Ranah Pemilihan Bahasa FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN

108

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN

BAHASA DALAM RANAH KELUARGA MUDA JAWA DI KABUPATEN BLORA Faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan bahasa dalam ranah keluarga muda Jawa di Blora mencakupi 1 ranah pemilihan bahasa ranah keluarga dan ranah pergaulan dalam masyarakat, 2 aspirasi, 3 jenis kela-min, 4 usia, 5 pendidikan, 6 pekerjaan, 7 tujuan tutur, 8 pokok tutur, dan 9 norma tutur.

5.1 Ranah Pemilihan Bahasa

Ranah pemilihan bahasa mencakupi ranah keluarga, ranah pergaulan dalam masyarakat, ranah keagamaan, ranah upacara adat, dan ranah kedinasan. Sesuai dengan maksud penelitian, penelitian ini membatasi pada ranah keluarga dan ranah pergaulan dalam masyarakat dalam hal menerima tamu.

5.1.1 Ranah Keluarga

Penggunaan bahasa dalam ranah keluarga muda Jawa di Blora dalam penelitian ini terfokus pada konteks kegiatan di dalam rumah. Hasil penelitian menunjukkan kecenderungan penggunaan bJN, bJK, dan bI dalam ranah L low, sedangkan dalam ranah H high menggunakan bJK dan bI. Secara rinci penggunaan bahasa dalam ranah keluarga muda dapat ditabulasikan sebagai berikut. 109 Tabel 1: Penggunaan Bahasa dalam Ranah Keluarga Muda di Blora RANAH KELUARGA RANAH TINGGI H bJK bI RANAH RENDAH L bJN bJK bI

5.1.2 Ranah Pergaulan dalam Masyarakat

Cakupan ranah pergaulan dalam masyarakat sangatlah luas. Oleh karena itu, penelitian ini membatasi diri pada pergaulan dalam masyarakat dalam hal anak menerima tamu. Data tuturan menunjukkan bahwa semua orang tua menganjurkan kepada anaknya menggunakan bJK kepada tamu, kepada orang yang belum dikenal dan kepada orang tua. Ternyata data tuturan pergaulan dalam masyarakat dengan konteks anak menerima tamu pada keluarga muda di Blora menunjukkan semua anak menggunakan bJK ketika menerima tamu sebagaimana yang dianjurkan oleh orang tuanya. Berikut ini tuturan anak ketika menerima tamu. 72 PENUTUR : WIDIA ARINTA, 8,5 TAHUN, PELAJAR, SD KELAS 4 TP2. KONTEKS : KEDUA ORANG TUA WIDIA TIDAK BERADA DI RUMAH KETIKA ADA SEORANG TAMU YANG MENCARINYA. WIDIA PUN MENJAWAB DENGAN BAHASA KRAMA KETIKA DITANYA TAMUNYA. Tamu : “Pak-aem ana, Ndhuk?” ’Bapakmu ada, nak?’ Widia : “Bapake kula boten enten.” ’ Bapak saya tidak ada.’ 110 Tamu : “Neng endi?” ‘Di man?’ Widia : “Bapake kula medal.” ‘ Bapak saya keluar.’ Tamu : “Metu ning endi?” ‘Keluar ke mana?’ Widia : “Boten ngertos.” ‘Tidak tahu.’ Data C, TP 2 no. 5 Dalam tuturan di atas ragam yang digunakan Widia Arinta adalah krama lugu. Penggunaan kode bJK bapake kula boten enten ’bapak saya tidak ada,’ bapake kula medal ‘bapak saya keluar,’ dan boten ngertos ‘tidak tahu’ dipandang lebih halus atau lebih menghargai dibanding dengan kode bJN bapakku ora ana, bapakku metu, dan ora ngerti. Penggunaan kode bJK ini dimaksudkan untuk menghormati tamu atau orang lain yang belum dikenal akrab. Penggunaan krama lugu ini juga dipengaruhi oleh faktor pekerjaan dan status sosial keluarga pemakai sebagai petani yang lebih cocok berbicara krama lugu, bukan krama inggil alus. 73 PENUTUR : FIANA TRIA PRATIWI, 8 TAHUN, PELAJAR, SD TP 4. KONTEKS : FIANA TRIA MENERIMA TAMU YANG MENCARI BAPAKNYA KETIKA IA TIDAK BERADA DI RU- MAH. Tamu : ”Bapakem endi?” ‘ Bapakmu mana?’ Fiana Tria : ”Bapake kula boten enten.” ’Bapak saya tidak ada.’ Tamu : ”Neng endi?” ‘Di mana?’ Fiana Tria : “Teng Blora.” ‘Ke Blora.’ Tamu : ”Lah apa?” 111 ‘Ada perlu apa?’ Fiana Tria : ”Mendhet akte.” ‘Mengambil akte.’ Tamu : ”Mulih jam pira?” ‘Pulang jam berapa?’ Fiana Tria : ”Kalih.” ‘Dua.’ Data C, TP 4 no. 7 Dalam tuturan di atas ragam yang digunakan Fiana adalah krama lugu. Penggunaan kode bJK bapake kula boten enten ‘bapak saya tidak ada,’ teng Blora ‘ke Blora’, dan mendhet akte ‘mengambil akte,’ dipandang lebih halus atau lebih menghormati dibanding dengan kode bJN bapakku ora ana, neng Blora, dan njupuk akte. Penggunaan ini juga dipengaruhi oleh faktor pekerjaan dan status sosial keluarga pemakai sebagai petani yang biasa berbicara krama, bukan krama inggil alus. 74 PENUTUR : DIAH SYAFIRA RANTI, 8 TAHUN, PELAJAR, SD TP4. KONTEKS : DIAH MENERIMA TAMU KETIKA BAPAKNYA TI- DAK BERADA DI RUMAH. Tamu : “Kula nuwun.” ’Permisi.’ Diah : “Mangga. Pinarak riyin” ’Mari. Silakan duduk’ Tamu : “Ya. Bapak ana, Ndhuk?” ’Ya. Bapak ada, Nak?’ Diah : “Bapake kula boten teng dalem.” ’Bapak saya tidak di rumah.’ Tamu : “Neng endi?” ’Ke mana?’ Diah : “Tindak kantor.” ’Ke kantor.’ Data C, TP 2 no. 5 112 Dalam tuturan di atas ragam yang digunakan Diah adalah krama alus. Penggunaan kode bJKA, Bapake kula boten teng dalem, dan tindak kantor dipandang lebih halus atau lebih menghormati dibanding dengan kode bJK, Bapak kula boten teng griya, dan kesah kantor. Penggunaan ragam ini juga dipengaruhi oleh faktor pekerjaan dan status sosial keluarga pemakai sebagai pegawai perangkat desa sekdes yang berpendidikan tinggi yang cocok bila berbicara krama inggil alus.

5.2 Aspirasi