dosis HD 10-15 jam perminggu. Pada penelitian ini, responden menjalani HD dengan frekuensi bervariasi, pasien yang menjalani HD 2x seminggu menjalani
HD selama 5-6 jam, sedangkan pasien yang menjalani HD 3x seminggu menjalani HD selama ± 4 jam.
Hasil analisis dari penelitian ini didapatkan p value = 0,375, sehingga disimpulkan tidak terdapat hubungan antara adekuasi dialisis dengan kualitas
hidup. Penelitian lain yang juga mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyati 2010 yang mendapatkan hasil bahwa adekuasi dialisis tidak
berhubungan dengan kualitas hidup. Ayoub 2014 juga mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara adekuasi dialisis dan kualitas
hidup pasien HD. Hasil berbeda didapatkan oleh Chen et al 2000 yang melakukan penelitian
terhadap 67 orang responden untuk menilai hubungan antara adekuasi dialisis dan kualitas hidup menggunakan kuesioner SF-36, didapatkan hasil bahwa terdapat
hubungan antara adekuasi dialisis dengan kualitas hidup. Septiwi 2011 meneliti hubungan antara adekuasi dialisis dengan kualitas hidup mendapatkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara adekuasi dialisis dengan kualitas hidup. selain itu juga diperoleh hasil bahwa responden yang telah mencapai adekuasi
dialisis mempunyai peluang sebesar 8,98 kali untuk mempunyai kualitas hidup yang baik dibandingkan responden yang tidak mencapai adekuasi.
5.2.2. Hubungan Kadar Hb dengan Kualitas Hidup
Berdasarkan penilaian kadar Hb, didapatkan bahwa jumlah responden yang mengalami anemia lebih sedikit yaitu 41 orang 55, dan yang tidak mengalami
anemia 55 orang 57,3. Sekitar 80 - 95 pasien yang menjalani HD hampir selalu mengalami
anemia Ulya, 2007. Faktor yang sering menyebabkan anemia pada pasien HD, yaitu faktor kehilangan darah yang lebih banyak , seperti seringnya pengambilan
sampel darah atau berkurangnya darah karena proses HD. Selain itu anemia juga dapat disebabkan karena asupan makanan yang tidak mencukupi dan proses
dialisis sendiri juga dapat menyebabkan anemia karena rusaknya sel-sel darah
Universitas Sumatera Utara
merah saat proses HD. Oleh karena itu pemberian suplementasi terapi zat besi penting untuk diberikan untuk mencegah defisiensi zat besi.
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa kadar Hb tidak berhubungan dengan kualitas hidup, dengan p value = 0,79. Mingardi et al 1999 melakukan
penelitian tentang hubungan kadar Hb dengan kualitas hidup menggunakan kuesioner SF-36, dan mendapatkan hasil yaitu kadar Hb tidak berhubungan
dengan total skor dari kuesioner SF-36. Penelitian lain yang juga mendukung dilakukan oleh Nurchyati 2010 yang mendapatkan hasil bahwa kadar Hb tidak
berhubungan dengan kualitas hidup. Hasil yang berbeda didapatkan oleh Finklestein et al 2009 pada penelitian
yang dilakukan terhadap 1200 responden untuk menilai hubungan kadar Hb dengan kualitas hidup, dan didapatkan hasil bahwa peningkatan kadar Hb dapat
meningkatkan secara signifikan kualitas hidup dimensi kesehatan fisik dan kesehatan secara umum.
5.2.3. Hubungan Kadar Kreatinin dengan Kualitas Hidup
Pada penilaian kadar kreatinin didapatkan jumlah responden yang termasuk kategori rendah-normal 38 orang 39,6, dan responden yang termasuk kategori
tinggi yaitu 58 orang 60,4. Pada penelitian ini didapatkan nilai p value = 0,001 sehingga disimpulkan
bahwa kadar kreatinin berhubungan dengan kualitas hidup. Penelitian lain yang juga mendukung dilakukan oleh Allen yang dilakukan terhadap 1545 pasien
dialisis dengan membagi kadar kreatinin menjadi 2 kategori, yaitu tinggi 12,2 mgdL dan rendah 8,3 mgdL. Pada penelitian penelitian tersebut didapatkan
bahwa kadar kreatinin yang rendah berhubungan dengan kualitas hidup yang buruk Allen et al, 2002 dalam Spiegel et al, 2008. Penelitian oleh Cindoncha
menyatakan bahwa kadar kreatinin cenderung berpengaruh terhadap kualitas hidup yang lebih baik pada pasien HD Cindoncha et al, 2006 dalam Guerra-
Guerrerro et al, 2012. Ayoub et al 2014 melakukan penelitian tentang hubungan parameter
laboratorium terhadap kualitas hidup pasien HD yang dilakukan terhadap 130
Universitas Sumatera Utara
orang responden, dan didapatkan hasil bahwa kadar serum kreatinin berkorelasi positif terhadap kualitas hidup, artinya semakin tinggi kadar kreatinin pada pasien
HD maka semakin baik pula kualitas hidupnya. Penelitian yang dilakukan oleh Yusop et al 2013 juga mendapatkan hasil
yang sama, yaitu semakin tinggi kadar kreatinin pada pasien HD maka akan semakin baik pula kualitas hidupnya. Sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh
Kalantar-Zadeh et al yang juga mendapatkan hasil yang sama, penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa kadar serum kreatinin yang lebih tinggi berhubungan
dengan kualitas hidup yang lebih baik terutama fungsi fisik. Hal ini dikarenakan kadar kreatinin yang tinggi berhubungan dengan komposisi otot yang lebih baik,
terutama pada ekstremitas bawah Yusop et al, 2013.
5.2.4. Hubungan IMT dengan Kualitas Hidup