2.2. Penduduk
Jumlah penduduk di Jepang hingga akhir Maret 2009 melebihi 127 juta jiwa. Naik dibandingkan pada bulan yang sama tahun 2008. Naiknya jumlah
penduduk dipengaruhi oleh banyaknya perusahaan Jepang yang mengurangi kegiatan bisnis di luar negeri akibat dari merosotnya perekonomian dunia. Karena
situasi ini, jumlah penduduk Jepang yang kembali ke Jepang lebih banyak dibandingkan yang pergi ke luar negeri.
Banyaknya jumlah penduduk Jepang yang kembali dari luar negeri serta karena beberapa faktor lainnya, berhasil mengimbangi penurunan jumlah
penduduk akibat tingkat kematian yang melebihi tingkat kelahiran tahun 2009 yaitu sebanyak 45,914 jiwa. Berdasarkan data dari kementerian dalam negeri,
jumlah keseluruhan penduduk Jepang belum termasuk warga asing sekarang mencapai 127,076,183 jiwa. Meningkat sebanyak 10,005 jiwa dibandingkan tahun
2008. Sekitar 76 rakyat Jepang hidup di kota-kota besar. Dari populasi kota
ini, hampir 60 memadati empat kawasan metropolitan terbesar Jepang, yang mencakup 16 prefektur yang berpusat pada Tokyo, Osaka, Nagoya, dan Kita
Kyushu.
2.3. Mata Pencaharian
Jepang termasuk negara industri terbesar di dunia, dari barang keperluan sehari hari seperti sumpit, sampai industri berat seperti pembuatan kapal. Oleh
karena itu, banyak orang Jepang yang bekerja sebagai karyawan. Para karyawan perusahaan banyak menghabiskan waktu di kantor, dan seringkali banyak yang
Universitas Sumatera Utara
menempuh jarak yang jauh dari rumah ke tempat kerjanya. Sama seperti di Indonesia, terkadang perusahaan mengalih tugaskan karyawannya ke cabang di
kota lain. Meskipun perindustrian sudah sangat maju, masyarakat Jepang tidak
meninggalkan mata pencaharian primer seperti pertanian dan perikanan. Selain itu ada juga banyak bisnis kecil seperti usaha milik keluarga, sanggar seni, restoran
kecil, serta toko di lingkungan perumahan. Bisnis demikian acapkali merupakan bisnis keluarga yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi.
Banyak ibu rumah tangga dan orang orang yang sudah pensiunan yang melakukan pekerjaan paruh waktu misalnya sebagai petugas kebersihan, penjaga
toko, kasir dan sebagainya. Ada juga siswa SMA yang bekerja paruh waktu namun tidak banyak karena kesibukan sekolah.
2.4. Agama
Di Jepang, kebebasan agama dijamin bagi semua orang berdasarkan Undang-Undang Dasar. Pasal 20 menyatakan bahwa “tidak satupun organisasi
agama dapat menerima hak istimewa dari negara, dan tidak satupun dapat mempunyai wewenang politik apapun. Tidak seorangpun dapat dipaksa
mengambil bagian dalam kegiatan, perayaan, upacara, atau praktek agama. Negara dan instansinya harus membatasi diri tidak melakukan pendidikan agama
dan kegiatan agama apapun. Agama yang terbesar di Jepang dewasa ini ialah agama Buddha, yang pada
akhir tahun 1985 mempunyai 92 juta pemeluk. Agama Kristen juga bergiat, pada tahun 1985 di jepang terdapat 1,7 juta orang Kristen. Di antara agama-agama lain,
Universitas Sumatera Utara
orang muslim berjumlah sekitar 155.000, termasuk orang bukan Jepang yang bermukim sementara di negeri ini.
Agama asli Jepang ialah Shinto, yang berakar pada kepercayaan animis orang Jepang kuno. Shinto berkembang menjadi agama masyarakat dengan
tempat pemujaan setempat untuk dewa-dewa rumah tangga, dan pada dewa-dewa pelindung setempat. Pahlawan dan pemimpin-pemimpin masyarakat yang
terkemuka didewakan dari generasi ke generasi, dan arwah nenek moyang juga di sembah.
Mitos mengenai asal keturunan dewa Keluarga Kaisar pernah menjadi salah satu prinsip dasar Shinto, dan pada awal abad kesembilanbelas, gerakan
patriotik Shinto mulai maju. Setelah restorasi meiji pada tahun 1868, dan khususnya selama Perang Dunia II, Shinto diangkat oleh penguasa menjadi agama
negara. Namun, berdasarkan Undang-Undang Dasar, peran Shinto tidak lagi diberi dukungan resmi ataupun hak khusus, walaupun masih memegang peran
pada upacara penting dalam berbagai segi kehidupan Jepang. Shinto berdampingan dengan agama Buddha dan kadang-kadang
bertumpang tindih dengan agama Buddha dalam pemikiran rakyat. Banyak orang Jepang dewasa ini mengikuti upacara Shinto pada pernikahan dan upacara agama
Buddha bila meninggal. Agama Buddha mempunyai 84 juta orang pengikut di Jepang dan Shinto sekitar 92 juta. Angka-angka ini merupakan bukti dari
kecenderungan orang Jepang memeluk lebih dari satu kepercayaan agama sekaligus.
Agama Kristen masuk ke jepang pada tahun 1549 dibawa oleh pastor Jesuit spanyol dan disiarkan secara resmi pada tahun 1589. Larangan ini
Universitas Sumatera Utara
kemudian dicabut dalam masa Meiji. Dewasa ini terdapat sekitar 840.000 orang Kristen Jepang, dengan jumlah yang seimbang antara Katolik dan Protestan.
Akhir-akhir ini timbul berbagai bentuk baru seperti sekte-sekte buddhis terutama dari garis Hokke, atau Lotus Sutra, dan sekte-sekte campuran yang memadukan
Buddha dan Shinto.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERKAWINAN TRADISIONAL SECARA SHINTO DI JEPANG