33
ditetapkan  dengan  Undang-Undang  serta  hak-hak  yang  sifatnya  sementara sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 53 Undang-Undang Pokok Agraria.
Orang  yang  dapat  mempunyai  hak  atas  tanah  adalah  hak  yang  dapat mempunyai hubungan yang sepenuhnya dengan tanah. Dengan kata lain yang
dapat  mempunyai  hak  atas  tanah  secara  penuh  dan  luas  semua  macam  hak adalah  Warga  Negara  Indonesia,  baik  laki-laki  maupun  perempuan,  yakni
untuk  mendapat  manfaat  dan  hasilnya  baik  bagi  dirinya  sendiri  maupun keluarganya K. Wantjik Saleh, 1990: 17.
Disamping  Negara  dengan  kekuasaannya  dapat  memberikan  hak  atas tanah kepada seseorang atau suatu badan hukum. Negara dapat pula mencabut
hak  atas  tanah  tersebut,  hal  ini  ditegaskan  dalam  Pasal  18  Undang-Undang Pokok  Agraria  UUPA  yaitu:  untuk  kepentingan  umum,  termasuk
kepentingan  bangsa  dan  negara  serta  kepentingan  bersama  dari  rakyat,  hak- hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak yang
diatur dengan Undang-Undang.
2.1.7. Perolehan Hak Atas Tanah
Kebijakan  perolehan  tanah  untuk  kepentingan  umum  bagi  pelaksanaan pembangunan  terkait  dengan  pengaturan  mengenai  proses  pengambilan  tanah
yang  dimiliki  oleh  masyarakat  atau  individu-individu  oleh  negara  dan  individu- individu  atau  kelompok  masyarakat  lainnya.  Pengambilan  tanah  tersebut
berhubungan  dengan  penggunaan  tanah  yang  diambil  untuk  tujuan  kepentingan umum  dalam  rangka  pembangunan.  Tanah  yang  diambil  tersebut  kemudian
34
dialihkan  kepemilikan,  penguasaan,  pemanfaatan,  dan  penggunaannya  untuk kepentingan  umum.  Perolehan  tanah  untuk  kepentingan  umum  memiliki  makna
untuk  kepentingan  publik  yang  dilakukan  oleh  negara.  Tanah  tersebut  diperoleh dari  tanah  milik  masyarakat,  sehingga  dalam  proses  perolehan  tanah  tersebut
hendaknya  dapat  memperhatikan  prinsip-prinsip  keadilan  sehingga  tidak merugikan pemilik asal.
Dalam  melakukan  analisis  terhadap  kebijakan  dan  pengaturan perundangan  pertanahan  yang  terkait  dengan  perolehan  tanah,  digunakan  dua
acuan  utama,  yaitu  adanya  kebijakan  perencanaan  dan  pembangunan KotaWilayah termasuk RTRW dan hukum peraturan perundang-undangan yang
berlaku.  Kedua  sumber  referensi  tersebut  akan  memberikan  arahan  bagi pelaksanaan  proses  perolehan  tanah  yang  berlaku  dimasyarakat.  Sering  kali
ketidaksesuaian  dengan  rencana  tata  ruang  wilayah  dan  peraturan  perundang- undangan  yang  berlaku  dalam  pelaksanaan  perolehan  tanah  di  masyarakat
menimbulkan sengketa dan konflik. Penggunaan  tanah  merupakan  wujud  kegiatan  menggunakan  atau
menguasahakan  tanah  sebagai  upaya  agar  tanah  tersebut  dapat  memberikan manfaat, sedangkan pemanfaatan tanah terkait dengan kegiatan penggunaan tanah
dan pemeliharaan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Hak-hak  atas  tanah  yang  ada  dalam  Hukum  Tanah  Nasional  Indonesia
berasal  dari  perubahan  atau  konversi  hak-hak  yang  lama.  Perubahan  tersebut terjadi  karena  hukum  pada  tanggal  24  September  1960  dan  berdasarkan
ketentuan-ketentuan konversi Undang-Undang Pokok Agraria.
35
Disediakan  berbagai  cara  memperoleh  tanah  yang  diperlukan,  yang ketentuan-ketentuannya  disusun  dalam  suatu  sistem  yang  didasarkan  atas
kenyataan status tanah yang tersedia. Berdasarkan cara perolehan hak atas tanah, cara  memperolehnya  bisa  berasal  dari  Tanah  Negara  atau  dapat  pula  berasal
Tanah Milik tanah hak. Cara  memperoleh  Tanah  Negara,  perbedaannya  Tanah  Negara  tidak  bisa
diperjual-belikan.  Cara  yang  bisa  ditempuh  untuk  memperoleh  hak  dari  Tanah Negara adalah permohonan hak atas tanah. Adapun cara lain yang bisa diperoleh
antara  lain,  yaitu:  jual  beli,  hibah,  warisan,  dan  tukar  menukar.  Sedangkan tanahnya  yang  berasal  dari  Tanah  Milik  tanah  hak  diperoleh  atas  dasar
persetujuan  bersama  serta  kata  sepakat  mengenai  penyerahan  tanah  yang  terjadi diantara  kedua  belah  pihak  yakni  antara  pemegang  hak  atas  tanah  dengan  pihak
yang  memerlukan  tanah.  Kemudian,  langkah  selanjutnya  yang  ditempuh  para pihak yakni melakukan pemindahan hak dan pelepasan hak atas tanah tersebut.
2.2. Pembangunan Rumah Susun