Psikologi Abraham Maslow LANDASAN TEORI

2.5 Psikologi Abraham Maslow

Abraham Harold Abe Maslow lahir di Manhattan, New York, pada 1 April 1908. Abraham Maslow menemukan teori psikologi yang disebut dengan nama teori holistik-dinamis, karena teori ini menganggap bahwa keseluruhan dari seseorang terus menerus termotivasi oleh satu atau lebih kebutuhan dan bahwa orang mempunyai potensi untuk tumbuh menuju kesehatan psikologis Jess Feist Gregory J. Feist, 2010:325. Maslow percaya bahwa untuk menyelidiki kesehatan psikologis, satu- satunya tipe orang yang dipelajari ialah orang yang sehat. Maslow berkesimpulan bahwa semua manusia dilahirkan dengan kebutuhan-kebutuhan instinktif. Kebutuhan-kebutuhan universal yang mendorong kita untuk bertumbuh dan berkembang, untuk mengaktualisasikan diri, untuk menjadi semuanya sejauh kemampuan kita. Jadi, potensi untuk pertumbuhan dan kesehatan psikologis ada sejak lahir Schults dalam Albertine Minderop, 2011:278. Menurut Maslow tingkah laku manusia lebih ditentukan oleh kecenderungan individu untuk mencapai tujuan agar kehidupan si individu lebih berbahagia dan sekaligus memuaskan. Maslow menyampaikan teorinya tentang kebutuhan bertingkat Albertine Minderop, 2011:280. Konsep hierarki kebutuhan yang diungkapkan Maslow beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di level rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di level tinggi menjadi hal yang memotivasi. Lima kebutuhan yang membentuk hierarki ini adalah kebutuhan konatif, yang berarti bahwa kebutuhan-kebutuhan ini memiliki karakter mendorong atau memotivasi Jess Feist Gregory J. Feist, 2010:331. Maslow dalam Jess Feist Gregory J. Feist, 2010:332 menyampaikan teorinya tentang kebutuhan bertingkat yang tersusun dalam lima tingkatan: fisiologis physiological, keamanan safety, cinta dan keberadaan love and belongingness , penghargaan esteem, dan aktualisasi diri self actualization. Adapun kebutuhan-kebutuhan yang dialami oleh tokoh Mata Hari, dengan menggunakan kebutuhan: a. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan fisiologis adalah sekelompok kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena terkait dengan kebutuhan biologis manusia. Kebutuhan fisiologis, misalnya kebutuhan: pangan, sandang, papan, oksigen, seks, dan sebagainya, demi kelangsungan hidup manusia. Karena kebutuhan paling mendesak, maka sebelum ini tercapai, tidak akan bergerak menuju kebutuhan di atasnya. Kebutuhan ini sangat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia dan ia selalu berusaha memenuhinya Albertine Minderop, 2011:286. Kebutuhan fisiologis berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya setidaknya dalam dua hal penting. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang dapat terpenuhi atau bahkan selalu terpenuhi. Karakteristik berbeda yang kedua dari kebutuhan fisiologis adalah kemampuannya untuk muncul kembali Jess Feist Gregory J. Feist, 2010:333. b. Kebutuhan akan Keamanan Ketika orang telah memenuhi kebutuhan fisiologis mereka, mereka menjadi termotivasi dengan kebutuhan akan keamanan. Yang termasuk di dalam kebutuhan akan keamanan adalah keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam. Kebutuhan akan hukum, ketenteraman, dan keteraturan juga merupakan bagian dari kebutuhan akan keamanan Maslow dalam Jess Feist Gregory J. Feist, 2010:333. Ketidakpastian yang dihadapi manusia membuat manusia harus mencapai sebanyak mungkin jaminan, perlindungan, ketertiban menurut kemampuan kita. Apabila kita mencapai suatu tingkat tertentu dari rasa aman dan jaminan, maka kita akan digerakkan untuk memuaskan kebutuhan akan memiliki dan cinta Albertine Minderop, 2011:283. c. Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Cinta Setelah orang memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, mereka menjadi termotivasi oleh kebutuhan akan cinta dan keberadaan, seperti keinginan untuk berteman; keinginan untuk mempunyai pasangan dan anak; kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga, sebuah perkumpulan, lingkungan masyarakat, atau negara. Cinta dan keberadaan juga mencakup beberapa aspek dari seksualitas dan hubungan dengan manusia lain dan juga kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan cinta Maslow dalam Jess Feist Gregory J. Feist, 2010:334. Kebutuhan rasa memiliki dan cinta dapat dipenuhi dengan cara menggabungkan diri dengan suatu kelompok atau perkupulan, menerima nilai-nilai dan sifat-sifat atau memakai pakaian seragam dengan maksud agar merasakan perasaan memiliki. Untuk memuaskan kebutuhan akan cinta kita dapat membangun suatu hubungan akrab dan penuh perhatian dengan orang lain atau dengan orang-orang pada umumnya, dalam hubungan ini memberi dan menerima cinta adalah sama penting. Menurut Maslow, sulit bagi kita memenuhi kebutuhan cinta dewasa ini sehingga menimbulkan rasa kesepian dan keterasingan. Oleh karena itu, banyak tumbuh berbagai kelompok untuk melepaskan diri dari perasaan terisolasi karena kegagalan mencapai cinta dan memiliki Albertine Minderop, 2011:283. d. Kebutuhan akan Penghargaan Menurut Maslow dalam Albertine Minderop, 2011:284 setiap orang memiliki dua penghargaan yang berasal dari orang lain dan penghargaan terhadap diri sendiri. Penghargaan yang berasal dari orang lain adalah yang utama. Penghargaan yang berasal dari orang lain berdasarkan reputasi, kekaguman, status, popularitas, keberhasilan dalam masyarakat, dan semua sikap bagaimana pandangan orang lain terhadap kita. Apabila kita merasakan suatu perasaan penghargaan dari dalam atau penghargaan diri, kita merasa yakin dan aman akan diri kita; kita merasa berharga dan adekuat serasi, seimbang. e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri Kebutuhan akan aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita. Kita harus menjadi menurut potensi kita untuk menjadi. Walaupun kita telah mencapai kebutuhan dalam tingkat rendah, merasa aman secara fisik dan emosional, mempunyai rasa memiliki, dan cinta, merasa berharga, namun kita akan merasa kecewa, tidak tenang dan tidak puas kalau kita gagal berusaha memuaskan kebutuhan akan aktualisasi diri. Bila kondisi ini terjadi, maka kita tidak berada dalam damai dengan diri kita dan tidak bisa dikatakan sehat secara psikologis Schultz dalam Albertine Minderop, 2011:284. Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan manusia tertinggi. Kebutuhan ini tercapai apabila kebutuhan-kebutuhan di bawahnya telah terpenuhi dan terpuaskan. Menurut Maslow, seseorang akan mampu mencapai kebutuhan ini apabila ia mampu melewati masa- masa sulit yang berasal dari diri sendiri maupun dari luar. Hambatan dari diri sendiri misalnya timbul rasa ragu-ragu, takut, malu, dan sebagainya. Kendala dari luar misalnya, tidak adanya kesempatan atau diskriminasi dari lingkungannya Albertine Minderop, 2011:307.

2.6 Konflik

Dokumen yang terkait

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL AIR MATA SURGA KARYA E. ROKAJAT ASURA: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Air Mata Surga Karya E. Rokajat Asura: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sast

1 9 16

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL AIR MATA SURGA KARYA E. ROKAJAT ASURA: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Air Mata Surga Karya E. Rokajat Asura: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sast

2 31 13

PENDAHULUAN Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Air Mata Surga Karya E. Rokajat Asura: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMK.

0 8 4

KONFLIK BATIN TOKOH RINAI DALAM NOVEL RINAI, TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN Konflik Batin Tokoh Rinai dalam Novel Rinai, Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Pada Pembelajaran Sastra di SMK.

0 13 19

KONFLIK BATIN TOKOH RINAI DALAM NOVEL RINAI, TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA PADA Konflik Batin Tokoh Rinai dalam Novel Rinai, Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Pada Pembelajaran Sastra di SMK.

0 9 13

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Lalita Karya Ayu Utami: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di S

0 1 13

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Lalita Karya Ayu Utami: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di Sma.

0 5 26

Konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA : suatu tinjauan psikologi sastra.

0 5 140

Konflik batin tokoh Mata Hari dalam novel Namaku Mata Hari karya Remy Sylado dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA suatu tinjauan psikologi sastra

1 26 209

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

0 0 138