Hal ini
ditunjukkan melalui kutipan berikut: 35
Setelah berkas perkaraku diserahkan oleh Bouchardon kepada Jaksa Andre Mornet, letnan dalam ketentaraan Prancis, maka pada
hari ini, 24 Juni 1917, aku dibawa ke pengadilan kota yang disebut Istana Keadilan hlm. 551.
Penalti yang diputuskan oleh pengadilan bahwa Mata Hari harus dihukum mati karena sudah berkhianat. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
36 Di mahkamah militer tempat aku diadili, telah tersedia kalimat
pamungkas yang berkekuatan hukum tetap, bahwa aku dinyatakan bersalah sebagai pengkhianat, dan karenanya harus mati hlm.
555.
Cerita dalam novel Namaku Mata Hari karya Remy Sylado diakhiri dengan hal yang menegangkan dan menyedihkan, tetapi disisi lain ada rasa salut
untuk Mata Hari. Walaupun dia mati dengan cara ditembak, dia tidak ingin matanya ditutup dan tanpa memakai pakaian. Dia ingin telanjang bulat karena dia
mempunyai filosofi “Dengan telanjang aku keluar dari rahim ibuku, dengan telanjang pula aku akan kembali ke dalamnya.” Mata Hari ikhlas menerima
hukuman mati dengan cara ditembak, ia pun menjalaninya secara betina. Rasa salut yang perlu dipatuti adalah saat dia menyebut nama Tuhan untuk terakhir
kalinya, walaupun dia seorang vrijdenker. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
37 “Saya justru ingin melihat bagaimana saya ditembak mati. Saya
tidak mau mata ditutup dengan kain hitam apapun. Saya malah ingin mencopot semua kain yang menjadi pakaian saya, supaya
tubuh saya bisa bebas dari segala beban peradaban Barat yang seluruhnya palsu.”
Tanpa sungkan, tanpa kagok, tanpa peduli, Mata Hari pun melepaskan pakaiannya, sampai tubuhnya telanjang hlm. 558.
38 “Sudah selesai, Tuan-tuan. Silakan tembak. Saya sudah milih mati
dengan cara betina seperti ini. Terimakasih, Tuhan” hlm. 559. 39
Mata Hari mati hari ini, 15 Oktober 1917, dengan menyebut nama Tuhan hlm. 559.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan alur yang terdapat dalam novel Namaku Mata Hari karya Remy Sylado adalah alur kronologis atau
alur maju. Pengarang menceritakan dari awal hingga akhir secara jelas. Mulai dari tahun Mata Hari dilahirkan, berkenalan dengan suaminya lewat koran, tahun Mata
Hari menikah, saat tinggal di Ambarawa, di Batavia, saat Mata Hari diperlakukan dengan menggunakan kekerasan oleh Ruud, saat anaknya yang pertama
meninggal karena ulah Ruud, saat cerai, saat di dalam penjara, dan saat Mata Hari mati dengan cara ditembak. Alur yang terdapat dalam novel Namaku Mata Hari
begitu jelas dan ceritanya mengalir dari awal hingga akhir.
115
BAB V ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH MATA HARI DAN