Pendidikan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN

118 Rizqiya : “Enggih, Bu.” ‘Iya, Bu.’ Data C, TP 2 no. 19

5.5 Pendidikan

Data penelitian ini menunjukkan dari 140 data tuturan, 84 di antaranya menggunakan bJN antara orang tua-anak. Semua orang tua yang berpen-didikan SD menggunakan bJN dalam ranah keluarga untuk berkomunikasi dengan anaknya. Akan tetapi mereka menganjurkan kepada anaknya untuk menggunakan bJK dalam interaksi verbal dengan orang yang lebih tua di luar keluarga. Hal tersebut di antaranya tercermin dari transkrip tuturan berikut ini. 79 PENUTUR : BU NGATIYEM, 40 TAHUN, PENJAHIT, SD TP 6. KONTEKS : BU NGATIYEM MENGAJARKAN KEPADA EFA CARA MENERIMA TAMU YANG SOPAN. Bu Ngatiyem : “Ndhuk, mengko nek ana tamu njikuk jahitan ongkose sakmene” ’Nak, nanti kalau ada tamu mengambil jahitan ong- kosnya sekian’ Efa : “Enggih.” ‘Iya.’ Bu Ngatiyem : “Engko basa lho, ora pareng ngoko” ‘Nanti basa lho, tidak boleh ngoko’ Efa : “Nggih.” ‘Ya.’ Data C, TP 6 no. 18 Dalam tuturan di atas ragam yang digunakan Bu Ngatiyem ngoko lugu dengan campur kode ngoko alus ckNA kata ora pareng bukan ora oleh. Kata ini 119 dipilih dengan maksud menegaskan pesannya bahwa ora basa dengan orang lain di luar keluarga itu adalah tabu. 80 PENUTUR : PAK SUTRISNO, 34 TAHUN, TUKANG BECAK, SD TP1. KONTEKS : ANDIKA DIBERI TAHU BAPAK DAN IBUNYA TENTANG CARA MENERIMA TAMU YANG BAIK DAN SOPAN. Bu Suparti : “Wingi takdhungokne aku muni, Pake ora enek” ’Kemarin saya dengarkan berkata, Bapak tidak ada’ Pak Sutrisno : “Suk neh yen enek tamu basa, saru yen ora basa. Ditakoni, Sampeyan sinten? Enten damele napa? Mangga mlebet” ’Besok lagi kalau ada tamu basa, tabu kalau tidak basa. Ditanya, Anda siapa? Ada perlu apa? Silakan masuk’ Andika : “Nek ditakoni?” ’Kalau ditanya?’ Pak Sutrisno : “Nek pake lunga ya dijawab, Pake kesah. Nek make neng pasar ya dijawab, Make ting peken.” ‘Kalau bapak pergi ya dijawab, Bapak pergi. Kalau Ibu ke pasar ya dijawab, Ibu ke pasar.’ Andika : “Nek ora eroh?” ’Kalau tidak tahu?’ Pak Sutrisno : “Boten ngertos.” ’Tidak tahu.’ Data C, TP 1 no. 22 Dalam tuturan di atas tampak Pak Sutrisno menggunakan ragam ngoko lugu disisipi campur kode krama ckK dalam mengajarkan tata cara menerima tamu yang baik kepada anaknya, misalnya pada kalimat, Sampeyan sinten? Walaupun sehari-hari tidak digunakan ragam krama basa antarse-sama anggota keluarga, namun untuk berbicara dengan orang lain di luar keluarga sebisa- bisanya harus basa. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan nilai budi pekerti menghargai orang lain. 120 Sebanyak 40 tuturan dari 140 tuturan menggunakan bJK dalam interaksi verbal dengan anaknya. Pilihan ini dimaksudkan untuk mengajarkan sopan santun unggah- ungguh kepada anaknya melalui media bahasa. Hal tersebut tercermin dalam transkrip tuturan berikut ini. 81 PENUTUR : YOGA ILMU NUSA INDRAWAN,10 TAHUN, PELAJAR, SD TP 6. KONTEKS : YOGA MINTA UANG SAKU KEPADA IBUNYA TAPI DISURUH MINTA KEPADA AYAHNYA Yoga : “Bu, nyuwun arta kangge sangu” ’Bu, minta uang untuk uang saku’ Ibu : “Ibu artane telas” ’Uang ibu habis’ Yoga : “Ngendikanipun Bapak diutus nyuwun Ibu mawon kados biasane.” ’Kata Bapak disuruh minta Ibu saja seperti biasanya.’ Ibu : “Enggih, ning artane ibu pas telas. Niki lo kantun sing utuh” Sing pecahan mpun dipundhutke blanjan ibu” ’Iya, tapi uang ibu habis. Ini lho tinggal yang utuh besar’ Pak Suwoto : “Niki, mriki diparingi arta bapak mawon” ’Ini, sini Bapak beri saja’ Data C, TP 3 no. 20 Dalam tuturan di atas Yoga menggunakan ragam krama alus bJKA, Bu, nyuwun arta kangge sangu? dan ngendikanipun Bapak diutus nyuwun Ibu mawon kados biasane. Penggunaan kode bJKA ini dikarenakan didikan kedua orang tuanya yang selalu mengajarkan dan melatih berbicara basa krama, lebih-lebih kepada orang tua atau orang lain yang harus dihormati. Kepada anaknya, Pak Suwoto selalu menggunakan kata-kata krama atau krama inggil untuk memberi contoh dan melatih keterampilan berbahasa Jawa agar anaknya bisa basa krama dengan baik. Penggunaan ini juga dipengaruhi oleh faktor pekerjaan kedua orang tuanya sebagai guru, usianya yang relatif tidak muda 48 tahun pendidikan yang 121 tinggi, dan status sosial yang dapat digolongkan sebagai orang terpelajar dan priyayi. Sedangkan penggunaan bI ditemukan 15 tuturan dari 140 tuturan yang berasal dari kalangan berpendidikan SMP, SMA, dan sarjana. Kelompok ini menggunakan bI dalam interaksi verbal dengan anaknya dalam ranah kelu-arga. Menurut mereka, hal itu dimaksudkan supaya anaknya tidak mengalami kesulitan dalam belajar di sekolah. Sedangkan interaksi verbal dengan bJ diperoleh anak- anak dalam pergaulannya dengan teman di sekolah dan masyarakat. Akan tetapi mereka menganjurkan kepada anaknya untuk menggunakan bJK kepada orang lain yang lebih tua. Kelompok ini, misalnya mengajarkan kepada anaknya cara menerima tamu dengan bJK dengan pengantar bI, seperti tampak dalam transkrip tuturan berikut ini. 82 PENUTUR : PAK TRIHADI KRIS PUJIANTORO, 37 TAHUN, GU- RU, SARJANA TP1. KONTEKS : PAK TRIHADI MENGAJARKAN SOPAN SANTUN KEPADA FARIZ TENTANG TATACARA MENE- RIMA TAMU JIKA ORANG TUANYA SEDANG ADA KEPERLUAN ATAU TIDAK BERADA DI RUMAH. Pak Trihadi : “Betul. Bila bertanya dengan bahasa Jawa kamu suruh masuk dulu, “Mangga pinarak rumiyin, PakBu.” ’Mari, duduk dulu, PakBu.’Tanyakan siapa namanya dengan, “Panjenengan asmanipun sinten?” ’Nama Anda siapa?’Apa keperluannya, “Wonten kersa napa, atau madosi sinten?” ’mencari siapa?’ Fariz : “Kalau Bapak nggak di rumah, sedang pergi?” Pak Trihadi : “Ya, kamu jawab, “Bapak boten ing dalem, nembe tindak.” ’Bapak tidak di rumah, baru pergi.’ Data C, TP 1 no. 34 122 Bahasa yang digunakan pada tuturan di atas adalah bI. Penutur menyisipkan kode bJKi “Mangga pinarak rumiyin, PakBu.” “Panjenengan asmanipun sinten?” “Wonten kersa napa,” atau ”madosi sinten?” Penggu-naan kode bJKi bertujuan untuk menanamkan unggah-ungguh berbahasa Jawa sehingga anak dapat basa dengan benar ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua di luar keluarga atau yang harus dihormati yang sehari-harinya berbahasa Jawa. Pada tuturan di atas tampak penggunaan bahasa Indonesia nonformal, misalnya pada kata nggak yang dalam bI baku ”tidak”. Penggunaan bI ini bertujuan untuk melatih anak agar memiliki keterampilan berbahasa Indonesia lebih dini sehingga di sekolah tidak mengalami kesulitan. Latar belakang pe- kerjaannya sebagai guru bI di SMP dan pendidikannya yang sarjana ikut mempengaruhi penggunaan bI sehari-hari dalam lingkup keluarganya. Bahasa Jawa ngoko, krama, dan krama inggil juga diajarkan kepada anaknya tetapi sebatas pengetahuan, dan untuk menanamkan unggah–ungguh berbahasa Ja-wa, tidak sebagai alat komunikasi sehari-hari di rumah. Bahasa Jawa hanya digunakan ketika berkomunikasi dengan orang di luar keluarga yang meng-gunakan bahasa Jawa. Secara garis besar penggunaan bahasa dalam ranah keluarga berda- sarkan tingkat pendidikan dapat ditabulasikan sebagai berikut. 123 Tabel 3: Penggunaan Bahasa dalam Ranah Keluarga Muda di Blora Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Banyaknya Tuturan bJN bJK bI Prasekolah 2 1 1 SD 50 50 SMP, SMA, dan Sarjana 88 33 40 15

5.6 Pekerjaan