115
Tabel 2: Penggunaan Bahasa Berdasarkan Aspirasi Penutur
ASPIRASI
TRADISIONAL bJN
bJK
MODEREN bJN
bJK bI
5.3 Jenis Kelamin
Penggunaan bahasa dalam ranah keluarga di Blora dengan penanda jenis kelamin peserta tutur dengan sebutan honorifik. Sebutan honorifik yang mengacu
kepada laki-laki di antaranya adalah pak, pake, pak-aem, bapake kula, le, cung dan sebutan honorifik yang mengacu perempuan di antaranya adalah make, bu,
buke, ndhuk, dan mbak.
5.4 Usia
Selain sebagai penanda jenis kelamin, sebutan honorifik juga menjadi penanda usia peserta tutur. Sebutan: pak, pake, pak aem, bapake kula, yah, mbah,
yang, make, bu, buk, mbak adalah penanda usia mitra tutur yang lebih tua. Sedangkan sebutan: ndhuk, cung, dhik, le, sebagai penanda mitra tutur lebih
muda. Selain itu penanda usia tercermin dari penggunaan leksikon: maem,
bubuk, pakpung, nyuwun dulang, dan ndherek untuk peserta tutur anak-anak.
116
Peserta tutur dewasa menggunakan leksikon: dhahar, sare, siram, tindak. Penanda usia tersebut antara lain dapat dilihat dalam tuturan berikut ini.
75 KONTEKS : PAK SUWOTO MENYURUH YOGA SEGERA MAN- DI SETELAH PULANG BERMAIN SEPAK BOLA.
Pak Suwoto : “Nek mpun sat krengete mrika gek pakpung”
’Kalau sudah keringatnya sana cepat mandi’ 76 KONTEKS : BU TINING MENGAJAK KEDUA ANAKNYA UN-
TUK MAKAN MALAM BERSAMA. Bu Tining
: “Ayo, Cung gek maem bareng adhik barang” ’Ayo, Nak cepat makan bersama adik’
77 KONTEKS : SETELAH BELAJAR NABILA MERASA MENGAN- TUK. IA PUN MENGAJAK IBUNYA TIDUR.
Nabila : ”Mamah, bubuk”
’Mamah, tidur’
Bu Yayuk : ”Engko sik. Taksih dhahar.” ’Nanti dulu. Masih makan.’
Penanda usia juga dapat dilihat dari penggunaan kode yang berwujud tingkat tutur. Bahasa Jawa mengenal stratifikasi sebagai bagian dari unggah-
ungguh yakni: tingkat tutur krama digunakan peserta tutur yang lebih muda kepada peserta tutur yang lebih tua dan tingkat tutur ngoko digunakan peserta
tutur yang lebih tua kepada peserta tutur yang lebih muda. Tuturan berikut ini menunjukkan penanda usia yang berwujud tingkat tutur.
78 PENUTUR : BU SARIATUN, PAK YUSRON, DAN RIZQIYA KONTEKS
: BU SARIATUN DAN PAK YUSRON MENGAJAK RIZQIYA MAKAN MALAM BERSAMA-SAMA. BU
SARIYATUN MEMBERIKAN NASIHAT TENTANG TATACARA MAKAN YANG SOPAN.
117
Bu Sariatun
: “Ayo, Dik Rizqi kene maem karo Bapak ibu dhahar”
‘Ayo, Dik Rizqi sini makan bersama Bapak Ibu makan.’ Pak
Yusron :
“Dienteni Bapak, Ndhuk” ‘Ditunggu Bapak, Nak’
Rizqiya :
“Mengkin, Pak.” ‘Nanti,
Pak.’ Bu
Sariatun :
“Selak dingin lho sayure” ‘Keburu dingin lho sayurnya’
Rizqiya :
“Enggih-enggih, Bu” ‘ Iya-iya, Bu.’
Bu Sariatun
: “Mpun cuci tangan napa dereng?”
‘Sudah cuci tangan belum?. Rizqiya
: “Dereng.”
‘ Belum.’ Bu Sariatun
: “Cuci tangan dhisik” ‘Cuci tangan dulu’
Rizqiya :
“Enggih.” ‘Ya.’
Bu Sariatun
: “Iku unjukane bapak bekta mriki”
‘Itu minumannya Bapak bawa kemari.’ Rizqiya
: “Niki le, Bu.”
‘Ini, Bu’ Bu
Sariatun :
“Iki mimikmu, nya” ‘Ini minummu’
Rizqiya :
“Ibu pundi?” ‘Ibu mana?’
Bu Sariatun
: “Unjukane ibu iki”
‘Minuman Ibu ini’ Pak
Yusron :
“Saderenge dimulai ayo berdoa dhisik” ‘Sebelum dimulai ayo berdoa dulu.’
Rizqiya : “Enggih.”
‘Iya.’ Bu
Sariatun :
“Dhik Rizqi nek maem boten pareng ngomong ae. Nek tutuke kebak ditelaske riyen nek arep matur.”
‘Dik Rizqi kalau makan tidak boleh berbicara saja. Kalau mulutnya penuh dihabiskan dulu.’
Pak Yusron
: “Tutuke ora kena nyuwara, kecap, saru”
‘Mulutnya tidak boleh bersuara, berkeciap, tabu’ Bu
Sariatun :
“Nek arep tanduk dicedhakke boten pareng ngranggeh- ngranggeh, saru”
‘Kalau akan tambah didekatkan tidak boleh meraih-raih, tabu’
Rizqiya :
“Nek boten telas?” ‘Kalau tidak habis.”
Bu Sariatun
: “Nggih sithik-sithik mawon ta tanduke, ben boten nyisa”
‘Ya sedikit-sedikit saja mengambilnya, biar tidak tersisa.’
118
Rizqiya :
“Enggih, Bu.” ‘Iya,
Bu.’
Data C, TP 2 no. 19
5.5 Pendidikan