merupakan seorang guru norak yang telah membuat tidak perawan Mata Hari dan kini dia hilang entah kemana. Kedua tokoh tambahan inilah yang mendukung dan
menyebabkan konflik batin pada tokoh Mata Hari, terutama John Rudolph MacLeod Ruud.
4.2 Analisis Unsur Latar
Menurut Sudjiman 1990:48, latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra. Menurut
Nurgiyantoro 2007:227, unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan mas
alah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Ketiga latar ini akan dikaitkan dalam novel Namaku Mata Hari karya
Remy Sylado, yang membentuk konflik batin dalam diri Mata Hari.
4.2.1 Latar Tempat
Latar tempat merupakan tempat di mana terjadinya suatu peristiwa. Penggambaran latar tempat di dalam novel Namaku Mata Hari karya Remy
Sylado terjadi di rumah saudara perempuan Ruud. Hal ini ditunjukkan bahwa latar tempat ini dapat mempengaruhi terbentuknya konflik batin melalui kutipan
berikut:
1 Satu hal di luar mauku, di rumah saudara perempuan Ruud ini aku
harus mengaku, merupakan tempat awal mulanya timbul pikiran cemar terhadap sembarang lelaki hlm. 28.
Dari kutipan di atas dapat di ketahui, bahwa di rumah saudara Ruud pertama kalinya Mata Hari berpikiran cemar kepada suaminya. Di rumah saudara
perempuan Ruud ini juga, Ruud main tangan kepada Mata Hari. Sehingga Mata Hari terhuyung ke dinding dan terjerembat jatuh di lantai. Hal ini ditunjukkan
bahwa latar tempat ini dapat mempengaruhi terbentuknya konflik batin melalui kutipan berikut:
2 Tiba-tiba aku terpelanting. Mata berkunang-kunang. Ruud telah
main tangan. Dia tampar aku. Kuat sekali. Aku terhuyung ke dinding. Terjerembab di lantai hlm. 33.
Latar tempat juga terjadi di dalam kamar kapal, ketika itu Ruud meminta bersetubuh dengan Mata Hari. Ruud melakukan hubungan pasangan suami-istri
kepada Mata Hari itu dengan cara paksa dan kelakuannya seperti singa lapar. Hal ini ditunjukkan bahwa latar tempat ini dapat mempengaruhi terbentuknya konflik
batin melalui kutipan berikut: 3
Di dalam kamar kapal yang oleh di atas Laut Mediterania sebelum memasuki Port Said di mulut Terusan Suez, Ruud meminta
bersetubuh, padahal aku masih meneteki Norman John. Aku kewalahan, sebab selalu kata „minta‟ baginya adalah „paksa‟ dan
kelakuannya awet seperti singa lapar. Kayaknya untuk urusan seks, dia harus dibilang sakit jiwa hlm. 48.
Latar tempat terjadi di Magelang, di Mendut dan di pedalaman pinggir Kali Elo. Ketika di sanggar seni Kali Elo ini, Mata Hari pun merasa dikajeni dan
dia merasa senang. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
4 Dengan keretaapi yang berangkat pada jam 09.00 kami ke
Magelang dulu, ke rumah Didik, dan dari situ kami ke desa asal istri Didik di Mendut, dan kemudian ke sanggar kesenian di
pedalaman pinggir Kali Elo yang dipimpin oleh Mbah Kung hlm. 88.
5 Aku merasa dikajeni di sanggar seni pinggir Kali Elo ini.
Pemimpinnya sendiri merasa senang karena aku ikut-ikutan memanggilnya Mbah Kung hlm. 93.
Latar tempat juga terjadi ke gedung Societeit de Harmonie, hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
6 Aku masuk ke gedung Societeit de Harmonie atau orang Belanda
menyingkatnya „soos‟ dan pribumi menyebutnya „harmoni‟ dengan perasaan takjub. Terasa benar kemewahan gedung ini. Aku kagum
melihat interior gedung yang dulu, 80 tahun lalu, diarsiteki oleh Schultze dan diresmikan oleh Raffles hlm. 189.
7 Kereta ini meluncur di Rijkswijk menuju ke Barat, ke gedung
Harmonie yang lazim disebut soos itu hlm. 259. Latar tempat terjadi di Grand National Hotel dan hotel Preanger, hal ini
ditunjukkan melalui kutipan berikut: 8
Dua malam kami menginap di Grand National Hotel, lantas Cremer mengajak pindah diatur oleh pejabat kota ke hotel yang masih baru,
berusia hampir dua tahun, terletak di jalan pos Daendels, sebelah tempat ditancapkannya patok angka nol.
Hotel yang aku maksudkan ini adalah Preanger, sebuah bangunan indah gaya klasik dengan pilar-pilar model ionic, dilengkapi
tympanon
berhias frieze datar, serta di depannya tumbuh pohon- pohon pinang yang mengelokkan halaman.
Di hotel ini kami menginap tiga hari, dan tak lupa saban malam senggama. Agaknya ini babak latihan memantapkan bakat jalang-
sundal-lacur yang wujud dalam kodratku, ke babak selanjutnya, babak tekateki tentang nasib yang kabur dalam takdirku hlm.
215.
Latar tempat juga terjadi di kota Bandung ketika Cremer ditugaskan di sana. Cremer mengajak Mata Hari, Mamah, dan kedua anaknya. Hal ini
ditunjukkan melalui kutipan berikut: 9
Cremer ditugaskan ke Bandung. Dia mengajak aku.
Aku senang, sebab penasaran ingin melihat kota yang dibangun, dan awalnya disebut-
sebut sebagai “De Bloem van Indische Bergsteden” artinya Kembangnya Kota Pegunungan Indonesia dan
kemudian disebut-sebut pula sebagai De Stad van Bloemen artinya “Kota Kembang” hlm. 207.
10 Aku krasan di Bandung. Anak-anakku juga. Buktinya Nyo tidak
banyak menangis hlm. 215. 11
Aku tidak pernah menyangka, bahwa kesenangan yang aku alami di kota sejuk Bandung sebagai bagian pengalaman menempa bakat
untuk menjadi jalang-sundal-lacur akan begitu segera berakhir setelah kami pulang ke Batavia hlm. 223.
Latar tempat terjadi di jembatan kanal Ciliwung dan di ceruk pintu rumah orang Brabant. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
12 Aku sudah sampai di jembatan kanal Ciliwung pinggir Rijswijk,
tapi karena Non terus menangis kedinginan dibasahi hujan yang kian deras, terpaksa membuatku mundur, kembali ke belakang, dan
berteduh di ceruk pintu rumah orang Brabant yang selalu menunjukkan pedulinya padaku hlm. 283.
Latar tempat juga terjadi di jalan ketika masih tinggal di Batavia, hal ini ditunjukkan bahwa latar tempat ini dapat mempengaruhi terbentuknya konflik
batin melalui kutipan berikut: 13
Tetangga yang makin banyak menonton kami di jalan, ditambah lagi dengan orang-orang yang kebetulan lewat di jalan ini hlm.
246. 14
Dan inilah saatnya aku merasa menang, membuat „tontonan perangah‟ di jalan, disaksikan tetangga-tetangga dan siapapun yang
Lewat di situ hlm. 249.
Latar tempat juga terjadi di dapur, ketika itu Mata hari memeriksa air panas di dalam teko. Hal ini ditunjukkan bahwa latar tempat ini dapat
mempengaruhi terbentuknya konflik batin melalui kutipan berikut: 15
Mendengar suara yang menyakitkan kupingku itu, aku bangun, meloncat dari ranjangku, lalu keluar pelan-pelan dari kamar,
sebolehnya tidak mengeluarkan suara, menuju ke dapur, memeriksa air panas dalam teko. Kalau ada air panas, aku ingin sadis seperti
istri Meneer Breda. Sungguh-sungguh aku akan menyiram air panas dari dalam teko itu ke kepala Ruud hlm. 290.
Latar tempat juga terjadi di gereja, hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
16 Tapi, aneh, tiba-tiba aku merasa seperti dibisiki Setan, supaya
masuk ke gereja, menemui pastor yang waktu itu berdoa dalam penguburan Norman John hlm. 297.
17 Inilah pertama kali selama sekian tahun di Indonesia, aku
menginjakkan kaki di depan gereja, dan kayaknya sebentar lagi akan masuk ke dalam: bukan mencari Tuhan, tapi mencari pastor
yang dulu berdoa pada hari kematian putraku dan ternyata namanya Mgr. Edmundus Sybrandus Luypen SJ, vikaris di sini sejak 1898
hlm. 298.
Dari kutipan di atas, Mata Hari dibisiki oleh Setan untuk masuk ke dalam gereja. Mata Hari mengatakan dibisiki oleh Setan karena dia sudah menjadi
vrijdenker . Di dalam gereja Mata Hari bukannya mencari Tuhan, tetapi mencari
seorang pastor yang pada waktu itu berdoa pada kematian putranya. Latar tempat juga terjadi di biara tempat tinggalnya zuster Ursulin yang
sudah menolong Mata Hari untuk menginap di biara itu. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
18 O, ya, aku baru sadar, kamar berhias salib di dinding ini adalah
kamar dalam biara tempat tinggalnya para zuster Ursulin hlm. 306.
Latar tempat juga terjadi di kota kelahiran Mata Hari, Leuuwarden. Di sini Mata Hari berjumpa dengan ayahnya, tetapi dia langsung meninggalkan ayahnya.
Mata Hari juga kecewa di rumahnya karena ayahnya seperti tidak menganggap cucunya sendiri. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
19 Di Belanda aku langsung ke kota kelahiranku, Leuuwarden, jumpa
ayahku yang masih setia pada satu-satunya kesombongannya sebagai pengusaha topi yang bangkrut. Karenanya aku tidak tahan
lama-lama dengan orang yang berusaha mengalirkan mimpi dan frustasinya padaku. Aku meninggalkannya. Juga aku kecewa, dia
tidak melihat anakku sebagai semestinya seorang kakek kepada cucunya hlm. 341.
Latar tempat juga terjadi di Paris, di tempat itu Mata Hari dapat mewujudkan impiannya menjadi penari yang eksotik. Publikasi Mata Hari
menjadi mulai populer melalui foto-foto kartu pos. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
20 Merasa jangar terus-terusan menunggu kesempatan untuk bisa
menari eksotik di Paris hlm. 349. 21
Apa yang aku lakukan hari ini, di sini, Paris, kota yang telah aku damba-dambakan dalam mimpi-mimpiku selama sekian tahun,
dengan tepuktangan penonton yang gemuruh, barulah merupakan awal dari cerita perjuangan menjadi diri sendiri: sosok Barat
dengan jiwa Timur hlm. 379.
22 Publikasi atas diriku makin meluas melalui foto-foto kartupos yang
dijual di beberapa tempat ramai di Paris hlm. 381 Latar tempat juga terjadi di kantor Clunet, dengan bertemu Clunet di
kantor ini Mata Hari juga menyadari sensasi pacaran dengan lelaki yang sudah tua. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
23 Kemudian Astruc membawa aku ke kantor Clunet. Aku baru tahu,
Clunet yang disebut-sebutnya ini tidak muda hlm. 362.
Latar tempat juga terjadi di Belanda, ketika itu Mata Hari ingin bertemu dengan anaknya Non karena kangen. Tetapi perteman dengan putrinya itu selalu
tidak membuahkan hasil, karena Ruud tidak selalu mengijinkan Mata Hari untuk bertemu dengan Non. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
24 Bukankah aku ke Belanda semata-mata untuk bisa bertemu kangen
dengan Non? hlm. 385.
Latar tempat juga terjadi di penjara Saint-Lazare yang merupakan tempat Mata Hari dipenjara. Mata Hari di penjara karena ketahuan telah menjadi mata-
mata negara Prancis dan negara Jerman. Di tempat penjara ini pula Mata Hari kekurangan air untuk mandi, karena tidak tersedia air yang cukup. Hal ini
ditunjukkan melalui kutipan berikut: 25
Belakangan aku dipindahkan ke penjara Saint-Lazare. Yang terakhir ini, sudah aku ceritakan, adalah penjara busuk yang sangat
menyiksa diriku, karena tidak tersedia cukup air untuk mandi hlm. 525.
Latar tempat juga terjadi di Bois de Vincennes yang merupakan hutan di pinggiran Paris. Di tempat ini Mata Hari dieksekusi untuk ditembak mati. Hal ini
ditunjukkan melalui kutipan berikut: 26
Akhirnya Mata Hari dibawa ke Bois de Vincennes, hutan pinggiran Paris untuk dieksekusi oleh sebuah squad, regu tembak yang
terlatik menembak titis hlm. 557.
Dari penjelasan tentang latar tempat yang digambarkan dalam novel Namaku Mata Hari
karya Remy Sylado, dapat disimpulkan bahwa penggambaran latar tempat terjadi di rumah saudara perempuan Ruud, di dalam kamar kapal, di
Magelang, di Mendut, di pedalaman pinggir Kali Elo, di gedung Societeit de
Harmonie, di Grand National Hotel dan hotel Preanger, di kota Bandung, di jembatan kanal Ciliwung, di ceruk pintu rumah orang Brabant, di jalan, di
dapur,di gereja, di biara tempat tinggalnya zuster Ursulin , di Paris, di kantor Clunet,di Belanda, di penjara Saint-Lazare , dan di Bois de Vincennes.
Dari beberapa latar tempat yang telah disebutkan di atas ada beberapa latar tempat yang mendominasi terbentuknya konflik batin yang di alami oleh tokoh
Mata Hari. Latar itu terjadi ketika di Rumah saudara perempuan Ruud 1 dan 2 karena saat di rumah saudara perempuan Ruud, pertama kalinya Ruud
memperlakukan semena-mena kepada Mata Hari. Ruud menampar Mata Hari, hingga dia terpelanting dan pingsan. Ruud pun menyamakan Mata Hari dengan
monyet yang tidak memiliki selaput dara karena Mata Hari sudah tidak perawan lagi. Sehingga di tempat itu pula Mata Hari pertama kalinya berpikiran cemar
tentang suaminya itu. Latar tempat yang selanjutnya terletak di jalan dekat rumahnya ketika
mereka masih tinggal di Batavia 13 dan 14. Mata Hari dan Ruud bertengkar sampai jalan karena Mata Hari dituduh tidak becus mengurus anaknya Nyo yang
meninggal dunia. Padahal yang tidak tahu diri dan tidak becus itu adalah Ruud. Nyo mati gara-gara Ruud yang tidak tanggung jawab telah menghamili Nyai
Kidhal. Sehingga adik Nyai Kidhal tidak terima lalu memberikan dodol yang diberi racun untuk Ruud. Karena Ruud tidak ada di rumah dan dia sedang tugas di
Aceh, dodol tersebut dimakan oleh Nyo. Padahal Mamah sudah melarang Nyo memakannya, akhirnya Nyo makan dan meninggal. Selain itu Ruud sudah
menularkan virus sifilis dari para pelacur ke anaknya sendiri Nyo dan Non. Latar tempat juga terjadi di dapur, lihat 15.
4.2.2 Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Penggambaran latar waktu
ini dapat diceritakan kapan saja yang terkait dengan penceritaan yang dialami oleh tokoh. Latar waktu yang terjadi ketika Mata Hari lahir pada tahun masehi, yaitu
1876. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 1
Leeuwarden anno 1876 Itu tahun Masehi di mana aku lahir dari rahim Antje van der
Meulen yang berdarah Indonesia hlm. 15.
Latar waktu juga terjadi pada hari Minggu, ketika hampir sore. Di sini terlihat bahwa Mata Hari diajak oleh gurunya yang memohon-mohon menunggu
sampai matahari terbenam. Padahal Mata Hari sudah nampak gelisah dan gusar. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
2 Minggu hari ini, ketika hampir sore, dia masih sibuk memohon-
mohon padaku supaya mau duduk di pasir pantai menunggu matahari terbenam di garis laut depan sana. Aku gelisah dan gusar,
sebab pada musim zomer, matahari masih akan nampak sampai jam 21.00 hlm. 23.
Latar waktu juga terjadi pada tahun 1985, ketika Mata Hari kawin dengan suaminya. Bagi Mata Hari hari perkawinannya dengan John Rudolph MacLeod
merupakan hari bagus. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 3
Aku kawin dengan John Rudolph MacLeod pada hari bagus anno 1895 hlm. 27.
Latar waktu terjadi pada pagi hari, ketika kakak Ruud mengajak Mata Hari jalan-jalan. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
4 Beberapa kali, pada pagi hari dia menemani aku berjalan ke Dam,
sambil membawa roti untuk burung-burung camar hlm. 37.
Latar waktu terjadi pada bulan kesembilan, ketika Mata hari melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Norman John. Hal ini ditunjukkan
melalui kutipan berikut: 5
Bulan kesembilan, tak kurang tak lebih dari masa mengandung antara dipacu rasa bimbang dan geram serta cemburu dan girang,
akhirnya aku melahirkan seorang anak lelaki hlm. 45.
Latar waktu juga menunjukkan jam 17.00 dan 20.00, hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
6 Sejak jam 17.00 sudah ada orang-orang yang menabuh gamelan,
memainkan beberapa gending hlm. 88. 7
Sekitar jam 20.00 ada empat lelaki mengggotong perempuan di atas tandu, membawanya ke tengah pelataran. Itulah pertunjukkan yang
sedang dilatihkan hlm. 88.
Dari kutipan di atas, merupakan waktu di mana Mata Hari melihat pertunjukkan yang sedang dilatihkan dan Mata Hari tertarik melihat adegan itu
semua. Latar waktu juga terjadi pada malam hari, ketika Mata Hari duduk di
depan rumah dan dirangkul Ruud. Pada malam hari ini, Mata Hari merasakan kemenangan bukan kedamaian. Hal ini ditunjukkan bahwa latar waktu ini dapat
mempengaruhi terbentuknya konflik batin melalui kutipan berikut: 8
Malam ini, setelah menidurkan Norman John, aku duduk di depan rumah, dirangkul Ruud, memandang ke langit yang sebentar lagi
akan dikunjungi purnama. Dalam keadaan begini, rasanya hatiku dirasuki kemenangan, tapi bukan kedamaian, dan entah bagaimana
mengubahnya, lalu memeliharanya sebagai kebun bunga di ceruk sanubari hlm. 111.
Latar waktu juga terjadi pada sore hari, ketika Mata hari ingin mengajak Ruud bicara. Hal ini ditunjukkan bahwa latar waktu ini dapat mempengaruhi
terbentuknya konflik batin melalui kutipan berikut: 9
Pada sore hari, setelah mandi yang kedua, aku minta Ruud duduk berhadap-hadapan dengan aku di serambi tengah.
“Ruud, silakan duduk,” kataku sambil duduk juga. “Kita harus bicara. Aku sudah menunda-nunda ini. Dan aku rasa, kalau hari ini
kita tidak bicara, aku akan meledak, dan tidak pernah ada orang yang akan memujimu sebagai perwira hlm. 141.
Latar waktu terjadi pada tanggal 27 Juli 1899, merupakan hari penting bagi Mata Hari. Hal ini ditunjukkan bahwa latar waktu ini dapat mempengaruhi
terbentuknya konflik batin melalui kutipan berikut: 10
Ketika aku mencarinya, itu terjadi pada tanggal 27 Juli. Ada alasan khusus, mengapa aku harus serius mencatat tanggal ini.
Inilah tanggal dalam ingatan sejarah hidupku yang membuat aku sangat terpukul, sedih, meradang, seperti gila.
Muasalnya, pada tanggal 27 Juli tahun ini, 1899, seseorang datang ke rumahku mencari Ruud untuk suatu urusan balas dendam, ketika
di saat yang sama aku mencari Cremer untuk urusan balas jasa hlm. 224
Latar waktu terjadi sebelum tahun 1904 yang berakhir di ujung Desember, ketika Mata Hari menemui Ruud bekas suaminya itu. Hal ini ditunjukkan melalui
kutipan berikut: 11
Sekali lagi ini, sebelum tahun 1904 berakhir di ujung Desember, aku coba menemui bekas suamiku itu, meminta Non ikut
bersamaku jalan-jalan ke Prancis hlm. 357.
Latar waktu juga terjadi dalam sepuluh tahun ini, hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
12 Dalam sepuluh tahun ini aku tidak merasa perlu menghitung-hitung
berapa jumlah pejabat tinggi negara dari Prancis dan Jerman serta Spanyol dan Italia, mulai dari menteri, jenderal, kolonel, bahkan
kapten dan letnan, yang sudah bersetubuh denganku dalam rangka bersenang-senang dengan kemewahan hlm. 387
Latar waktu juga terjadi ketika pertambahan usia yang dialami oleh Mata Hari. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
13 Dalam pertambahan usia sampai sepuluh tahun ini, pada tahun
sekarang, 1914, umurku 38 tahun. Sampai usia 38 tahun ini aku tidak ingat berapa lelaki dari kelas perwira tinggi dan pejabat-
pejabat teras atas yang sudah bersenggama denganku hlm. 397.
Latar waktu juga terjadi tanggal 15 Juni 1917, ketika Mata Hari dibawa ke pengadilan kota. Pada hari ini pula, para hakim memutuskan Mata Hari untuk
dihukum mati. Hal ini ditunjukkan bahwa latar waktu ini dapat mempengaruhi terbentuknya konflik batin melalui kutipan berikut:
14 Setelah berkas perkaraku diserahkan oleh Bouchardon kepada
Jaksa andre Mornet, letnan dalam ketentaraan Prancis, maka pada hari ini, 24 Juni 1917, aku dibawa ke pengadilan kota yang disebut
Istana Keadilan hlm. 551.
Dari penjelasan tentang latar waktu yang digambarkan dalam novel Namaku Mata Hari
karya Remy Sylado, dapat disimpulkan bahwa ada latar waktu yang mempengaruhi terbentuknya konflik batin dalam tokoh Mata Hari, lihat
kutipan 8, 9, 10, 11, dan 14.
4.2.3 Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Dalam novel Namaku Mata Hari karya Remy Sylado, dijelaskan bahwa Mata Hari tidak suka merendahkan babu. Dia tidak ingin memperlakukan babu seperti
hewan yang terhina, karena babu itu juga manusia. Mata Hari tidak mempunyai pandangan seperti orang Belanda yang menganggap babu itu seperti mesin. Jadi,
bagi Mata Hari tidak ada perbedaan kelas sosial buat Babu. Hal ini ditunjukkan bahwa latar sosial ini berhubungan dengan status sosial melalui kutipan berikut:
1 Dia memang babuku dan di masa ini, akhir abad ke-19, orang-
orang Belanda di Indonesia memperlakukannya sebagai mesin, tapi bagiku dia tetap manusia.
Aku tidak mau seperti Belanda-Belanda kolonialis umumnya yang sengaja menajamkan perbedaan rasiall sebagai hukum alam dan
memperlakukan babu seperti hewan terhina. Mana mungkin aku bersikap rasis seperti penguasa-penguasa Belanda itu, sementara
dalam sadarku aku tahu ibuku berdarah Jawa hlm. 73.
2 “Itu pertimbangan hukum yang bijak,” kataku. “Bagaimanapun
babu adalah manusia, dan anaknya adalah anak manusia juga.” hlm. 256.
Latar sosial ini juga terjadi ketika Mata Hari menghargai orang Brabant yang telah melerai perkelahiannya dengan Ruud. Mata hari pun membandingkan
kebiasaan orang Brabant dengan orang Indonesia mengenai disiplinnya tentang waktu. Mata Hari mempunyai pandangan perbedaan mengenai disiplinnya waktu
orang Indonesia dan Brabant, karena Mata Hari selalu geli mengingat kebiasaan orang Brabant soal waktu. Orang Belanda selatan yang berdialek Brabant ini pun
selalu memberikan senyum kepada Mata Hari. Ini menandakan, bahwa hubungan
Mata Hari dengan orang Brabant memiliki jiwa sosial yang baik. Hal ini ditunjukkan bahwa latar sosial ini berhubungan dengan pandangan hidup melalui
kutipan berikut: 3
Aku diam saja. Dalam diam begini toh aku merasa bersyukur karena perhatiannya padaku. Selama ini dia memang bisa memberi
senyum padaku, senyum yang ramah khas orang Belanda selatan yang berdialek Brabant. Dan, apabila aku membalas ramah
kepadanya, aku sering geli mengingat kebiasaan orang Brabant pada soal waktu. Ya, orang Brabant hampir sama dengan orang
Indonesia mengenai disiplinnya waktu. Di Indonesia, orang yang
tidak disiplin terhadap waktu disebut „jam karet‟, sementara orang Belanda yang juga mengabaikan disiplin waktu disebut „een half
uurtje Brabant‟, harafiahnya berarti „setengah jamnya Brabant‟ hlm. 250.
Latar sosial juga terjadi ketika Mata hari diberi kesempatan untuk menari dengan putrinya. Mata Hari pun dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
masyarakat yang ada disekitarnya. Dari sini, Mata Hari dianggap sebagai manusia bukan bangsa. Menurut Mata Hari, itu semua pas dengan pandangannya selama
ini. Hal ini ditunjukkan bahwa latar sosial ini berhubungan dengan pandangan hidup melalui kutipan berikut:
4 Mbah Kung memberi kesempatan kepadaku mudah-mudahan aku
sanggup melaksanakannya menari berdua dengan Astri putrinya. Semua anggota mendukung. Itu membuat aku semakin percaya,
bisa menyesuaikan diri sebagai bagian dari masyarakatnya. Di sini aku merasa benar-benar menjadi manusia, bukan bangsa. Kira-kira
dengan perasaan ini, hubungannya pas dengan pandanganku sendiri selama ini, tentang keut
amaan maknawi atas kata „kemanusiaan‟ ketimbang „kebangsaan‟ hlm. 94.
Dalam novel ini juga terdapat latar sosial yang menggambarkan tingkatan pemerolehan tunjangan per bulan di luar gaji yang di peroleh opsir, berdasarkan
golongan suku. Hal ini ditunjukkan bahwa latar sosial ini berhubungan dengan status sosial melalui kutipan berikut:
5 Yang aku ketahui adalah gaji kopral. Didik yang mengatakan itu
kepadaku. Dia memperoleh tunjangan per bulan di luar gaji, yang ditentukan oleh pemerintahan kolonial berdasarkan golongan suku.
Hanya tiga golongan saja yang diatur. Pertama Europeanen dengan tunjangan 31 sen, kedua golongan Ambonezen dan Menadonezen
dengan tunjangan 27 sen, dan ketiga Javanen dengan tunjangan 20 sen hlm. 115.
Latar sosial ini menggunakan kelas sosial yang menunjukkan kalangan militer dan sipil. Hal ini ditunjukkan pengarang bahwa latar sosial ini
berhubungan dengan status sosial melalui kutipan berikut: 6
Samar-samar aku melihat penonton di bawah sana penuh. Mereka orang-orang penting di kalangan militer dan sipil hlm. 418.
Latar sosial juga terjadi ketika Mata Hari dituduh berkhianat kepada Prancis karena Mata Hari lebih mementingkan Jerman. Mata Hari pun akhirnya
dijatuhi hukuman mati oleh mahkamah militer. Latar sosial ini dapat menyebabkan konflik batin pada tokoh Mata Hari. Hal ini ditunjukkan melalui
kutipan berikut: 7
Aku sekarang berada di penjara Saint-Lazare karena tuduhan berkhianat kepada Prancis untuk kepentingan Jerman. Padahal aku
tidak peduli soal kebangsaan mereka. Yang aku lakukan selama ini, menurut kata hatiku adalah kiprah kemanusiaan. Artinya, kalau aku
memilih kata „kemanusiaan‟, maka yang mukim dalam pikiranku adalah suatu pengertian asasi tindakan etis tentang menjunjung
fitrah manusia lebih dari sekadar mempersoalkan batas negara dengan penduduknya yang disebut bangsa, dan semangatnya yang
disebut „kebangsaan‟ hlm. 11. 8
Tidak ada harapan buatku bisa bebas dari tuntutan jaksa. Malahan aku menganggap telah terjadi kong-kali-kong antara jaksa dan
hakim untuk tetap memberlakukan penalti terhadapku.
Di mahkamah militer tempat aku diadili, telah tersedia kalimat pamungkas yang berkekuatan hukum tetap, bahwa aku dinyatakan
bersalah sebagai pengkhianat, dan karenanya harus mati 555
Latar sosial juga terjadi ketika Mata Hari mengalami rasa sakit batin terhadap suaminya Ruud. Mata Hari kemudian membalas dendam perbuatan
suaminya itu dengan cara bersenang-senang dan menjalin suatu hubungan dengan perwira dan pejabat tinggi negara. Latar sosial ini dapat menyebabkan konflik
batin pada tokoh Mata Hari. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut: 9
Rasa sakit batin itu pula yang mendorongnya balas dendam pada suaminya dengan nekat membuka celana dan mengangkang untuk
senang-senang dengan sejumlah lelaki terutama dari kalangan perwira dan pejabat tinggi negara sampai akhirnya dia menjadi
sundal kelas tinggi, sembari terus menari telanjang, dan terus pula memata-mata dengan cara mengadu domba, yang berujung dengan
penangkapannya ini hlm. 7.
Latar sosial juga terjadi tentang pandangan hidup mengenai para pejabat tinggi negara yang berkecenderungan terhadap istilah kata dua- ta. Hal ini
ditunjukkan bahwa latar sosial ini berhubungan dengan pandangan hidup melalui kutipan berikut:
10 Kiranya sebentar lagi aku akan bertemu dengan pejabat tinggi
seperti itu. Gambaran yang diberikan Mbah Kung kepadaku cukup menggelitikkan perasaanku.
Kata Mbah Kung, “Semua pejabat tinggi berkecenderungan terhadap dua-ta, yaitu wani- ta dan har- ta
.” Aku bertanya, “Bagaimana itu?”
Dan jawab Mbah Kung sangat cerdas, “Wanita gampang tergoda oleh harta. Jadi tidak heran, di otak pejabat tinggi selalu dua- ta itu
yang dipikir.” hlm. 96.
Latar sosial juga terjadi tentang kebiasaan hidup yang ada di Indonesia dan di penjara Prancis. Kebiasaan hidup ini tentang kebiasaan mandi yang dilakukan
oleh bangsa Indonesia sehari dua kali. Hal ini ditunjukkan bahwa latar sosial ini berhubungan dengan kebiasaan hidup melalui kutipan berikut:
11 Perasaan paling menyiksa dalam diriku sebagai wanita berdarah
Indonesia, adalah kebiasaan Indonesia mandi dua kali sehari yang tidak terpenuhi di penjara Prancis ini. Di penjara ini tidak ada
kamar mandi. Air untuk basuh-basuh hanya tersedia satu mangkok dalam seminggu, dan harus dicukup-cukupkan untuk menyeka
muka dan badan lainnya. Aku kuatir dengan ini aku telah menjadi tua sebelum waktunya hlm. 12.
Latar sosial terjadi mengenai cara berpikir dan sikap yang dialami oleh Mata Hari kepada Ruud suaminya. Mata Hari berpikir mengenai pengetahuannya
mengenai peribahasa “habis gelap terbitlah terang”. Hal ini pula yang membuat sikap Mata Hari dapat membangun kembali hubungannya dengan Ruud menjadi
baik. Hal ini ditunjukkan bahwa latar sosial ini berhubungan dengan cara berpikir dan sikap melalui kutipan berikut:
12 Lagi aku mendapat pengetahuan dari pengalaman, yaitu peribahasa
“habis gelap terbitlah terang”. Maksudku, perasaan tentang batin yang tadinya kepalang terjauhkan karena perilaku-perilaku fiil
Ruud dilatari oleh gagasan-gagasan gilanya itu, barangkali kini bisa dibangun
kembali-katakanlah semacam
restorasi terhadap
bangunan yang rusak-dengan gairah yang baru hlm. 109.
Latar sosial juga terjadi menge nai tradisi pengucapan kata “sorry”. Kata
“sorry” ini harus menjadi tradisi yang tidak boleh dihilangkan dan harus diucapkan ketika seseorang mempunyai salah kepada orang lain. Begitupun
dengan Ruud yang tidak pernah mengatakan kata “sorry”, padahal kata “sorry” ini merupakan bahasa ibunya. Menurut pemikiran Mata Hari, kesungguhan
menyatakan kata “sorry” merupakan kejantanan seorang suami yang menjadi
opsir. Latar sosial ini dapat menyebabkan konflik batin pada tokoh Mata Hari. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:
13 Masalahnya, Ruud tidak pernah mengatakan “sorry”, padahal dia
tahu betul makna sosial perkataan ini, sebab kata ini adalah bahasa ibunya hlm. 109.
14 Pokok soalnya, sekali lagi, aku belum dengar lewat telingaku Ruud
mengucapkan ka ta “sorry”. Sementara, aku kira ukuran kejantanan
seorang suami yang seorang opsir, justru ditimbang dari kesungguhannya menyatakan “sorry” kepada mitranya di ranjang
yang diikat oleh perkawinan resmi secara militer hlm. 111.
Latar sosial juga terjadi akan keyakinan Mata Hari akan sifatnya yang mengarah ke kepala batu karena dia lahir pada tanggal 8 Agustus. Sifat yang
dimiliki Mata Hari inipun menyebabkan gambaran dramatis yang terjadi di dalam keluarganya yaitu sering adanya perselisihan, pendapat yang berbeda, dan
sebagainya. Hal ini ditunjukkan bahwa latar sosial ini berhubungan dengan pandangan hidup melalui kutipan berikut:
15 Lebih rinci aku hendak berkata dengan gambaran yang dramatis,
bahwa selama waktu-waktu yang telah berlalu menurut mestinya, memang puguh terjadi beberapa kali perselisihan pendapat yang
menyebabkan aku bludrek, harus menghardik, kemudian dibalas hardik pula oleh Ruud, sehingga rumah sempat menjadi seperti
kandang tikus, rame tidak karuan, dilengkapi pula gaduhnya suara tangis Norman John yang terganggu oleh suara tengkar
orangtuanya, namun sejauh itu aku masih harus menganggapnya wajar, sebab setelah reda, ketika aku diam tercenung seorang diri,
aku menyadari sisi kekuranganku, yaitu, kadang-kadang sikapku memang mengarah kepala batu: maklum hari lahirku 8 Agustus,
dan kata orang yang rajin membaca bualan-bualan astrologi, konon menyatakan perempuan yang lahir di zodiak ini umumnya degil,
atau ba
hasa antero Nederland: „koppig‟ hlm. 119. Latar sosial yang selanjutnya terjadi adalah mengenai adat istiadat orang
Jawa. Mata Hari melakukan upacara tujuh bulanan untuk anaknya yang pertama.
Akan tetapi, disisi lain Mata Hari menaruh wasangka pada Ruud suaminya itu. Latar sosial ini dapat menyebabkan konflik batin pada tokoh Mata Hari. Hal ini
ditunjukkan melalui kutipan berikut: 16
Tapi mengapa tiba-tiba memasuki usia kandunganku tujuh bulan, masa kehamilan yang punya arti khusus dalam istiadat Jawa untuk
diupacarakan –dipitoni– aku menaruh wasangka pada Ruud, dan
aku kuatir keadaan rumah yang tadinya hanya mirip kandang tikus, sekonyong berubah menjadi kandang kucing hlm. 120.
Latar sosial yang terjadi selanjutnya adalah mengenai kebiasaan hidup yang dilakukan oleh Ruud yang sering membawa perempuan-perempuan lain ke
dalam rumahnya. Ruud selalu berhubungan intim dengan perempuan lain di dalam rumahnya. Walaupun Mata Hari selalu main lelaki, dia tidak pernah
membawa lelaki lain masuk ke dalam rumahnya. Sehingga rumah yang di tempatinya itu menjadi sial. Hal ini ditunjukkan bahwa latar sosial ini
berhubungan dengan kebiasaan hidup 17 dan dapat menyebabkan konflik batin pada tokoh Mata Hari 18 melalui kutipan berikut:
17 Ruud sudah membuat rumah ini sial. Dia sudah menjadikannya
tempat maksiat. Padahal aku sendiri, dalam bertualang, sebagai cara membalas dendam pada perlakuannya, tidak pernah membawa
lelaki-lelaki ke dalam rumah ini hlm. 293.
18 Mula-mula aku dorong pintu ini untuk yakin bahwa ada orang di
dalam yang mengunci diri. Pintu tak bergerak.
Kesimpulannya benar ada orang di dalam. Maka, aku tendang dengan sekuat tenaga.
Pintu terbuka dengan bunyi daunnya membentur dinding. Sumpah demi ibuku, aku kaget banget.
Di dalam kamar, di atas ranjang, Ruud sedang menyetubuhi seorang perempuan, dan perempuan yang satunya menyaksikannya
dengan sekakak-cekikik hlm. 281.
Latar sosial juga terjadi ketika cara berpikir manusia tentang uang. Perlu kita ketahui, bahwa uang memang dapat membeli segalanya. Dalam novel
Namaku Mata Hari, seorang pastor memberikan pernyataan kepada Mata Hari
mengenai manfaat uang yang dipunyai Mata Hari. Memang dalam kehidupannya, Mata Hari mempunyai banyak uang. Tetapi menurut pastor, uang tidak dapat
membeli ketenangan yang dimiliki manusia. Hal ini ditunjukkan bahwa latar sosial ini berhubungan dengan pandangan hidup melalui kutipan berikut:
19 Tapi Luypen SJ kelihatan tidak peduli akan pernyataanku.
“Ini bukan soal kau punya uang tidak untuk membayar hotel”, katanya. “Ini soal gembala berbicara pada domba yang hilang.
Maksudku, jika toh kau punya uang, uangmu pun tidak sertamerta bisa membeli ketenangan. Uang bisa membeli semua, tapi tidak
berarti uang bisa membeli segalanya. Kalau kau bisa tinggal satu- dua hari di biara itu, moga-moga kau menemukan hakikat martabat
yang tidak pernah kau bayangkan, melalui cara belajar merenung dalam keheningan, dan memperoleh kebenaran dari ketenangan.
Ketahuilah, anakku, uang bisa membeli kesenangan, tapi percayalah uang tidak bisa membeli ketenangan. Ketenangan bisa
kau peroleh dengan Cuma-Cuma, gratis, tanpa biaya, hanya dalam kemauan berdoa dengan khusyuk: menyatukan rohmu dengan roh
yang paling roh. Doa harus dipahami oleh hati adalah dialog dirimu dengan Deo, bukan monolog dirimu dengan ego. Kalau kau
percaya kek
uatan doa, kau bahkan bisa memindahkan gunung.” hlm. 302.
Latar sosial juga ada mengenai pandangan hidup tentang istri yang meninggalkan rumah. Menurut tetangga Mata Hari yang bernama Elsa saat
mengunjungi Mata Hari di biara, bahwa istri yang meninggalkan rumah pasti suami akan berbuat semena-mena. Hal ini ditunjukkan bahwa latar sosial ini
berhubungan dengan pandangan hidup melalui kutipan berikut: 20
Katanya, “Sekarang, ayo pulang kembali ke rumahmu. Rumah itu hakmu. Jangan kau tinggalkan. Kalau istri meninggalkan rumah,
suami merajalela, semena-mena, dan itu artinya istri kalh pada
suaminya. Dengar, istri tidak boleh kalah pada suami. Dosa paling besar dalam kehidupan ini adalah kalau istri kalah pada suaminya.
Apalagi kita sudah berada di abad ke- 20.” hlm. 309.
Dari penjelasan latar sosial yang digambarkan dalam novel Namaku Mata Hari
karya Remy Sylado, dapat disimpulkan bahwa Mata Hari tidak pernah membeda-bedakan sesama manusia dari golongan status sosial. Hal ini dapat
dilihat pada kutipan 1, 2, 5, dan 6. Dengan adanya kondisi seperti ini, membuat Mata Hari menjadi orang yang memiliki jiwa perasa dengan lingkungan
sosialnya tanpa memandang status yang ada. Selain itu Mata Hari juga selalu memiliki cara berpikir yang luas dan sikap positif, bahwa hubungannya dengan
Ruud akan menjadi baik, lihat 4. Latar sosial di atas pun ada yang menyebabkan konflik batin tokoh Mata
Hari, hal ini dapat dilihat pada kutipan 7, 8, 9, 13, 14, 16, dan 18. Latar sosial juga terdapat mengenai pandangan hidup yang ada dalam novel
Namaku Mata Hari , hal ini dapat dilihat pada kutipan 3, 4, 10, 15, 19, dan
20. Latar sosial juga terjadi mengenai kebiasaan hidup, hal ini dapat dilihat pada kutipan 11 dan 17.
4.3 Analisis Unsur Alur