nilai dari masing-masing skala tersebut akan dirata-rata kan berdasarkan tabel 2.2. untuk mendapatkan nilai dari 2 dimensi utama, yaitu dimensi kesehatan fisik dan
dimensi kesehatan mental. Pertanyaan yang dibiarkan kosong data yang hilang tidak dimasukkan ketika menghitung nilai skala. Oleh karena itu, nilai skala
merupakan rata-rata untuk semua pertanyaan dalam skala yang dijawab oleh responden RAND, 2014.
Tabel 2.4. Pertanyaan yang mewakili 8 skala kuesioner SF-36 RAND, 2014
Skala Jumlah Pertanyaan
Nomor Pertanyaan
Fungsi fisik 10
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 Keterbatasan akibat
masalah fisik 4
13, 14, 15, 16
Keterbatasan akibat masalah emosional
3 17, 18, 19
Vitalitas 4
23, 27, 29, 31 Kesehatan mental
5 24, 25, 26, 28, 30
Fungsi sosial 2
20, 32 Perasaan sakitnyeri
2 21, 22
Kesehatan umum 5
1, 33, 34, 35, 36
2.4. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis
2.4.1 Faktor yang Berhubungan dengan Prosedur Hemodialisis 1 Lama HD
Dosis minimum durasi HD yang ditetapkan oleh KDOQI adalah 2,5 - 4,5 jam, dan dilakukan 3x seminggu NKF, 2006. Akan tetapi untuk
pengobatan awal, terutama ketika kadar blood urea nitrogen BUN sangat tinggi mis: diatas 125 mgdL, durasi dialisis dan kecepatan aliran darah
harus dikurangi. URR harus ditargetkan ˂ 40. Hal ini berarti
menggunakan laju aliran darah hanya 250 mLmenit dengan durasi dialisis selama 2 jam. Durasi dialisis yang lebih lama pada keadaan akut dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan disequilibrium syndrome, yang dapat menyebabkan kejang atau koma selama setelah dialisis, hal ini diakibatkan pembuangan zat
terlarut dalam darah yang terlalu cepat Daugirdas et al, 2007. Setelah melewati terapi awal, pasien dapat dievaluasi kembali dan
untuk durasi dialisis selanjutnya dapat ditingkatkan menjadi 3 jam, asalkan kadar BUN predialisis
˂ 100 mgdL. Durasi dialisis selanjutnya dapat dilakukan selama yang diperlukan, tetapi panjang pengobatan dialisis
tunggal jarang melebihi 6 jam kecuali tujuan dialisis adalah pengobatan overdosis obat Daugirdas et al, 2007.
2 Frekuensi HD Dibandingkan dengan durasi, frekuensi merupakan faktor penentu
yang paling utama dari pembuangan zat terlarut dalam HD. Frekuensi HD yang direkomendasikan setidaknya harus dilakukan 3x dalam seminggu
pada hampir semua pasien gagal ginjal. Pasien yang menjalani HD 2x seminggu, membutuhkan durasi pengobatan yang lebih lama untuk
mendapatkan hasil yang efektif, biasanya minimal 6 jam tiap sesi pengobatan The Renal Association, 2006.
Frekuensi HD 2x seminggu tanpa disertai dengan peningkatan durasi pengobatan mungkin dapat dilakukan jika pasien mempunyai fungsi ginjal
yang berada pada level yang signifikan, seperti GFR diatas 5 mLmenit, dengan syarat fungsi ginjal harus terus dipantau setidaknya setiap 3 bulan,
dan frekuensi HD harus ditingkatkan jika fungsi ginjal menurun The Renal Association, 2006.
3 Adekuasi Dialisis Adekuasi dialisis adalah kecukupan dosis HD yang direkomendasikan
untuk mendapatkan hasil yang adekuat pada pasien gagal ginjal yang menjalani HD. Tujuan tercapainya adekuasi dialisis adalah untuk menilai
efektifitas tindakan HD yang dilakukan NKF, 2000. Indikator yang digunakan untuk menilai adekuasi dialisis adalah URR
dan KtV Amini et al, 2011. KtV adalah rasio bersihan urea dan waktu HD dengan volume distribusi urea dalam cairan tubuh pasien, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
URR adalah persentasi dari ureum yang dapat dibersihkan dalam sekali tindakan HD Owen, 2000; Cronnin, 2001 dalam Nurcahyati, 2011.
Berdasarkan pedoman KDOQI, target KtV yang ideal adalah ≥ 1,2 dan
URR ≥ 65 NKF, 2006.
Rumus perhitungan KtV Daugirdas, 1993:
ln : Logaritma natural R : Rasio BUN sebelum dan sesudah dialisis
t : Lama dialisis dalam jam UF : Volume ultrafiltrasi dalam liter
W : Berat badan setelah dialisis dalam kg Rumus perhitungan URR Owen et al, 1993:
C
t
: BUN setelah dialisis C
: BUN sebelum dialisis
2.4.2 Faktor yang Tidak Berhubungan dengan Prosedur Hemodialisis 1 Anemia
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai insufisiensi suplai sel darah merah untuk mengantarkan oksigen yang adekuat ke jaringan perifer
Greer et al, 2009. Ada tiga pengukuran konsentrasi yang dapat dilakukan pada whole blood untuk menetapkan adanya anemia, yaitu Hb, hematokrit
dan konsentrasi sel darah merah. Berdasarkan Perhimpunan Nefrologi Indonesia PERNEFRI, pasien PGK dikatakan anemia jika Hb
≤ 10 grdL dan Ht
≤ 30 PERNEFRI, 2011. Menurunnya kadar Hb pada pasien dialisis dapat disebabkan oleh
faktor kehilangan darah yang lebih banyak , seperti seringnya pengambilan KtV =
−ln R − 0,008 . t + 4−3,5 . R × UFW
URR = 100 × [1 – C
t
C ]
Universitas Sumatera Utara
sampel darah atau berkurangnya darah karena proses HD Yendriwati, 2008.
2 Nutrisi Keadaan malnutrisi umum dijumpai pada pasien HD kronik dan
berhubungan dengan kualitas hidup yang lebih buruk ketika tingkat malnutrisi menjadi lebih parah Laws, 2000. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan keadaan malnutrisi pada pasien HD, antara lain penurunan nafsu makan, diet yang tidak tepat, dosis dialisis yang rendah, defisit
glukosa dan asam amino selama HD, asidosis, ataupun adanya penyakit komorbid Stolic et al, 2010. Beberapa indikator yang sering digunakan
dalam menilai status nutrisi yaitu : serum kreatinin, dan IMT Pifer et al, 2002.
Serum kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatinin fosfat di dalam otot. Serum kreatinin diproduksi dengan laju konstan oleh tubuh, dan
dikeluarkan oleh ginjal. Kadar kreatinin adalah indikator yang sensitif terhadap fungsi ginjal, akan tetapi juga dapat menilai massa otot. Kadar
serum kreatinin yang normal pada orang dewasa adalah 0,6-1,2 mgdL Hopkins, 2005.
IMT merupakan indikator yang sering digunakan dalam menilai status nutrisi. Pasien HD yang beresiko mengalami malnutrisi energi-protein
akibat asupan makan yang kurang dapat dideteksi dengan pengukuran IMT. Kategori IMT menurut kriteria Asia Pasifik yaitu : berat badan
kurang IMT 18,5, normal IMT 18-22,9, berat badan berlebih IMT ≥
23 Rumus perhitungan IMT Pifer et al, 2002
BB : Berat badan dalam kg TB : Tinggi badan dalam m
IMT =
�� ��
2
Universitas Sumatera Utara
3 Metabolisme mineral Beberapa indikator yang digunakan dalam menilai metabolisme
mineral adalah serum kalsium, serum fosfat, dan kadar CaXP Block et al, 2004. 50 kalsium dalam darah terikat dengan albumin dan dalam
keadaan tidak aktif, sedangkan 50 lainnya yang disebut kalsium bebas terionisasi, secara metabolik aktif. Kalsium total adalah pengukuran dari
keduanya, yaitu kalsium terikat dan bebas, dan biasanya digunakan dalam menilai penyakit ginjal atau paratiroid. Kadar kalsium total dalam batas
normal pada orang dewasa adalah 8,2-10,5 mgdL atau 2,05-2,54 mmolL Hopkins, 2005.
Serum fosfat penting dalam metabolisme sel, pembentukan rigiditas membran sel, serta pembentukan tulang dan gigi. Kadarnya meningkat
pada keadaan gagal ginjal, hyperparathyroidism, dan penyalahgunaan diuretik. Kadar serum fosfat dalam batas normal pada orang dewasa
adalah 2,5-4,5 mgdL atau 0,78-1,52 mmolL Hopkins, 2005. CaXP merupakan hasil perkalian antara serum kalsium dan serum
fosfat. Umumnya pada pasien gagal ginjal dijumpai adanya peningkatan kadar CaXP. Kadar CaXP dalam batas normal adalah
≤ 55 mg
2
dL
2
Hopkins, 2005.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS