RESPON PETANI PADI (Oryza Sativa) DALAM PENGGUNAAN PUPUK PETROGANIK DI KECAMTANA BLORA KABUPATEN BLORA

RESPON PETANI PADI (Oryza Sativa) DALAM PENGGUNAAN PUPUK PETROGANIK DI KECAMTANA BLORA KABUPATEN BLORA SKRIPSI

Jurusan/ Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Oleh : Sulistiyo Akbar Saeko

H 0405054

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

RESPON PETANI PADI (Oryza Sativa) DALAM PENGGUNAAN PUPUK PETROGANIK DI KECAMATAN BLORA KABUPATEN BLORA

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajad Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Jurusan/ Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Diajukan oleh : Sulistiyo Akbar Saeko

H 0405054

Dosen Pembimbing: 1. Ir. Supanggyo, MP 2. Emi Widiyanti, SP, Msi

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

RESPON PETANI PADI (Oryza Sativa) DALAM PENGGUNAAN PUPUK PETROGANIK DI KECAMATAN BLORA KABUPATEN BLORA

yang dipersiapkan dan disusun oleh Sulistiyo Akbar Saeko H 0405054

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 14 Juli 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Ir. Supanggyo, MP Emi Widiyanti, SP, MSi Ir. Sutarto, MSi NIP. 19471007 198103 1 001

NIP. 19780325 200112 2 001 NIP. 19530405 198303 1 002

Surakarta, Juli 2011 Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP. 19560225 198601 1 001

ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon Petani Padi (Oryza sativa) dalam

Penggunaan pupuk petroganik di Kecamatan Blora Kabupaten Blora”.

Selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kesempatan yang baik ini pula penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Ibu Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Ir. Supanggyo, MP selaku Pembimbing Utama penulisan skripsi sekaligus Pembimbing Akademik

4. Ibu Emi Widiyanti, SP, MSi selaku Pembimbing Pendamping penulisan skripsi. 5. Bapak Ir. Sutarto, MSi selaku Penguji Tamu Skipsi. 6. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas bantuan dan kemudahan pelayanan administrasi selama proses penyusunan skripsi.

7. Kepala Bappeda dan Kesbangpolinmas Kabupaten Blora yang telah mempermudah perizinan dan pengumpulan data.

8. Kepala UPTD Penyuluh Pertanian Pertanian beserta segenap Penyuluh Kecamatan Blora Kabupaten Blora.

9. Pengurus dan anggota GAPOKTAN Kamolyan Desa Kamolan Kecamatan Blora Kabupaten Blora.

iii

10. Bapak Sasono Kurniadi sekeluarga beserta staff karyawan “PB Seger Tani” yang telah memberikan segala fasilitas di lapangan.

11. Bapak, Ibu dan adik-adik tercinta atas segala kasih sayang, dukungan dan doa membuat penulis tetap semangat menyelesaikan studi.

12. Teman-teman Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian angkatan 2005 atas dukungannya. 13. Kakak-kakak dan adik-adik Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian atas

berbagai masukan yang disampaikan. 14. Teman-teman KKT Thoekoel FP UNS yang telah memberi dorongan dan

dukungan. 15. Semua pihak yang telah membantu penelitian dan penulisan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini sehingga bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Diagram Hubungan antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Respon dengan Respon Petani Padi dalam Penggunaan Pupuk Petroganik ........................................................................................ 28

ix

RINGKASAN

Sulistiyo Akbar Saeko. NIM H 0405054. Respon Petani Padi (Oryza sativa) dalam Penggunaan Pupuk Petroganik di Kecamatan Blora Kabupaten Blora. Dibawah bimbingan Ir. Supanggyo, MP dan Emi Widiyanti SP, MSi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi respon, mengkaji respon petani padi dalam penggunaan pupuk Petroganik, dan mengkaji hubungan antara faktor yang mempengaruhi respon dengan respon petani padi dalam penggunaan pupuk Petroganik di Kecamatan Blora. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dilakukan dengan teknik survei menggunakan kuisioner. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu di Desa Kamolan, Kecamatan Blora. Sampel ditentukan dengan teknik proporsional random sampling sebanyak 40 responden dari anggota Gapoktan Kamulyan Desa Kamolan Kecamatan Blora. Jenis dan sumber data meliputi data primer dan sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi respon dan respon petani padi dalam penggunaan pupuk Petroganik adalah rumus lebar interval. Sedangkan untuk mengkaji hubungan antara faktor yang mempengaruhi respon dengan respon petani padi dalam penggunaan pupuk Petroganik menggunakan analisis korelasi Rank Spearman (rs).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi respon adalah manfaat yang diharapkan dari penggunaan pupuk dalam kategori tinggi, 100% responden menganggap pupuk Petroganik sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan pupuk, membantu dalam meningkatkan produksi padi, dan membantu atau mempermudah dalam pengolahan lahan; selang waktu antara awal penggunaan dengan memperoleh manfaat pupuk sebagian besar dalam kategori baik, 92,5% responden mengetahui bahwa pupuk Petroganik lebih lama memberikan dampak terhadap tanaman. Respon petani padi dalam penggunaan pupuk Petroganik adalah respon kognitif sebagian besar petani responden dalam kategori baik, 75% responden memahami pupuk Petroganik; respon afektif petani responden sebagian besar dalam kategori baik, 92,5% responden setuju apabila pupuk Petroganik menghemat pupuk kimia komersial; respon konatif petani responden sebagian besar dalam kategori sedang, 45 % responden menggunakan pupuk antara sepertiga hingga duapertiga dosis yang dianjurkan. Analisis hubungan pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara manfaat yang diharapkan dan waktu memperoleh manfaat dengan respon petani padi dalam penggunaan pupuk Petroganik di Kecamatan Blora Kabupaten Blora.

xi

SUMMARY

Sulistiyo Akbar Saeko. NIM H 0405054. The Response of Rice (Oryza sativa) Farmers in the Use of Petroganik Fertilizer in Blora District of Blora Regency. Under the guidance of Ir. Supanggyo, MP and Emi Widiyanti, SP, Msi.

This study aims to assess the factors that influence the response, assess the response of rice farmers in the use of Petroganik fertilizers, and assess the relationship between factors that influence the response to the response of rice farmers in the use of Petroganik fertilizers in Blora District. The method is quantitative research carried out by using a questionnaire survey techniques. Determining the location of the study was conducted purposively in the Kamolan Village Blora district. The sample was determined by proportional random sampling technique as much as 40 respondents from Gapoktan Kamulyan members Village Kamolan Village Blora District. Types and sources of data include primary and secondary data. Methods of analysis used to assess the factors affecting the response and the response of rice farmers in the use of Petroganik fertilizers is the formula interval width. Meanwhile, to examine the relationship between factors that influence the response to the response of rice farmers in the use of Petroganik fertilizers using rank Spearman's correlation analysis (rs).

The results showed that the factors that influence the response is the expected benefits of fertilizer use in the high category, 100% of respondents considered Petroganik fertilizer very helpful in meeting the fertilizer needs, help in increasing rice production, and assist or facilitate the processing of land; time interval between initial fertilizer use with benefit most in either category, 92.5% of respondents knew that the Petroganik fertilizers longer an impact on the crop. Response of rice farmers in the use of Petroganik fertilizers are mostly farmers cognitive responses of respondents in both categories, 75% of respondents understand the Petroganik fertilizers; affective response of peasant majority of respondents in either category, 92.5% of respondents agreed when save on Petroganik fertilizer commercial chemical fertilizers; conative responses farmer respondents were mostly in the category, 45% of respondents use fertilizer one-third to two-thirds of the recommended dosage. Analysis of the relationship at 95% confidence level indicates that there is a significant relationship between the expected benefits and the benefit to the response of rice farmers in the use of Petroganik fertilizers in Blora District of Blora Regency.

xii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian hingga kini masih memiliki peranan yang strategis dalam pembangunan nasional, baik bagi pertumbuhan ekonomi maupun pemerataan pembangunan. Peran strategis sektor pertanian bagi pertumbuhan ekonomi antara lain: sumber pendapatan lebih dari 70% penduduk Indonesia, penyedia pangan bagi penduduk Indonesia, penghasil devisa negara melalui ekspor, penyedia bahan baku industri, peningkatan kesempatan kerja dan usaha, peningkatan Pendapatan Daerah Bruto, pengentasan kemiskinan dan perbaikan sumberdaya manusia pertanian melalui kegiatan Penyuluhan Pertanian (Departemen Pertanian, 2008).

Kegiatan penyuluhan yang sistematis salah satu faktor penentu meningkatkan produkivitas pangan. Salah satu tanaman pangan utama penduduk Indonesia adalah padi. Sebelum introduksi revolusi hijau, produktivitas padi hanya berkisar pada 1-2 ton/ha. Penggunaan sarana produksi dan sistem budidaya padi modern telah mampu meningkatkan produktivitas padi menjadi 2-4 ton/ha (Subejo, 2010).

Ketersediaan lahan yang baik (luas, dan kualitas tanah) menjadi syarat mutlak untuk meningkatkan produktivitas padi. Tanah merupakan faktor lingkungan yang mempunyai hubungan timbal balik dengan tanaman yang tumbuh padanya. Faktor lingkungan tanah meliputi faktor fisik (air, udara, struktur tanah, suhu) dan faktor kimiawi (kemampuan tanah dalam menyediakan nutrisi). Daya dukung tanah dapat dibantu dengan pemakaian pupuk organik maupun pupuk non-organik (kimia).

Diawal era revolusi hijau pemenuhan kandungan C organik dalam tanah melalui penggunaan pupuk kimia. Semakin berkembangnya penelitian, bermacam pupuk kimia dikeluarkan oleh pabrik pupuk. Kini dosis yang dianjurkan oleh Departemen Pertanian adalah 200 Kg/ha. Hal ini membuktikan bahwa daya dukung tanah dari tahun ke tahun semakin lemah. Apabila hal ini terjadi terus menerus akan mempengaruhi cadangan pangan Diawal era revolusi hijau pemenuhan kandungan C organik dalam tanah melalui penggunaan pupuk kimia. Semakin berkembangnya penelitian, bermacam pupuk kimia dikeluarkan oleh pabrik pupuk. Kini dosis yang dianjurkan oleh Departemen Pertanian adalah 200 Kg/ha. Hal ini membuktikan bahwa daya dukung tanah dari tahun ke tahun semakin lemah. Apabila hal ini terjadi terus menerus akan mempengaruhi cadangan pangan

Kondisi seperti ini diperlukan upaya perbaikan lahan melalui peningkatan intensitas perhatian terhadap kesehatan tanah, memperbaiki struktur dan daya dukung tanah, salah satunya adalah menggunakan pupuk organik. Disamping untuk memenuhi tuntutan kualitas konsumen mengenai produk-produk pangan organik yang sedang berkembang, pupuk organik diharapkan dapat menjaga kondisi tanah di masa yang akan datang. Penggunaan pupuk organik sudah dirintis Menteri Pertanian bekerjasama dengan PT Petrokimia Gresik melalui Program 1 Paket Pupuk, yaitu membeli pupuk majemuk pupuk Phonska mendapatkan pupuk Petroganik. Kegunaan dari pupuk Petroganik bagi tanaman diantaranya, menggemburkan dan menyuburkan tanah, meningkatkan daya simpan dan daya serap air, memperkaya hara makro dan mikro, sesuai untuk semua jenis tanah dan

tanaman. Penggunaan Pupuk Petroganik perlu dipadukan dengan pupuk an- organik (misal: Pupuk Phonska) supaya hasil lebih baik. Pupuk Petroganik adalah pupuk organik hasil pengolahan pupuk kandang, limbah pertanian, limbah kota, limbah industri dan filler yang di hancurkan kemudian dicampur merata dengan penambahan air dan perekat dibulirkan disaring sehingga menghasilkan buliran yang siap dikemas.

Kecamatan Blora merupakan wilayah yang mendapatkan program 1 Paket subsidi pupuk Petroganik lebih awal dibanding dengan wilayah Jawa Tengah yang lain yaitu mulai tahun 2008. Sebagai salah satu pupuk organik yang belum lama dikenal petani pada umumnya, pupuk Petroganik dihadapkan pada tantangan untuk dapat digunakan petani. Anggapan petani yang masih awam mengenai pupuk Petroganik menimbulkan perbedaan dalam segi penerapan di lapangan. Hal ini menarik untuk dikaji respon yang diberikan petani dalam menggunakan pupuk ini.

B. Perumusan Masalah

Padi merupakan sumber karbohidrat yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mencukupi kebutuhan kalori untuk dapat beraktivitas. Kecamatan Blora merupakan salah satu sentra produksi pangan di Kabupaten Blora, dimana partisipasinya dalam membangun perekonomian daerah juga sangat besar, sehingga usahatani tanaman pangan perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu teknologi tepat guna yang sedang berkembang adalah sistem pertanian organik dengan menggunakan pupuk Petroganik. Salah satu komoditas yang mulai menerapkan sistem pertanian melalui penggunaan pupuk Petroganik adalah padi.

Melalui penggunaan pupuk Petroganik petani akan memperoleh beberapa keuntungan antara lain menurunnya biaya produksi, jangkauan pasar yang luas, dan kualitas hasil yang semakin baik. Sebagai produk pupuk yang baru dalam masyarakat (baru dikenal), respon petani sangat penting karena menentukan pengadopsian terhadap pupuk dan menentukan keberhasilan tujuan pupuk petroganik untuk mewujudkan pertanian organik.

Untuk itu dapat dirumuskan tiga masalah penting antara lain:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi respon petani padi dalam penggunaan pupuk Petroganik?

2. Bagaimana respon petani padi dalam penggunaan pupuk Petroganik di Kecamatan Blora?

3. Bagaimana hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi respon petani padi dengan respon dalam penggunaan pupuk Petroganik di Kecamatan Blora?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengkaji faktor-faktor yang diduga mempengaruhi respon petani dalam penggunaan pupuk Petroganik.

2. Mengkaji respon petani dalam penggunaan pupuk Petroganik di Kecamatan Blora.

3. Mengkaji hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi respon petani padi dengan respon petani padi dalam penggunaan pupuk Petroganik di Kecamatan Blora.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian.

2. Bagi pemerintah, instansi dan masyarakat sasaran yang terkait, diharapkan dapat menjadikan bahan pertimbangan dalam menciptakan pertanian organik yang ramah lingkungan.

3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penyuluhan Pertanian Penyuluhan merupakan proses perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) dikalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan demi tercapainya peningkatan produksi pendapatan atau keuangan dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang ingin dicapai melalui pembangunan (Mardikanto, 1996).

Penyuluhan Pertanian menurut Mardikanto dan Sutarni (1982) adalah suatu sistem pendidikan non-formal di luar sekolah bagi para petani dan keluarganya agar terjadi perubahan perilaku yang lebih rasional dengan belajar sambil berbuat (learning by doing) sampai mereka tahu, mau dan mampu berswakarsa untuk memecahkan persoalan yang dihadapi baik secara sendiri-sendiri atau bersama guna untuk terus memajukan usahatani dan menaikkan jumlah mutu, macam serta jenis dan nilai produksinya sehingga tercapai kenaikan pendapatan yang lebih bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Penyuluhan pertanian merupakan suatu sistem pendidikan non- formal yang tidak sekedar memberikan penerangan atau menjelaskan, tetapi berupaya untuk mengubah perilaku sasarannya agar memilki pengetahuan pertanian dan berusahatani yang luas, memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap sesuatu (informasi) baru, serta terampil melaksanakan berbagai kegiatan. Sebagai suatu sistem pendidikan non-formal, penyuluhan pertanian adalah suatu pendidikan bagi orang dewasa yang lebih mengutamakan terciptanya dialog (Mardikanto, 1993).

Kegiatan penyuluhan meliputi:

a. Memfasilitasi proses pembelajaran petani dan keluarga beserta masyarakat pelaku agribisnis

b. Memberi rekomendasi dan mengikhtiarkan akses petani dan keluarga ke sumber-sumber informasi dan sumberdaya guna memecahkan masalah yang ada

c. Membantu menciptakan iklim usaha yang menguntungkan

d. Mengembangkan organisasi petani menjadi organisasi sosial ekonomi yang tangguh

e. Menjadikan kelembagaan penyuluhan sebagai mediasi dan intermediasi, terutama yang menyangkut teknologi dan kepentingan petani dan keluarga beserta masyarakat pelaku (Masyhuri, 2002).

Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberikan dorongan kepada petani agar mau mengubah cara berfikir cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan cara-cara baru yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan teknologi pertanian lebih maju (Kartasapoetra, 1991).

Ajid (2001) mengungkapkan lebih ringkas bahwa tugas sehari-hari penyuluh pertanian berperan sebagai fasilitator, komunikator, motivator, konsultan petani-nelayan dalam pembangunan pertanian. Dengan perantara itu penyuluh pertanian diharapkan mampu memperdayakan petani-nelayan agar mereka mampu mau serta berswadaya memperbaiki tingkat kesejahteraan sendiri maupun masyarakat perdesaan lainnya. Selain itu juga diharapkan penyuluh pertanian mampu mengantisipasi kebutuhan pembangunan pertanian dan melaksanakannya penuh kedisiplinan dan tanggungjawab.

Nasution (1990) menyatakan bahwa penyuluh adalah seorang pemimpin yang membina dan meningkatkan kemampuan anggota masyarakat dalam usaha bersama mengubah kehidupan petani menjadi lebih baik. Penyuluh juga berfungsi sebagai motivator yang tangguh atau orang yang membangkitkan semangat masyarakat yang dibinanya untuk Nasution (1990) menyatakan bahwa penyuluh adalah seorang pemimpin yang membina dan meningkatkan kemampuan anggota masyarakat dalam usaha bersama mengubah kehidupan petani menjadi lebih baik. Penyuluh juga berfungsi sebagai motivator yang tangguh atau orang yang membangkitkan semangat masyarakat yang dibinanya untuk

Ajid (2001) mendefinisikan komunikator adalah seseorang yang memulai komunikasi. Penyuluh pertanian berperan sebagai komunikator dalam proses komunikasi, ia bertanggungjawab menjalin komunikasi yang efektif dengan para petani dan penduduk perdesaan agar mereka mempraktekkan informasi teknis untuk bertani lebih produktif, berusahatani lebih menguntungkan, hidup yang lebih sejahtera dan kehidupan lebih asri.

Schram dan Lerner dalam Mardikanto (1996) melihat pentingnya kegiatan penyuluhan sebagai proses pembangunan dalam sistem pembangunan nasional, baik untuk menjembatani kesenjangan perilaku antara sesama aparat pemerintah maupun menjembatani perilaku antara aparat pemerintah dengan masyarakat (petani) sebagai pelaksana utama pembangunan.

Kristen dan Parret (2003) berpendapat sebagai berikut: “Providing research and extension alone is not enough to get a small farmer agriculture 'move'. Delivering research and extension will only take a quantum leap is needed immediately in increased production and productivity to feed the mouth to grow at rates unprecedented in Ethiopia and elsewhere in Sub- Saharan Africa if and only if combined with the creation.”

Pendapat diatas menekankan bahwa penyediaan penelitian dan penyuluhan sendiri tidak cukup untuk mendorong petani kecil pertanian 'bergerak'. Menyampaikan penelitian dan penyuluhan akan membawa lompatan kuantum dalam peningkatan produksi dan produktivitas untuk memberi kecukupan pangan bagi keluarga miskin, jika dikombinasikan dengan penciptaan.

Timer dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa kedudukan penyuluh sebagai ”perantara” atau jembatan penghubung, yaitu:

a. Teori dan praktek, terutama bagi kelompok sasaran yang belum memahami bahasa, ilmu pengetahuan dan teknologi

b. Pengalaman dan kebutuhan, yaitu antara kelompok yang setara seperti praktisi tokoh masyarakat

c. Penguasa dan masyarakat terutama yang menyangkut pemecahan masalah atau kebijakan-kebijakan pembangunan

d. Produsen dan pelanggan terutama yang menyangkut produk-produk (sarana produksi, mesin atau peralatan)

e. Sumber-sumber informasi dan penggunanya, terutama terhadap masyarakat yang relatif tertutup atau kurang memiliki aksesbilitas terhadap informasi

f. Antar sesama stakeholder agribisnis dalam pengembangan jejaring dan kemitraan kerja terutama dalam pertukaran informasi

g. Antar masyarakat (di dalam dan di pihak luar) kaitannya dengan kegiatan agribisnis atau pengembangan masyarakat. Dalam arti lebih luas.

Melalui penyuluhan juga harus diupayakan tidak terciptanya ketergantungan masyarakat pada penyuluhnya. Penyuluh hanya sekedar sebagai fasilitator untuk memperlancar proses pembangunan yang direncanakan. Dengan kata lain melalui penyuluhan ingin dicapai suatu masyarakat yang ingin memiliki pengetahuan luas tentang berbagai ilmu dan teknologi; memiliki sikap yang progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap suatu (informasi) yang baru, serta terampil, mampu berswadaya untuk mewujudkan keinginan dan harapannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga (Huda, 2002).

Totok Mardikanto (2003) mengemukakan beragam peran tugas penyuluh diantaranya melayani konsultasi yaitu membantu memecahkan masalah atau sekedar memberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah. Nasution (1990) menyatakan bahwa penyuluhan juga sebagai tempat Totok Mardikanto (2003) mengemukakan beragam peran tugas penyuluh diantaranya melayani konsultasi yaitu membantu memecahkan masalah atau sekedar memberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah. Nasution (1990) menyatakan bahwa penyuluhan juga sebagai tempat

“Agricultural extension once known as the application of scientific research and new knowledge to agricultural practices through farmer education. Field extension now includes a wider range of communication and learning activities organized for rural communities by professionals from various disciplines, including agriculture, agricultural marketing, health and business studies (Von and Kennedy (1994)”

Menurut Von dan Kennedy (1994) pertanian berkelanjutan dikenal sebagai aplikasi penelitian ilmiah dan pengetahuan baru untuk kegiatan pertanian melalui pendidikan petani. Program utama pertanian meliputi jangkauan komunikasi yang lebih luas dan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan untuk masyarakat pedesaan oleh para profesional dari berbagai disiplin ilmu, budidaya pertanian, pemasaran pertanian, kesehatan, dan studi bisnis.

2. Respon petani

a. Pengertian Respon Respon berasal dari kata rensponse, yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan (reaction). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga dijelaskan definisi respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban. Dalam pembahasan teori respon tidak terlepas dari pembahasan, proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap

orang-orang yang terlibat proses komunikasi (Wikipedia a , 2008). Menurut Mulyana dalam Padmaningrum dan Widiyanti (2005)

model stimulus-respon merupakan model komunikasi dasar. Model ini menunjukkan komunikasi sebagai proses ”aksi-reaksi” yang sangat sederhana.

Stimulus Respon

Model S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan-tulisan), isyarat-isyarat non-verbal, gambar-gambar dan tindakan tentunya akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu.

Dalam kutipan Surat Kabar Washington Post yang berjudul Founding Famers Response sebagai berikut: “A good response is the existence of interrelated

and show care / concern for the real world sustainable agriculture, one that allows farmers to earn a living in ways that help the environment. On that topic, another debate could be improved, because there are many sides to debate happening around the world-but at least we are engaged, we care, we participate.”

Uraian di atas mengemukakan bahwa respon yang baik adalah respon yang berkesinambungan, saling berhubungan dan menunjukkan kepedulian/perhatian untuk dunia yang sebenarnya yaitu pertanian berkelanjutan, salahsatu yang dilakukan untuk mensejahterakan petani dengan cara yang memperbaiki lingkungan (lahan pertanian). Pada topik tersebut, diskusi lain dapat ditingkatkan, karena ada banyak sisi debatan terjadi di seluruh dunia-tapi setidaknya kita terlibat, kita peduli, kita berpartisipasi.

Respon diklasifikasikan ke dalam 3 macam, yaitu respon kognitif (respon perseptual dan penyataan apa yang diyakini), respon afektif (respon syaraf simpatik dan pernyataan afeksi), serta respon perilaku atau konatif (respon berupa tindakan dan pernyataan mangenai perilaku). Masing-masing klasifikasi respons ini berhubungan dengan ketiga komponen sikapnya (Azwar, 1998).

Winkel (1989) mengemukakan bahwa pada tahun 1956, B.S Bloom bersama rekan-rekannya menerbitkan karya “Taxonomy of Educational Objectives, cognitive Domain ”dan apda tahun 1964 baru terbit karya “Taxonomy of Educational Objectives, afective Domain”. Bloom dan rekan-rekan belum berhasil menerbitkan domain psikomotor (psychomotor domain), E. Simpson pada tahun 1967 dan

A. Harrow pada tahun 1972 berhasil mengklasifikasikan domain psikomotor ini. Adapun penjelasan pada masing-masing ranah adalah sebagai berikut:

1) Ranah kognitif menurut Bloom dan kawan-kawan meliputi pengetahuan dan pemahaman. Pengetahuan, mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan dapat digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat atau mengenal kembali. Pemahaman, mencakup kemampuan untuk mendapat makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

2) Ranah afektif menurut taksonomi Kratwohl, Bloom dan kawan- kawan meliputi penerimaan dan partisipasi. Penerimaan, mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu atau mendengarkan. Partisipasi, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kerelaan tersebut dinyatakan dalam memberikan sesuatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan.

3) Ranah psikomotorik menurut klasifikasi Simpson meliputi gerakan terbimbing dan gerakan komplek. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak sesuai dengan contoh yang diberikan. Gerakan komplek, mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar, tepat dan efisien.

Rangsangan atau stimulus adalah segala sesuatu yang menyebabkan seseorang merasakan sesuatu atau dengan kata lain, rangsangan merupakan segala sesuatu yang menyebabkan seseorang dapat menangkap atau merasakan sesuatu melalui panca inderanya. Sedangkan tanggapan atau respon merupakan segala sesuatu yang dapat diperbuat oleh seseorang individu setelah ia merasakan adanya Rangsangan atau stimulus adalah segala sesuatu yang menyebabkan seseorang merasakan sesuatu atau dengan kata lain, rangsangan merupakan segala sesuatu yang menyebabkan seseorang dapat menangkap atau merasakan sesuatu melalui panca inderanya. Sedangkan tanggapan atau respon merupakan segala sesuatu yang dapat diperbuat oleh seseorang individu setelah ia merasakan adanya

Menurut Scheers dalam Sarwono (1991) respon (balas) adalah proses pengorganisasian rangsang. Rangsang-rangsang proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsang-rangsang proksimal itu. Proses inilah yang disebut respon. Orang-orang dewasa menurut Hunt (1962) telah mempunyai sejumlah besar unit untuk memproses informasi- informasi. Unit-unit ini dibuat khusus menangani diri seseorang individu (internal environment). Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan peristiwa-peristiwa di luar. Proses yang berlangsung secara rutin inilah yang disebut respon.

Suatu stimulus mungkin dalam situasi tertentu dapat berupa objek dalam lingkungan, suatu penginderaan atau pengalaman bulat ataupun kombinasi ketiganya. Sifat khas stimulus adalah konsep yang agak kompleks yang dapat berbeda dari satu situasi yang lain pasti akan mempengaruhi pemahaman kita tentang fenomena yag akan dijelaskan. Hampir seluruhnya, mediasi organisme dalam penjelasan S-R merupakan konsep Black-Box (kotak hitam) struktur khusus dan fungsi proses pengubahan masukan menjadi keluaran. Karena itu menurut pengertian black-box ini, penjelasan memerlukan pengamatan masukan dan keluaran namun tidak menuntut pengamatan langsung pada kegiatan dalam diri organisme yang bersangkutan, sekalipun dapat dilakukan. Pertama-tama pengamatan langsung pada proses internal memang merupakan hal yang mungkin. Karena itu kita hanya

mengamati perilaku eksternal dan menganggapnya sebagai manifestasi dari keadaan internal organisme yang bersangkutan. Jadi, pengkajian keadaan internal secara hakiki merupakan pengamatan tidak langsung. Penarikan kesimpulan (inferensi) dari perilaku yang dapat diamati biasanya, hubungan antara stimulus dan respon diwarnai oleh hubungan sebab-akibat. Penjelasan S-R akan mengemukakan bahwa organisme menghasilkan perilaku tertentu, jika ada kondisi stimulus tertentu. Maksudnya keadaan internal organisme berfungsi menghasilkan respon tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula. Akan tetapi penting untuk diingat bahwa keadaan internal tersebut hanya dapat dikenal dalam artian peran yang dijalankannya dalam menghasilkan perilaku (Rahmat, 1986).

Menurut Blumer dalam Mulyana (2004), model stimulus respons menekankan keutamaan peristiwa ekternal tindakan manusia dilihat sebagai respon terhadap rangsangan yang terjadi di dunia luar. Ia menegaskan bahwa tindakan manusia adalah hubungan stimulus- respon mangabaikan gagasan mengenai tujuan manusia dan mengasumsikan perilaku manusia yang otomatis sebagai refleks yang dipicu rangsang dari luar.

Terjadinya proses persepsi adalah sebagai berikut: Objek menimbulkan stimulus mengenai alat indera reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima alat indera dilanjutkan oleh syaraf ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi yang sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh

individu dalam berbagai macam bentuk. Keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai satu stimulus saja, melainkan individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tetapi tidak semua stimulus itu mendapatkan respon individu. Individu menerima bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan tetapi tidak semua stimulus akan diberikan respon. Hanya beberapa stimulus yang menarik individu yang akan memberikan respon. Individu mengadakan seleksi stimulus mana yang akan diberikan respon. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilih dan diterima oleh individu. Individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut. Respon diberikan oleh individu terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik individu (Walgito, 1997).

Setiawan (2008) mengemukakan: Teori kognisi berpandangan bahwa lingkungan semata tidak cukup menumbuhkan bentuk respon yang diharapkan. Para ahli teori ini berpendapat bahwa respon tidak langsung pada stimulus, akan tetapi respon tersebut ditujukan kepada stimulus yang mereka hayati. Tidak semua stimulus direspon. Akan tetapi individu merespon pada bagian tertentu saja dari lingkungan mengabaikan lainnya. Interprestasi terhadap lingkungan tidak semata- mata berdasar situasi yang ada akan tetapi didasarkan pada tujuan yang ingin dicapainya, motif, pengalaman masa lalu dan kemampuan orang yang belajar.

Proses komunikasi menurut Schramm dalam Mardikanto (2003) diartikan sebagai ”proses penggunaan pesan oleh 2 orang atau lebih, dimana semua pihak saling berganti peran sebagai pengirim dan penerima pesan sampai ada saling pemahaman atas pesan yang disampaikan oleh semua pihak” Terkait dengan komunikasi memusat dalam kegiatan penyuluhan terdapat pokok-pokok pemahaman sebagai berikut :

1) Proses komunikasi di dalam penyuluhan harus merupakan proses timbal-balik dan bukan komunikasi searah yang seringkali dilakukan dalam proses penerangan yang dilakukan melalui media massa.

2) Kedudukan penyuluh adalah sejajar dengan kliennya dan stakeholder yang lain artinya setiap penyuluhan harus menghargai dan mau mendengarkan respon yang diberikan masyarakat yang menjadi kliennya.

3) Respon yang diberikan klien tidak harus sesuai dengan yang dihadapkan oleh penyuluhnya, yang penting selama komunikasi harus terjadi interaksi yang saling menghargai pendapat pihak yang lainnya. Sebagai masukan yang perlu dipikirkan sebagai rangsangan terjadinya proses belajar.

Berlo dalam Mardikanto (2009) mengemukakan bahwa kegiatan penyuluhan sebagai proses pendidikan pada hakekatnya berupaya untuk menggerakkan masyarakat sasaran agar aktif di dalam proses belajar. Dalam proses belajar itu sendiri merupakan proses pemberian respon (tanggapan) atas segala rangsangan-rangsangan (stimulus) yang diterimanya selama proses belajar itu berlangsung.

Sehubungan dengan itu setiap penyuluh perlu memahami adanya teori rangsangan dan tanggapan (’stimulus response theory’) yang mengemukakan bahwa seseorang hanya akan memberikan tanggapan atas rangsang yang diterimanya. Manakala dengan memberikan tanggapan itu akan memperoleh manfaat (reward). Yang dimaksud manfaat di sini adalah manfaat yang dapat dirasakan oleh sasaran dan bukannya manfaat yang diharapkan pemberi rangsangan.

Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa respon merupakan tanggapan, reaksi, dan jawaban seseorang ketika mendapat rangsang dari luar diri. Respon diklasifikasikan dalam tiga macam yaitu, respon kognitif merupakan pernyataan apa yang Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa respon merupakan tanggapan, reaksi, dan jawaban seseorang ketika mendapat rangsang dari luar diri. Respon diklasifikasikan dalam tiga macam yaitu, respon kognitif merupakan pernyataan apa yang

b. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Respon “Multi-response problem is a design parameter

based on response surface methods. Most research efforts on the problem of multi-response design parameters much focus on figuring out the optimal parameters based on specific criteria or goals. Research shows that the optimal solution in terms of some criteria may not be strong. To achieve a strong solution we must consider how sensitive the solution is when the factors surrounding the change. A comparative study of methods for multi-parameter design of robust response made. Solution with security considerations and the optimization is proposed with application examples (He, 2000)”

He (2000) mengemukakan bahwa masalah multi-respon merupakan desain parameter berdasarkan metode respon yang dapat diamati. Sebagian besar penelitian untuk memecahkan masalah parameter desain multi-respon banyak berfokus pada mencari tahu parameter optimal berdasarkan kriteria tertentu atau tujuan. Penelitian menunjukkan bahwa solusi optimal dalam hal beberapa kriteria mungkin tidak kuat. Untuk mencapai solusi yang kuat kita harus mempertimbangkan seberapa sensitif solusinya adalah ketika faktor- faktor perubahan di sekitarnya. Sebuah studi perbandingan metode untuk desain parameter multi-respon kuat dilakukan. Solusi dengan pertimbangan ketahanan dan optimalisasi diusulkan dengan aplikasi contoh.

Perbedaan faktor diri akan mempengaruhi respon individu terhadap lingkungan (stimulus) secara konsisten. Perbedaan faktor diri akan mempengaruhi perilaku individu tersebut. Individu dengan faktor diri yang sama cenderung akan bereaksi yang sama terhadap situasi lingkungan yang sama. Menurut Sumarwan (2003) faktor-faktor internal yang mempengaruhi respon seseorang adalah sebagai berikut:

1) Usia Seseorang yang berbeda usia akan memberikan respon yang berbeda. Perbedaan usia juga mengakibatkan perbedaan dalam menanggapi hal-hal baru.

2) Pendidikan Tingkat pendidikan petani baik formal maupun pendidikan non formal akan mempengaruhi cara berpikir yang diterapkan pada usahataninya (Hernanto, 1991). Selain itu, pendidikan juga mempengaruhi cara pandang bahkan persepsi terhadap suatu masalah. Seseorang yang mempunyai pendidikan lebih baik akan responsif terhadap informasi. Pendidikan juga mempengaruhi dalam memberikan respon.

a) Pendidikan Formal

Suhardiyono (1992) mendefinisikan pendidikan formal merupakan struktur dari suatu sistem yang ada pengajaran yang kronologis dan berjenjang, lembaga pendidikan mulai dari pra sekolah sampai perguruan tinggi.

Menurut

Sedangkan menurut pendapat Schaefer dan Robert (1983), pendidikan meliputi mengajar dan mempelajari pengetahuan, kelakuan yang pantas, dan kemampuan teknis. Semua itu terpusat pada pengembangan ketrampilan, kejujuran dalam pekerjaan, maupun mental, moral dan estetika pertumbuhan.

Pendidikan formal didasarkan pada ruang kelas, disediakan oleh para guru yang dilatih. Pada umumnya, ruang kelas mempunyai anak yang sama dan guru yang sama setiap hari. Para guru butuh untuk menemukan hal yang berhubungan dengan standart pendidikan dan membujuk pada suatu kurikulum yang spesifik (Enhanchinged, 2008).

b) Pendidikan Non Formal Pendidikan non formal atau sekolah lapang pertanian menurut Witaya (1990) adalah suatu pendidikan yang bertujuan membantu petani mengubah cara berpikir, bersikap dan bertindak, untuk berusahatani, berbisnis dan bermasyarakat tani yang lebih baik.

Pendidikan non formal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir di luar sistem pendidikan bagi sekelompok orang untuk memenuhi keperluan khusus. Pendidikan non formal seperti penyuluhan pertanian, pemberantasan buta huruf, pendidikan bidang kesehatan, keluarga berencana, program pemerintah dan lain-lainnya, mempunyai potensi sangat besar di daerah pedesaan sebagai akibat kurang tersedianya pendidikan formal karena pendidikan non formal ini dapat dipergunakan sebagai sarana untuk meningkatkan standar kehidupan dan produktifitas kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan (Suhardiyono, 1992).

Pendidikan non formal mengarah pada pendidikan yang bertempat di luar dari aturan non formal. Khususnya, istilah atau ungkapan pendidikan non formal digunakan pada orang dewasa yang buta huruf dan pendidikan lanjutan untuk orang dewasa (Spencer, 1981)

3) Pendapatan Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan umumnya diterima dalam bentuk uang. Pendapatan adalah sumberdaya material yang cukup penting bagi seseorang, karena dengan pendapatan itulah seseorang membiayai kehidupannya.

Lebih lanjut berkaitan dengan teori rangsangan dan tanggapan tersebut, Osgood dalam Mardikanto (2009) menjabarkan tanggapan yang akan diberikan sasaran, akan sangat tergantung pada:

1) Besar kecil manfaat yang diharapkan akan dapat diperolehnya. Semakin besar manfaat yang diharapkan semakin cepat dan besar pula tanggapan yang akan diberikan.

2) Selang waktu antara penyampaian tanggapan dengan manfaat yang akan diperolehnya. Semakin cepat manfaat itu akan diterima semakin cepat pula tanggapan disampaikan.

3) Frekuensi (berapa kali) penerimaan manfaat yang akan diterima. Semakin sering atau berulang-ulang manfaat itu akan diterima semakin besar pula frekuensi penyampaian tanggapan.

4) Besar enersi atau korbanan yang harus dikeluarkan untuk memperoleh manfaat yang diharapkan. Semakin kecil enersi yang harus dikeluarkan (atau semakin besar imbalan manfaat yang diterima dibanding enersi/korbanan yang dikeluarkan) tanggapan yang diberikan akan semakin cepat dan besar.

3. Petani Petani adalah seseorang yang bergerak dalam bidang pertanian, yang menimbulkan organisme hidup untuk makanan atau bahan baku, pada umumnya termasuk ternak peternakan dan tumbuh tanaman seperti menghasilkan komoditas tertentu. Seorang petani mungkin memiliki lahan bertani atau mungkin bekerja sebagai buruh di tanah milik orang lain, tetapi di negara maju, petani biasanya sebuah peternakan pemilik,

sementara karyawan peternakan adalah pekerja (Wikipedia b , 2010).

Hernanto (1991), mendefinisikan bahwa petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dalam bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanaman, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan) dan pemungutan hasil hutan.

Sedangkan menurut Samsudin (1982), yang dimaksud dengan petani adalah mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai sesuatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun dengan tenaga bayaran.

Petani adalah lebih dari sekedar seorang juru tani dan manajer. Ia adalah seorang manusia dan menjadi anggota sebuah keluarga serta ia pun anggota masyarakat setempat. Langkah yang diambil petani sangat dipengaruhi oleh sikap dan hubungannya dalam masyarakat setempat di mana mereka hidup. Bagi seorang petani, masyarakat mempunyai arti macam-macam yang mempengaruhi kehidupannya (Krisnandhi,1991).

4. Pupuk Organik Pupuk organik merupakan hasil akhir dari peruraian bagian-bagian atau sisa-sisa (seresah) tanaman dan binatang misal pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano, tepung tulang dan lain sebagainya. Pupuk organik mampu menggemburkan lapisan permukaan tanah (top soil), meningkatkan populasi jasad retnik, mmpertinggi daya serap dan daya simpan air, yang oleh karenanya kesuburan tanah jadi meningkat (Yuliarti, 2009).

Pupuk organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari perubahan atau peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan hewan. Misalnya bungkil, guano, tepung tulang, dan sebagainya. Karena pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung segala macam unsur, maka pupuk ini mengandung hampir semua unsur (baik makro maupun mikro). Hanya saja, ketersediaan unsur-unsur tersebut biasanya dalam jumlah yang sedikit. Pupuk organik di antaranya ditandai dengan ciri-ciri:

a. Nitrogen terdapat dalam bentuk persenyawaan organik sehingga mudah dihisap tanaman

b. Tidak meninggalkan sisa asam anorganik di dalam tanah b. Tidak meninggalkan sisa asam anorganik di dalam tanah

Yuliarti (2009) menegaskan guano merupakan kotoran binatang yang oleh karena pengaruh alam maka lambat laun mengalami perubahan kandungan utamanya, yakni N dan P ada pula guano yang mengandung unsur K. Agar dapat disebut pupuk organik, pupuk yang dibuat dari bahan alami itu harus memenuhi berbagai persyaratan, diantaranya:

a. Zat N atau zat lemasnya harus terdapat dala bentuk senyawa organik yang dapat dengan mudah diserap oleh tanaman

b. Pupuk tersebut tidak meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah.

c. Pupuk tersebut mempunyai kadar senyawa C organik lebih tinggi seperti hidrat arang

Andoko (2008) membedakan pupuk organik bentuknya, ada dua macam pupuk organik, yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Sesuai dengan namanya, pupuk organik berbentuk padat yang mengaplikasikannya melalui akar. Sermentara pupuk organik cair berbentuk cairan yang pengaplikasiannya melalui daun.

Berkaitan dengan itu, Yuliarti (2009) juga membedakan pupuk organik berdasarkan bahan bakunya, yakni:

a. Pupuk kandang Pupuk kandang dibedakan menjadi pupuk kandang segar dan pupuk kandang busuk. Pupuk kandang segar merupakan kotoran hewan yang baru saja keluar dari tubuh hewan, yang kadang-kadang tercampur dengan urin dan sisa makanan yang ada di kandang. Sedangkan pupuk kandang busuk biasanya merupakan pupuk kandang yang telah disimpan lama di suatu tempat hingga telah mengalami proses pembusukan.

b. Pupuk hijau Pupuk hijau dibuat dari tanaman atau bagian tanaman yang masih muda, terutaman dari famili leguminosa, yang dibenamkan ke dalam tanah dengan maksud agar dapat meningkatkan ketersediaan b. Pupuk hijau Pupuk hijau dibuat dari tanaman atau bagian tanaman yang masih muda, terutaman dari famili leguminosa, yang dibenamkan ke dalam tanah dengan maksud agar dapat meningkatkan ketersediaan

c. Kompos Kompos merupakan hasil akhir suatu fermentasi tumpukan sampah, seresah tanaman ataupun bangkai binatang. Ciri-ciri kompos yang baik adalah berwarna coklat, berstruktur remah, berkonsistensi gembur dan berbau daun lapuk.

d. Pupuk organik lain Pemupukan untuk mmeperbaiki sifat fisik tanah, mempertahankan kesuburan tanah dan daya produksi juga dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk alam yang lain, misal:

1) Nightsoil, merupakan kotoran cair dan padat manusia

2) Pupuk unggas, kotoran ayam dan merpati

3) Pupuk bungkil, pupuk yang berasal dari sisa–sisa pembuatan minyak, seperti bungkil kacang, bungkil wijen bungkil biji kapuk.

4) Pupuk organik berasal dari ikutan hewan, bubuk tulang, bubuk darah, bubuk tulang ikan.

5. Padi Padi merupakan tanaman yang ditanam secara luas dengan berbagai macam kondisi baik dari curah hujan, ketinggian dan keadaan

0 iklim. Temperatur rata-rata tanaman padi yaitu 20 0 C-37,7