F. Uji Sifat Fisik Sediaan Topikal
1. Daya Sebar
Daya sebar berhubungan dengan sudut kontak antara sediaan dengan tempat aplikasinya yang mencerminkan kelicinan lubricity sediaan tersebut,
yang berhubungan langsung dengan koefisien gesekan. Daya sebar merupakan karakteristik yang penting dari formulasi sediaan topikal dan bertanggung jawab
untuk ketepatan transfer dosis atau melepaskan bahan obatnya, dan kemudahan penggunaannya. Faktor yang mempengaruhi daya sebar adalah kekakuan formula,
ketepatan dan lama tekanan yang menghasilkan kelengketan pada tempat aksi. Kecepatan penyebaran bergantung pada viskositas formula, kecepatan evaporasi
pelarut dan kecepatan peningkatan viskositas karena evaporasi Garg, A., Aggrawal, D., Garg, S., and Singla, A.K., 2002.
2. Viskositas
Viskositas adalah pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir; semakin tinggi viskositas, maka semakin besar tahanannya Martin, 1993.
Viskositas, elastisitas, dan rheologi merupakan karakteristik formulasi yang penting dalam produk akhir sediaan semisolid. Peningkatan viskositas akan
menaikkan waktu retensi pada tempat aksi tetapi akan menurunkan daya sebar Garg et al., 2002. Pengurangan ukuran droplet rata-rata akan menaikkan
viskositas. Makin luas distribusi ukuran droplet, makin rendah viskositasnya jika dibandingkan dengan sistem yang memiliki ukuran droplet yang lebih sempit.
Pengurangan viskositas dengan penaikan shear, sebagian bisa disebabkan karena
penurunan viskositas dari fase kontinyu karena jarak pemisahan droplet-droplet yang meningkat Martin, 1993.
G. Uji Iritasi Primer
Uji iritasi primer kulit biasanya menggunakan hewan uji kelinci, marmot, atau mencit. Senyawa uji dioleskan pada kulit yang sebelumnya telah dicukur
kemudian reaksi kulit terhadap senyawa uji diamati dan dicatat pada interval waktu tertentu minimal 3 hari. Iritasi jaringan diamati dan dievaluasi dari adanya
eritema dan edema Loomis, 1978; Kligman dan Leyden, 1982. Uji dengan model Draize menggunakan hewan uji kelinci untuk menguji
iritasi pada kulit. Kulit punggung kelinci dicukur dengan luas 1 inchi
2
setiap area. Sebanyak 0,5 g solid atau semisolid dioleskan pada kulit punggung yang
sudah dicukur. Selanjutnya punggung kelinci dibalut menggunakan kain kasa. Pengamatan dilakukan 24 dan 72 jam setelah pengujian Benson and Watkinson,
2012. Draize menggunakan sistem penilaian secara visual untuk menghitung
indeks iritasi primer PII, yang meliputi eritema dan edema pada semua sisi Tabel I. Nilai PII yang diperoleh diinterpretasikan dalam Tabel II Benson and
Watkinson, 2012.
Tabel I. Sistem penilaian Metode Draize- Federal Hazardous Substance Act FHSA Benson and Watkinson, 2012.
Reaksi eritema Skor
Tidak ada eritema Eritema yang sangat tipis hampir tidak kelihatan
1 Eritema yang dapat didefinisikan dengan baik
2 Eritema sedang sampai berat
3 Eritema berat beet redness sampai pembentukan sedikit eschar luka
4
mendalam
Reaksi edema Skor
Tidak ada edema Edema yang sangat kecil hampir tidak kelihatan
1 Edema kecil pinggiran area didefinisikan dengan peningkatan yang
jelas 2
Edema sedang menonjol 1mm 3
Edema berat menonjol 1mm dan meluas sampai ke area terpapar 4
Total skor yang mungkin untuk iritasi primer 8
Tabel II. Interpretasi nilai PII Benson and Watkinson, 2012.
Primary Irritation Index PII Interpretasi
2 Tidak mengiritasi
2-5 Iritasi ringa n
5 Iritasi berat
H. Uji Daya Antibakteri