sekali tidak akan menyebabkan kehamilan. Padahal hubungan seks sekalipun hanya sekali saja juga dapat menyebabkan kehamilan selama si remaja
perempuan dalam masa subur. 2.
Aborsi Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum
waktunya. Aborsi remaja terkait KTD biasanya tergolong dalam katagori aborsi provokatus, atau pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan.
Namun, begitu, ada juga keguguran terjadi secara alamiah atau spontan. Hali ini terjadi karena berbagai hal antara lain karena kondisi si remaja perempuan
yang mengalami KTD umumnya tertekan secara psikologis, karena secara psikososial ia belum siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak
sehat ini akan berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk melangsungkan kehamilan.
3. IMS Infeksi Menular Seksual atau PMS Penyakir Menular Seksual, dan
HIVAIDS IMS ini sering disebut juga penyakit kelain atau penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Sebab IMS dan HIV sebagian besar menular melalui hubungan seksual baik melalui
vagina, mulut
, maupun
dubur.
Penyakit menular seksual yang umum terjadi di Indonesia antara lain,
gonore, vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis, limfogranuloma venerium,
ulkus mole, granuloma inguinali,
dan
Acquired immune dficiency syndrom
AIDS. untuk HIV sendiri bisa menular dengan transfusi darah dan dari Ibu ke janin yang dikandungnya. Dampak yang ditimbukan juga sangat besar, mulai
dari gangguan organ reproduksi, keguguran, kemandulan, kanker leher rahim, hingga cacat pada bayi dan kematian Marmi, 2013: 62-64.
2.1.3 Kehamilan Tidak Diinginkan
2.1.3.1 Definisi
Kehamilan tidak diinginkan KTD adalah suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya kehamilan yang merupakan akibat dari suatu perilaku
seksual baik secara sengaja maupun tidak sengaja Depkes RI,2000.
2.1.3.2 Sebab Kehamilan Tidak Dinginkan
1. Ketidaktahuan atau rendahnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang
dapat meneyebabkan kehamilan 2.
Akibat pemerkosaan, diantaranya pemerkosaan oleh teman kencannya date- rape
3. Tidak menggunakan alat kontrasepsi
4. Kegagalan alat kontrasepsi akibat mereka menggunakan alat kontrasepsi tanpa
disertai pengetahuan yang cukup tentang metode kontrasepsi yang benar. Kehamilan tidak diinginkan pada remaja mengakibatkan mordibitas dan
mortalistias yang lebih tinggi dari pada wanita yang telah berusia 20 tahun ke atas. Remaja putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali resiko
kematian.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja
2.1.4.1 Umur
Menurut Huclok 1998, semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari seseorang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini merupakan sebagian dari pengalaman
dan kematangan jiwa Wawan, 2011:17. Semakin tua umur seseorang, maka pengalaman akan bertambah sehingga akan mengikatkan pengetahuannya akan
suatu objek tertentu. Priyoto, 2014: 81
2.1.4.2 Jenis Kelamin
Jenis kelamin seks merupakan pembagian dua jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Remaja laki-laki berpeluang 5 kali lebih besar untuk
melakukan hubungan seksual pranikah jika dibandingkan dengan remaja perempuan. Lestari, 2011:136-144
2.1.4.3 Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok yang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan Priyoto, 2014: 80. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu
yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Wawan, dkk, 2010: 16
2.1.4.4 Pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk tindakan seseorang. Priyoto, 2014:83