1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi dan penciptaan. Dalam seni banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya,
khususnya perasaan Sumardjo dan Saini,1986:1. Jadi dapat disimpulkan bahwa sastra mengandung suatu unsur keindahan, di mana unsur keindahan tersebut
mengandung sebuah perasaan yang dirasakan oleh setiap manusia untuk menciptakan sebuah karya seni.
Sastra memberi kesenangan dan pemahaman tentang kehidupan. Sastra menurut Lukens dalam Nurgiyantoro, 2005:3 menawarkan dua hal utama, yaitu
kesenangan dan pemahaman. Sastra hadir kepada pembaca pertama-tama adalah memberikan hiburan yang menyenangkan. Sastra menampilkan cerita yang
menarik, mengajak pembaca untuk memanjakan fantasi, membawa pembaca ke suatu alur kehidupan yang penuh daya suspense. Kesemuanya itu dikemas dalam
bahasa yang juga tidak kalah menarik Nurgiyantoro, 2005:3. Karya sastra merupakan hasil dari daya imajinatif yang diciptakan oleh
pengarang, tetapi pengalaman dikehidupan yang nyata ini juga dapat diangkat menjadi sebuah karya satra. Para pembaca sastra dapat belajar dari pengalaman
pengarang dan mengambil nilai-nilai kehidupan yang ada dalam sebuah karya sastra .
Karya sastra juga merupakan salah satu materi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di tingkat satuan pendidikan, terutama di Sekolah Menengah
Atas SMA. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat yaitu membantu ketrampilan berbahasa,
meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak Rahmanto, 1988:16.
Pengajaran sastra yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas SMA berkaitan dengan drama, puisi, dan prosa. Tentu saja, hal itu mendidik dan
mengajarkan para siswa agar mencintai hasil karya sastra. Sastra dalam pembelajaran juga dapat membantu pengajaran kebahasaan karena sastra dapat
meningkatkan empat keterampilan dalam berbahasa yaitu membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Untuk itu, peneliti memilih novel Namaku Mata Hari
karya Remy Sylado karena novel ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas SMA.
Peneliti memilih novel Namaku Mata Hari karya Remy Sylado, karena novel ini menceritakan tentang seorang tokoh utama yang bernama Mata Hari.
Mata Hari adalah orang Belanda berdarah Indonesia. Nama asli dari Mata Hari adalah Margaretha Geertruida, tetapi ia sering menyebut nama dirinya dengan
sebutan Mata Hari. Ia menyebut namanya dengan sebutan Mata Hari, karena nama matahari ini ia dengar pertama kali dari Nyai Kidhal. Nyai Kidhal adalah seorang
pembantu yang mengurusi rumah tangga Margaretha dan suaminya yang bernama John Rudolph MacLeod. Mata Hari adalah seorang perempuan yang kuat,
mempunyai pandangan hidup yang luas, dan selalu tegas dalam keadaan hidup yang ia alami.
Mata Hari sering mengalami konflik batin yang terjadi di dalam kehidupannya. Pemicu konflik batin yang terjadi dalam diri Mata Hari ketika ia
menjadi seorang penari eksotik dan pelacur, karena ia ingin balas dendam terhadap suaminya yang suka bermain perempuan di belakangnya. Setelah
bercerai dari suaminya Ruud, Mata Hari tidak diperkenankan untuk bertemu dengan anaknya Non. Walaupun hak asuh putrinya itu diserahkan ke suaminya,
Ruud tetap bersikeras tidak mau mempertemukan anaknya dengan ibunya. Mata Hari sangat rindu dengan anaknya, tetapi untung saja kakak perempuan Ruud
selalu memberikan kabar keadaan Non kepada Mata Hari. Sampai hari kematiannya, Mata Hari tetap tidak bertemu dengan anaknya. Konflik batin yang
dialami Mata Hari, dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan yang dialami oleh tokoh utama tersebut. Untuk itu, peneliti ingin meneliti konflik batin yang dialami
tokoh Mata Hari yang mengalami masalah dalam novel Namaku Mata Hari karya Remy Sylado.
Penelitian konflik batin pada tokoh Mata Hari ini menggunakan pendekatan psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra ini dapat mengkaji dan
menemukan watak yang dialami oleh tokoh Mata Hari yang mengalami konflik batin dalam novel Namaku Mata Hari. Aliran psikologi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori psikologi menurut Abraham Maslow. Memilih aliran psikologi tersebut karena teori psikologi ini sesuai untuk memenuhi kebutuhan
yang dialami Mata Hari untuk mencapai kebahagiaan dan kepuasaan.
Analisis psikologi terhadap karya sastra, terutama fiksi dan drama tampaknya memang tidak terlalu berlebihan karena baik sastra maupun psikologi
sama-sama membicarakan manusia. Bedanya, sastra membicarakan manusia yang diciptakan oleh pengarang, sedangkan psikologi membicarakan manusia yang
diciptakan Tuhan yang secara riil hidup di alam nyata. Meskipun sifat-sifat manusia dalam karya sastra bersifat imajiner, tetapi di dalam menggambarkan
karakter dan jiwa pengarang menjadikan manusia yang hidup di alam nyata sebagai model di dalam penciptaannya. Dengan demikian, dalam menganalisis
tokoh dalam karya sastra dan perwatakannya seorang pengkaji sastra juga harus mendasarkan pada teori dan hukum-hukum psikologi yang menjelaskan perilaku
dan karakter manusia Wiyatmi, 2006:107. Hasil dari analisis konflik batin dalam novel Namaku Mata Hari karya
Remy Sylado ini akan diimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA. Novel Namaku Mata Hari ini cocok digunakan dalam pembelajaran sastra di
SMA, khususnya untuk kelas XI semester I. Kelas XI semester I memiliki Standar Kompetensi SK Membaca:
Memahami berbagai hikayat, novel Indonesianovel terjemahan
dan Kompetensi Dasar KD:
Menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia terjemahan.
1.1 Rumusan Masalah