Stres psikososial dan kemampuan menghadapi gangguan psoriasis Stigma pada pasien psoriasis

31

B. Faktor psikologis pasien psoriasis

1. Stres psikososial dan kemampuan menghadapi gangguan psoriasis

Pasien dengan penyakit kulit kronik dan kondisi yang mengubah penampilan akan menjalani risiko distress sosial, psikologis, dan fisik. Pengalaman distress psikososial dari pasien bervariasi dan bergantung pada karakteristik individual dari pasien dan situasi kehidupannya, dan perilaku kultural yang berhubungan dengan penyakit kulit sering dinyatakan sebagai stigma.Taborda,2011. Reaksi emosional terhadap kondisi kulit tertentu bervariasi dan dipengaruhi oleh pemahaman sumbernya sendiri oleh pasien. Dalam kondisi-kondisi yang dipicu secara genetik seperti dermatitis atopik, psoriasis, respons pasien dapat meliputi mempersalahkan orangtua, perasaan tidak beruntung, frustasi atau tidak berdaya. Penampilan lesi kulit eksternal dapat menimbulkan beberapa tingkat gangguan penampilan yang berbeda. Lesi-lesi kulit bisa merah, bula, oozing, krusta, atau rambut yang tebal pada permukaan kulit. Gejala terkait dengan menetap gatal, panas, atau nyeri yang tidak dapat ditoleran, dapat menambah distress, insomia, ansietas dan depresi. Lokasi lesi di kulit dapat mempengaruhi kesadaran diri pasien dan bagaimana pasien dipersepsikan oleh orang lain. Lesi yang bisa langsung dilihat pada wajah dan tangan menimbulkan perhatian yang paling besar bagi orang lain yang melihatnya.Lesi yang dijumpai pada badan dan bagian tubuh bisa merupakan sumber perhatian ditempat-tempat umum.Taborda, 2011 32

2. Stigma pada pasien psoriasis

Lesi pada psoriasis akan menimbulkan tekanan yang dapat menyebabkan stres psikologis dan penarikan sosial. Bahkan mereka dengan gejala yang relatif ringan, mendapatkan stigmatisasi tinggi dibandingkan dengan penderita penyakit kulit lainnya, yang secara signifikan berdampak pada hasil seperti kualitas hidup, depresi dan kecacatan. Stigmatisasi mengakibatkan penolakan, perasaan cacat, rasa bersalah dan perasaan malu, hingga pengurangan harga diri Kruger, 2001. Menurut L. H. Ginsberg dan B. G. Link mengamati perasaan stigmatisasi pada pasien-pasien dengan psoriasis kepercayaan tentang stigmatisasi dapat dikelompokkan ke dalam enam dimensi: antisipasi dari penolakan misalnya, saya merasa tidak menarik secara fisik dan seksual bila psoriasis saya buruk; sensitivitas terhadap pendapat orang lain misalnya, kadang-kadang saya merasa ditolak karena psoriasis saya; perasaan cacat misalnya, saya yakin orang lain berpikir bahwa pasien psoriasis adalah kotor; perasaan salah dan malu misalnya, psoriasis saya adalah sumber hinaan yang dalam dan malu bagi saya dan keluarga; kerahasiaan misalnya, saya mencoba untuk tidak membagi dengan anggota keluarga yang jauh dari saya bahwa saya mengalami psoriasis, dan sifat yang lebih positif yang tidak dipengaruhi oleh reaksi-reaksi negatif dari orang lain misalnya, jika anakku harus berkembang dengan psoriasis, dia dapat mengembangkan kemampuan dirinya seakan-akan 33 mengalami psoriasis.Pengalaman penolakan sebelumnya dipertimbangkan sebagai prediktor yang kuat dari keyakinan tersebut. Beberapa orang dengan gangguan kulit sering yakin bahwa kesulitan utama mereka muncul dari reaksi orang lain terhadap penyakit mereka, daripada penyakit itu sendiri.Taborda, 2011

C. Psikopatologi pada pasien psoriasis