Turunan Fungsi Trigonometri dan Hiperbolik Aturan Rantai pada Turunan

16 Teorema 2.11 Aturan Rantai pada Turunan Dale Varberg Edwin J Purcell, 2010 Misalkan dan . Jika g terdiferensiasikan di dan terdiferensiasikan di , maka fungsi komposit , yang didefinisikan oleh adalah terdiferensiasikan di dan yakni atau Bukti: Misalkan bahwa dan , bahwa terdiferensiasikan di dan bahwa terdiferensiasikan di Ketika diberikan pertambahan , terdapat pertambahan yang berkorespondensi dalam dan yang diberikan oleh Jadi, 17 Berdasarkan Teorema 2.9 yang menyatakan bahwa jika punya turunan di , maka kontinu di , sehingga . Hal tersebut mengakibatkan , mengingat merupakan fungsi atas . Oleh karena itu, Terbukti. Pada penulisan bab III, aturan rantai digunakan dalam proses pengubahan persamaan Laplace dari koordinat kartesius ke dalam koordinat polar. Sebagai ilustrasi dari teorema mengenai aturan rantai pada turunan tersebut, perhatikan contoh berikut ini. Contoh 2.12 Diberikan fungsi . Akan ditentukan turunan pertama dari fungsi sebagai berikut. Fungsi dapat dinyatakan sebagai dengan dan . Karena dan sehingga 18 Apabila menggunakan notasi Leibnitz, maka turunan dapat ditentukan sebagai berikut. Jika dimisalkan , dengan , maka dan . Sehingga

E. Turunan Parsial

Turunan parsial merupakan turunan dari sebuah fungsi dari beberapa variabel terhadap salah satu variabel bebasnya, dengan menganggap semua variabel bebas yang lainnya konstan Spiegel, 1992. Definisi 2.13 Turunan Parsial Spiegel, 1992 Misalkan suatu fungsi merupakan fungsi dari dua variabel dan , turunan parsial dari terhadap dan berturut-turut dinyatakan oleh dan , dengan definisi: serta jika limit-limit itu ada. 19 Andaikan bahwa adalah suatu fungsi dua variabel dan , dengan menganggap konstan, maka adalah fungsi satu variabel . Turunan fungsi di disebut turunan parsial terhadap di dan dinyatakan oleh . Jadi Dengan cara yang sama, turunan parsial terhadap di dinyatakan dengan dan diberikan oleh Sebagai ilustrasi dari definisi turunan parsial tersebut, perhatikan contoh berikut ini. Contoh 2.14 Akan ditentukan dan dari fungsi Menurut Definisi 2.13 sehingga diperoleh 20 dan

F. Persamaan Diferensial

Dalam bagian ini akan dijelaskan tentang persamaan diferensial. Definisi 2.15 Persamaan Diferensial Ross, 1984 Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat turunan dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu atau lebih variabel bebas. 21 Berdasarkan banyaknya variabel bebas, persamaan diferensial dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial. Berikut diberikan definisi persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial. Definisi 2.16 Persamaan Diferensial Biasa Ross, 1984 Persamaan diferensial biasa adalah persamaan diferensial yang memuat turunan dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu variabel bebas. Definisi 2.17 Persamaan Diferensial Parsial Ross, 1984 Persamaan diferensial parsial adalah persamaan diferensial yang memuat turunan dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap lebih dari satu variabel bebas. Persamaan diferensial biasa PDB dinotasikan dengan notasi Leibniz atau notasi prima , atau bisa juga dinotasikan dengan . Persamaan diferensial parsial PDP dinotasikan dengan untuk turunan pertama fungsi atas variabel tak bebas terhadap variabel bebas . Untuk turunan parsial kedua, ketiga dan seterusnya sampai turunan ke berturut-turut dinotasikan sebagai . Persamaan diferensial parsial juga bisa dinotasikan dengan untuk turunan kedua fungsi atas variabel tak bebas terhadap variabel bebas . Selanjutnya diberikan definisi order dan derajat persamaan diferensial. 22 Definisi 2.18 Order Persamaan Diferensial Ross, 1984 Order persamaan diferensial adalah order tertinggi dari semua turunan yang terdapat pada persamaan diferensial tersebut. Definisi 2.19 Derajat Persamaan Diferensial Ross, 1984 Derajat persamaan diferensial adalah pangkat tertinggi dari order tertinggi dari semua turunan pada persamaan diferensial. Sebagai ilustrasi dari definisi order dan derajat persamaan diferensial parsial tersebut, perhatikan contoh berikut ini. Contoh 2.20 Berikut ini contoh persamaan diferensial 1 , merupakan persamaan diferensial biasa berorder 2 dan berderajat 1. 2 , merupakan persamaan diferensial parsial berorder 2 dan berderajat 2. Berdasarkan hubungan antara variabel tak bebas dan turunan-turunannya, persamaan diferensial order dibagi menjadi dua yaitu persamaan diferensial linear dan persamaan diferensial non linear. Definisi 2.21 Persamaan Diferensial Linear Ross, 1984 Persamaan diferensial linear order dengan variabel bebas dan variabel tak bebas dapat dinyatakan sebagai berikut 23 dengan . Persamaan diferensial dikatakan muncul dalam bentuk linear jika memenuhi syarat-syarat berikut ini: i derajat dari variabel tak bebas dan turunan-turunannya adalah satu ii tidak ada perkalian antara variabel tak bebas dengan turunan-turunannya dan perkalian antara turunan dengan turunannya iii tidak ada fungsi transenden dari variabel-variabel tak bebas. Persamaan diferensial yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut disebut persamaan diferensial non linear. Diberikan persamaan diferensial parsial linear order dengan satu variabel tak bebas dan dua variabel bebas dan yang terdefinisi pada domain didefinisikan sebagai berikut: dengan , dan fungsi dan konstanta yang diberikan dalam variabel dan . Definisi 2.22 Persamaan Diferensial Homogen Humi, 1992 Persamaan 2.3 disebut persamaan diferensial homogen jika .