Studi Aplikasi Manajemen Sampling Penerimaan Bahan Baku Di PT Serdang Jaya Perdana
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara. 2013. Buku Pedoman Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri. Medan: Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.
Montgomery, D.C. 2009. Introduction to Statistical Quality Control. United States of America: John Wiley & Sons.
Sathakathulla dan Murthy. 2013. Single, Double and Multiple Sampling Plans: Poisson Distribution. ISSN 2229-5518 Volume 4 Issue 2.
Schilling, E.G. 2008. Acceptance Sampling in Quality Control. New York: CRC Press.
Sinulingga, Sukaria. 2012. Metode Penelitian. Medan: USU Press. Sinulingga, Sukaria. 2014. Rekayasa Produktivitas. Medan: USU Press.
Tambunan, R.M. 2013. Standard Operating Procedures. Jakarta: Maiestas Publishing.
Tesnjak dan Banovac. 2014. Analysis of Attribute Acceptance Sampling Properties. E-ISSN: 2224-2678 Volume 13
(35)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Sampling Penerimaan1
1. Tujuan dari sampling penerimaan adalah untuk menentukan penerimaan lot, bukan untuk mengestimasi kualitas lot.
Sampling penerimaan berkenaan dengan inspeksi dan pengambilan keputusan pada penerimaan atau penolakan lot yang datang. Tipikal aplikasi dari sampling penerimaan adalah: sebuah perusahaan menerima pengiriman produk dari supplier. Produk ini biasanya komponen atau bahan baku yang digunakan untuk kebutuhan proses manufaktur perusahaan. Sampel diambil dari lot, dan beberapa karakteristik kualitas dari unit sampel diinspeksi.Berdasarkan informasi dari sampel terseubt, sebuah keputusan diambil berkenaan dengan disposisi lot.Biasanya, keputusan ini adalah penerimaan atau penolakan lot. Penerimaan lot adalah dengan memasukkan bahan baku ke dalam produksi; penolakan lot dapat dilakukan dengan pengembalian ke supplier atau beberapa keputusan lain yang telah ditentukan.
Tiga aspek penting dari penerimaan sampel adalah
2. Sampling penerimaan hanya menerima dan menolak lot. Walaupun kualitas seluruh lot adalah sama, sampel akan menerima bebeapa lot dan menolak lot lainnya.
1
Douglas C. Montgomery, Introduction to Statistical Quality Control (Edisi 6, USA: John Wiley & Sons, 2009), hlm. 632-634
(36)
3. Kegunaan paling efektif dari sampling penerimaan bukan untuk menginspeksi kualitas dalam produk tetapi sebagai alat audit untuk memastikan output dari proses sudah sesuai dengan kebutuhan.
Pada umumnya, terdapat tiga pendekatan dalam menentukan penerimaan atau penolakan lot, yaitu menerima tanpa melakukan inspeksi, 100% inspeksi, dan sampling penerimaan. Penerimaan tanpa melakukan inspeksi dapat dilakukan apabila proses yang dilakukan supplier sangat baik sehingga hampir tidak terdapat kecacatan. 100% inspeksi dilakukan apabila komponen yang dikirimkan adalah komponen kritis yang kecacatan pada komponen dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar.Keuntungan dan kerugian dalam melakukan sampling penerimaan dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Keuntungan dan Kerugian dari Sampling Penerimaan
Keuntungan Kerugian
1. Lebih murah karena inspeksi lebih sedikit
2. Lebih sedikit penanganan produk, sehingga mengurangi damage
3. Dapat digunakan ketika pengujian bersifat destruktif
4. Personel yang diperlukan lebih
1. Terdapat risiko menerima lot yang buruk dan menolak lot yang baik 2. Sampling penerimaan memerlukan
perencanaan dan dokumentasi dari prosedur sampling penerimaan sedangkan 100% inspeksi tidak memerlukan
(37)
Tabel 3.1. Keuntungan dan Kerugian dari Sampling Penerimaan (Lanjutan)
Keuntungan Kerugian
5. Sering mengurangi jumlah kesalahan inspeksi
6. Penolakan dari seluruh lot dapat memotivasi supplier untuk meningkatkan kualitas
Sumber: Douglas C. Montgomery (2009)
3.2 Terminologi Sampling Penerimaan2
Dalam sampling penerimaan, biasanya ditentukan perencanaan antara keinginan produsen dan konsumen.Perencanaan ini memberikan risiko kepada keduanya karena keinginan produsen dan konsumen tidak mutually exclusive dan kenyataan bahwa kemungkinan yang terjadi seperti pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2.Risiko Produsen dan Konsumen
Produsen Konsumen
Lot Baik Ditolak
Produk yang baik hilang (risiko
produsen) Berpotensi terjadi kenaikan biaya Lot Buruk
Diterima
Berpotensi menyebabkan konsumen tidak puas
Membayar produk yang buruk (risiko konsumen)
Sumber: Edward G. Schilling (2008)
Karena produsen dan konsumen masing-masing memiliki risiko dalam hal penerimaan lot buruk dan penolakan lot baik, maka setiap keinginan produsen dan
2
Edward G. Schilling, Acceptance Sampling in Quality Control (New York: CRC Press, 2008), hlm. 116-118
(38)
konsumen memiliki tingkatan yang harus ditentukan. Beberapa terminologi yang berhubungan dengan hal ini adalah
1. Producer’s quality level (PQL). Sebuah level kualitas yang sebaiknya harus diterima oleh rencana sampling.
2. Producer’s risk (PR). Risiko ketika material PQL ditolak oleh sampling penerimaan. Producer’s risk biasanya diset dengan nilai 5%.
3. Consumer’s quality level (CQL). Sebuah level kualitas yang sebaiknya harus ditolak oleh rencana sampling.
4. Consumer’s risk (CR). Risiko ketika material CQL diterima oleh sampling penerimaan. Consumer’s risk biasanya diset dengan nilai 10%.
3.3 Teknik Sampling3
Populasi ialah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti.Elemen adalah setiap anggota dari populasi. Dengan kata lain, seluruh elemen yang membentuk satu kesatuan karakteristik adalah populasi dan setiap unit dari populasi tersebut adalah elemen dari populasi. Sampel adalah sebuah subset dari populasi.Sebuah subset terdiri dari sejumlah elemen dari populasi yang ditarik sebagai sampel melalui mekanisme tertentu dengan tujuan tertentu.Elemen yang ditarik dari populasi disebut sebagai sebuah sampel apabila karakteristik yang dimiliki oleh gabungan seluruh elemen-elemen yang ditarik tersebut merepresentasikan karakteristik dari
(39)
Sampling ialah proses penarikan sampel dari populasi melalui mekanisme tertentu melalui makna karakteristik populasi dapat diketahui atau didekati. Kata mekanisme tertentu mengandung makna bahwa baik jumlah elemen yang ditarik maupun cara penarikan harus mengikuti atau memenuhi aturan tertentu agar sampel yang diperoleh mampu merepresentasikan karakteristik populasi dari mana sampel tersebut diambil atau ditarik.Sampling adalah metode pengumpulan data yang sangat populer karena manfaatnya yang demikian besar dalam penghematan sumber daya waktu dan biaya dalam kegiatan pengumpulan data.Sampling sering dilawankan dengan sensus yaitu suatu pengumpulan data secara menyeluruh yaitu seluruh sumber data ditelusuri dan setiap elemen data yang dibutuhkan diambil.
Secara garis besar metode penarikan sampel dapat diklasifikasi atas dua bagian yaitu probability sampling (penarikan sampel yang terkait dengan faktor probabilitas) dan non-probability sampling (penarikan sampel yang tidak terkait dengan faktor probabilitas). Perbedaan prinsipil dari dua tipe sampling ini selain dalam hal teknis/mekanisme pelaksanaan, juga dari sasaran pokok yaitu probability sampling lebih melihat kemungkinan area baru untuk diteliti sedangkan non-probablility sampling lebih ditekankan pada eksplorasi dan kelayakan penerapan suatu ide.
Dalam probabilitysampling, setiap elemen dari populasi diberi kesempatan untuk ditarik menjadi anggota dari sampel. Rancangan atau metode probabilitysampling ini digunakan apabila faktor keterwakilan (represntiveness) oleh sampel terhadap populasi sangat dibutuhkan dalam penelitian antara lain agar
(40)
hasil penelitian dapat digeneralisasi secara lebih luas. Pemilihan metode penarikan sampel tergantung pada banyak faktor, antara lain yang utama ialah luasnya cakupan generalisasi yang diinginkan, ketersediaan waktu, maksud dan tujuan penelitian (tipe masalah yang ingin dicari jawabannya).
3.3.1 Simple Random Sampling
Dalam simplerandomsampling yang sering juga disebut unrestricted probability sampling, setiap elemen dari populasi mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Dikatakan tidak terbatas (unrestricted) karena semua elemen diperlakukan sama dalam arti semuanya mempunyai kesempatan terpilih yang sama walaupun karakteristik masing-masing mungkin tidak sama. Cara penarikan sampel berdasarkan simplerandomsampling memiliki bias yang relatif kecil dan memberikan kemampuan generalisasi yang tinggi. Namun, penggunaan metode ini terbatas pada kondisi populasi yang memiliki elemen dengan karakteristik atau property yang tidak berfluktuasi besar.Simplerandomsampling mensyaratkan bahwa elemen populasi haruslah relatif homogen, jika terdapat strata antara elemen maka metode simplerandomsampling tidak tepat untuk digunakan.
(41)
3.4 Tipe dari Sampling Plans4
1. Single Sampling
Terdapat beberapa cara untuk mengklasifikasikan sampling penerimaan. Klasifikasi paling utama adalah variabel dan atribut.Variabel adalah karakteristik kualitas yang diukur dengan skala numerik.Atribut adalah karakteristik kualitas yang berbasis iya atau tidak.Beberapa metodesampling penerimaan adalah sebagai berikut
Single sampling adalah Penentuan lot ditentukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengambilan sampling sebanyak satu kali.
2. Double Sampling
Double sampling lebih rumit.Pengambilan keputusan berdasarkan informasi dari sampel adalah menerima lot, menolak lot, atau mengambil sampel kedua. 3. Multiple Sampling
Multiple sampling adalah perpanjangan dari konsep sampling penerimaan ganda.
5
Sampling penerimaan dapat dilakukan atas sampel tunggal atau saampel berganda tergantung kepada kesediaan menerima besarnya resiko atas keputusan Sampling penerimaan bersifat inspeksi atribut dalam arti hasil pemeriksaaan hanya mengkategorikan item yang diperiksa hanya dinyatakan sebagai cacat atau tidak cacat.Untuk itu, definisi cacat harus telah dirumuskan dengan jelas sehingga terhindar dari berbagai interpretasi.Semua item yang berada di luar definisi dinyatakan sebagai item cacat.
4
Douglas C. Montgomery, Op.cit, hlm. 634
5
Sinulingga, Sukaria. 2014. Rekayasa Produktivitas. Medan: USU Press. Hal: 239
(42)
menolak atau menerima. Perlu dipahami bahwa pemeriksaan dengan metode sampling pasti akan memunculkan resiko atau dengan kata lain resiko tidak akan dapat dihindarkan karena pemeriksaan yang dilakukan hanya atas sampel bukan secara sensus. Dengan demikian selalu ada kemungkinan item cacat turut dalam lot yang dinyatakan dapat diterima.
3.5 Prosedur Sampling Penerimaan6
1. Tentukan single, double, atau multiple sampling
Prosedur dalam melakukan sampling penerimaan adalah sebagai berikut.
2. Spesifikasi p1
p
= Producer’s Quality Leveldengan PR = 5%
2
3. Hitung operating ratio
= Customer’s Quality Level dengan CR = 10%
4. Pilih rencana penggunaan acceptance number dengan nilai sama atau mendekati dengan R (operating ratio)
(43)
3.6 Mutilple Sampling7
Sampel
Multiple sampling mencakup inspeksi dari lot dengan basis dari 1 sampai dengan k sampel yang diterima untuk membuat keputusan.Dalam MIL-STD-105E, k adalah 7, yang berarti multiple sampling harus mencapai keputusan ketika sampel ketujuh.Multiple sampling biasanya dipresentasikan dalam tabular form seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3.Multiple Sampling Ukuran Sampel Ukuran Sampel Kumulatif Acceptance Number Rejection Number
1 n1 n1 a1 r1
2 n2 n1+n2 a2 r2
. . . . .
. . . . .
k nk n1+n2+..+nk ak rk
Sumber: Edward G. Schilling (2008)
Untuk memulai prosedur, sampel dari n1 diambil secara acak dari ukuran lot N dan jumlah kecacatan d1 pada sampel dihitung.
Jika d1≤ a1, maka lot diterima
Jika d1≥ r1, maka lot ditolak
Jika a1<d1<r1
Jika sampel berikutnya diperlukan, maka prosedur sampel pertama diulangi kembali. Untuk setiap sampel, jumlah angka kecacatan yang ditemukan
, maka sampel lain diambil.
7
Ibid, hlm. 143-145
(44)
pada setiap stage dibandingkan dengan acceptance number ai dan rejection
number ri pada stage tersebut hingga keputusan diambil. Karena sampel terakhir
(k), rk = ak
Sampel n1
Sampel n2
Sampel n3
Sampel nk
Accept Reject
+ 1, maka keputusan harus diambil pada sampel ke-k. Prosedur dari multiple sampling dapat dilihat pada Gambar 3.1.
(45)
3.7 Standard Operating Procedure (SOP)8
3.7.1 Teknik Penyusunan Standard Operating Procedure
SOP adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada di dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang di dalam organisasi berjalan efektif, konsisten, standar, dan sistematis.
9
1. Tujuan penyajian prosedur operasional standar. Ketika memutuskan menyusun SOP, pasti ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Tujuanlah yang akan menentukan sebaik dan selengkap apa SOP organisasi akan disusun, serta bagaimana agar SOP dipahami oleh semua anggota organisasi.
Setiap teknik penyusunan memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing.Pemilihan pada teknik yang berbeda dapat disebabkan oleh alasan berikut.
2. Sifat prosedur operasional standar yang akan disajikan. Prosedur yang lebih efektif apabila menggunakan teknik naratif adalah prosedur operasional standar yang tidak mencakup variasi kegiatan yang banyak. Sedangkan, prosedur operasional standar dengan kegiatan-kegiatan berariasi-termasuk
8
Tambunan, R.M., Standard Operating Procedures (Jakarta:Maiestas Publishing, 2013), hlm. 86
9
Ibid, hlm.306-338
(46)
penggunaan dokumen dan laporan yang beragam, maka sebaiknya menggunakan teknik bagian arus atau teknik ampuran.
3. Kemampuan si pelaksana prosedur operasional standar. Apabila organisasi membekali pelaksana dengan pelatihan dan sosialisasi yang memadai maka tidak ada kaitan erat antara kemampuan pelaksana dengan teknik penyajian SOP. Namun pembuatan SOP yang efektif serta ditunjang dengan kemampuan si pelaksana yang memadai, maka rotasi, mutasi, dan promosi anggota organisasi lebih mudah dilakukan.
Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penyusunan SOP adalah sebagai berikut.
1. Teknik Naratif
Teknik naratif merupakan teknik yang menggunakan kekuatan narasi dan penjelasan melalui kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa yang benar ditambah istilah-istilah yang lazim digunakan dalam organisasi untuk menjelaskan langkah-langkah kegiatan dalam organisasi, baik terkait dengan kegiatan operasional maupun administrasi.
2. Teknik Bagan Arus
Teknik bagan arus (flowchart) menggunakan simbol-simbol khas, dimana tiap simbol akan merepresentasikan kegiatan, keputusan, dokumen, laporan, media penyimpanan, penghubung, dan sebagainya. Simbol bagan arus yang digunakan adalah yang lazim dan diterima umum.Setiap simbol mempunyai
(47)
Tabel 3.4. Simbol Bagan Arus Dasar
Simbol Keterangan Simbol Keterangan
Persiapan Dokumen
Proses Proses Pengganti
Keputusan Data
Proses Utuh
Kegiatan Manual
Masukan Manual
Card
Pemisah Prosedur Sumber: Rudi M. Tambunan (2013)
b. Simbol bagan arus penghubung kegiatan dalam prosedur.
(48)
Tabel 3.5. Simbol Bagan Arus Penghubung Kegiatan dalam Prosedur
Simbol Keterangan
Penghubung Prosedur dalam Satu Halaman
Penghubung Prosedur dalam Berbeda Halaman
Sumber: Rudi M. Tambunan (2013)
c. Simbol penyimpanan
Tabel 3.6. Simbol Penyimpanan
Simbol Keterangan Simbol Keterangan
Pita Tertanda
Penyimpanan Intern
Data Tersimpan
Penyimpanan Akses Langsung
Disket Magnetik
Penyimpanan Akses Berurutan
(49)
Tabel 3.7. Simbol Bagan Arus Alur
Simbol Keterangan
Alur/garis penghubung tanpa tanda panah
Alur/garis penghubung dengan tanda panah Sumber: Rudi M. Tambunan (2013)
e. Simbol bagan arus kegiatan rinci dalam proses
Tabel 3.8. Simbol Bagan Arus Kegiatan Rinci dalam Proses
Simbol Keterangan Simbol Keterangan
Tampilan Sortir
Penghubungan Tunda
Penggabungan Penguraian
Arsip Tetap Arsip Sementara
Pemaduan Pilihan Langkah
Sumber: Rudi M. Tambunan (2013)
(50)
3. Teknik Tabular
Teknik tabular digunakan untuk melakukan analisis kegiatan dalam proses penyusunan SOP.
4. Teknik Campuran
Teknik ini merupakan gabungan ariatif dari ketiga teknik di atas.Gabungan ketiga teknik ini banyak digunakan, terutama agar penyajian SOP lebih mudah diphami oleh semua pihak.
3.7.2 Bagian-bagian Penyajian Standard Operating Procedure10
1. Headings
Bagian-bagian penyajian prosedur operasional standar adalah sebagai berikut.
Headings adalah format tampilan standar yang ditetapkan oleh organisasi sebagai tempat informasi yang penting bagi prosedur operasional standar. 2. Penjelasan Terkait Isi Prosedur
Bagian ini memuat berbagai hal yang terkait dengan isi prosedur secara langsung. Yang termasuk dalam bagian ini adalah
a.Tujuan prosedur
b.Penjelasan singkat tentang prosedur c.Peraturan dan kebijakan terkait prosedur d.Teknik yang digunakan
(51)
f. Formulir, blanko dan dookumen terlibat g.Laporan terlibat
h.Kaitan dengan prosedur lain i. Lampiran-lampiran
3. Peraturan dan Kebijakan Eksternal Terkait dengan Prosedur
Bagian ini mencakup peraturan dan kebijakan-kebijakan eksternal yang berkaitan dengan prosedur operasional standar.Prosedur harus disusun dan diterapkan dengan dasar peraturan dan kebijakan ekstern.
4. Isi Prosedur
Isi prosedur merupakan wujud dari penerapan metode dan teknik penyusunan sesuau dengan alur prosedur yang telah dijelaskan.Isi suatu prosedur oeprasional standar dapat terdiri atas satu prosedur saja, atau dapat merupakan kumpulan dari beberapa prosedur.
5. Lampiran-lampiran
Bagian ini digunakan untuk lampiran-lampiran yang terkait dengan prosedur operasional standar.
Susunan dari bagian-bagian ini dapat dimodifikasi sesuai kondisi dan kebutuhan organisasi; akan tetapi, arti penting dari setiap bagian tidak dapat diabaikan. Setiap bagian mempunyai peran khas, yang penting bagi prosedur operasional standar.
(52)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dilaksanakannya penelitian dengan sampling penerimaan adalah perusahaan yang memproduksi Palm Kernel Oil, yaitu PT. Serdang Jaya Perdana berlokasi di Jalan Teuku Amir Hamzah KM 31. Dusun V A Kadir RT 0 RW 0 Tandam Hulu II, Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Waktu penelitian dilakukan dari periode bulan Mei hingga bulan Juli.
4.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek tertentu.
4.3 Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah spesifikasi kualitas bahan baku PT. Serdang Jaya Perdana, yaitu kadar FFA dan kadar air noten sawit.
(53)
1. Producer Quality Level
Producer quality level adalah tingkatan kualitas yang harus diterima ketika bahan baku diperiksa.
2. Customer Quality Level
Customer quality level adalah tingkatan kualitas yang harus ditolak ketika bahan baku diperiksa.
3. Jumlah Kecacatan
Jumlah kecacatan adalah jumlah bahan baku yang tidak sesuai dengan spesifikasi standar perusahaan.
4. Operating Ratio
Operating ratio adalah nilai yang diperoleh untuk menentukan rencana sampling penerimaan.
5. Jumlah Sampel
Jumlah sampel adalah jumlah subgroup sampel yang harus diinspeksi dalam sekali pengambilan sampel oleh perusahaan.
6. Acceptance Number
Acceptance number adalah angka yang menunjukkan batas penerimaan atau penolakan lot.
4.5 Kerangka Berpikir
Perancangan kerangka berpkikir dilakukan agar dalam melakukan penelitian, langkah-langkah yang dilakukan dalam memecahkan masalah
(54)
tersistematis. Kerangka berpikir ini merupakan landasan dalam melakukan penelitian. Kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Operating Ratio Producer Quality Level Consumer Quality Level Jumlah Sampel Acceptance dan Rejection Number Penentuan Rencana Sampling Penerimaan Implementasi Sampling Penerimaan Penyusunan Standard Operating Procedure Informasi Sistem Penerimaan Bahan Baku Perusahaan Identifikasi Masalah Penggunaan Metode Sampling Penerimaan untuk memecahkan masalah
Gambar 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian
4.6 Pengumpulan Data 4.6.1 Sumber Data
Berdasarkan cara pengumpulan datanya, sumber data ada dua jenis yaitu: 1. Data primer berupa variabel pengujian berupa kadar air dan kadar FFA noten
(55)
4.6.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Interview merupakan metode pengumpulan data melalui cara berkomunikasi
secara langsung dengan pihak perusahaan. Interview dilakukan untuk memperoleh informasi tentang spesifikasi standar mutu perusahaan.
2. Observasi merupakan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Observasi dilakukan secara langsung dimana peneliti terlibat langsung dalam pengujian kualitas kadar air dan kadar FFA. Teknik pengambilan sampel untuk pengujian kualitas kadar air dan kadar FFA menggunakan simple random sampling. Pengambilan sampel didasarkan pada tabel bilangan random. Tabel bilangan random menunjukkan pada ketinggian berapa sampel harus diambil.
4.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Mesin pengukur kadar air untuk mengukur kualitas kadar air bahan baku. 2. Peralatan pengukuran kadar FFA untuk mengukur kualitas kadar FFA bahan
baku.
3. Timbangan untuk mengukur berat noten sawit yang digunakan.
4. Tabel bilangan random sebagai pedoman untuk mengambil sampel bahan baku.
(56)
4.8. Pengolahan Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka dilakukan pengolahan data dengan metode sampling penerimaan. Blok Diagram pengolahan data dengan metode sampling penerimaandapat dilihat pada Gambar 4.2.
Penentuan PQL dan CQL
Hitung Operating Ratio
Tentukan Acceptance Number dan Rejection
Number
Tentukan Ukuran Sampel
Pengumpulan Sampel
Penentuan Lot
Gambar 4.2. Blok Diagram Pengolahan Data dengan Sampling Penerimaan
Setelah dilakukan implementasi sampling penerimaan, maka dilakukan penyusunan standard operating procedure (SOP). Blok diagram pembuatan SOP dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Penjelasan Terkait Isi Prosedur
(57)
4.9 Langkah-langkah Proses Penelitian
Langkah-langkah proses penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 4.4.
MULAI
Studi Pendahuluan
1. Kondisi Perusahaan 2. Informasi pendukung 3. Masalah-masalah
Studi Literatur
1. Teori Buku
2. Referensi Jurnal Penelitian 3. Langkah-langkah
penyelesaian
Identifikasi Masalah Awal
Prosedur baku dalam penentuan lot bahan baku tidak efektif
Pengolahan Data
1. Penentuan Rencana Sampling Penerimaan 2. Implementasi Sampling Penerimaan 2. Pembuatan SOP
Kesimpulan dan Saran
SELESAI Pengumpulan Data
Spesifikasi standar mutu perusahaan
Pembahasan
Gambar 4.4. Langkah-langkah Proses Penelitian
(58)
4.10 Pembahasan
Pembahasan membahas hasil pengolahan data mulai dari penentuan rencana sampling penerimaan, implementasi sampling penerimaan, hingga pembuatan SOP.
4.11 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan merupakan rangkuman isi penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Saran yang diberikan kepada pihak perusahaan dan untuk peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian lebih lanjut.
(59)
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1 Pengumpulan Data
Dalam penelitian sampling penerimaan, data yang digunakan untuk melakukan pengolahan data adalah spesifikasi standar perusahaan.Data spesifikasi standar perusahaan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Spesifikasi dan Standar Mutu Perusahaan
Spesifikasi Kadar
Kadar Air <15% Kadar Free Fatty Acid <5%
% Bahan Baku Cacat 8% Sumber: Standar Kualitas PT. Serdang Jaya Perdana
5.2 Pengolahan Data
5.2.1 Penentuan Rencana Sampling Penerimaan
Prosedur dalam penentuan rencana sampling penerimaan adalah sebagai berikut. 7. Tentukan single, double, atau multiple sampling.
Dipilih multiple sampling.
8. Spesifikasi nilai p1 (Producer’s Quality Level) dan p2
PT. Serdang Jaya Perdana menerima bahan baku dari supplier dengan spesifikasi kecacatan yang diperbolehkan adalah 8%. Oleh karena itu, diperoleh nilai
(Customer’s Quality Level).
dan adalah sebagai berikut.
(60)
= 1% = 8% 9. Hitung operating ratio
10. Pilih rencana penggunaan acceptance number dengan nilai samaatau mendekati dengan R (operating ratio).
Berdasarkan Lampiran 1 dapat dilihat bahwa rencana sampling penerimaan yang digunakan adalah rencana 1M yang dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Rencana 1M Sampling Penerimaan Rencana Acceptance Numbers np2
1M Ac = # # 0 0 1 1 2 0,917 Re = 2 2 2 3 3 3 3
11. Tentukan jumlah sampel
Jumlah sampel yang harus diambil adalah 12 dengan ukuran sampel sebesar 1kg. 12. Acceptance number dan ukuran sampel telah diperoleh
Rekapitulasi perencanaan sampling penerimaan dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Rencana Sampling Penerimaan
(61)
Berdasarkan rencana sampling penerimaan dapat dibuat skema sampling penerimaan yang dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Sampel n1
Sampel n2
Sampel n3
Sampel n4
Accept Reject
#
#
Sampel n5
Sampel n6
Sampel n7
Gambar 5.1. Skema Rencana Sampling Penerimaan
(62)
5.2.2 Implementasi Sampling Penerimaan
Implementasi sampling penerimaan dilakukan berdasarkan rencana sampling penerimaan yang telah ditetapkan.Data yang dikumpulkan dalam sampling penerimaan ini adalah data atribut.Data atribut yang dikumpulkan dengan melakukan pengujian dengan data variabel kadar air dan kadar FFA. Apabila sampel yang diambil memiliki kadar air (>15%) atau kadar FFA (>5%), maka sampel tersebut dikategorikan cacat.Implementasi sampling penerimaan dilakukan sebanyak 5 run. Tujuan dilakukan implementasi sampling penerimaan untuk mengetahui hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pembuatan SOP.
5.2.2.1 Implementasi Sampling Penerimaan Run ke-1
Data implementasi sampling penerimaan pada Run ke-1 dan sampling ke-1 dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Data Run Ke-1 Sampling Ke-1 Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
(63)
Pada sampling ke-1, ketidaksesuaian sampel (d1
Tabel 5.5. Data Run Ke-1 Sampling Ke-2
) adalah 0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-2. Data sampling ke-2 dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 - - -
10 - - -
11 - - -
12 - - -
Total 0
Pada sampling ke-2, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2
Tabel 5.6. Data Run Ke-1 Sampling Ke-3
) adalah 0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-3. Data sampling ke-3 dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
(64)
Tabel 5.6. Data Run Ke-1 Sampling Ke-3 (Lanjutan) Sampel
Ke-
Ketidaksesuaian Kadar FFA
Ketidaksesuaian Kadar Air
Ketidaksesuaian Sampel
9 - - -
10 - - -
11 - - -
12 - - -
Total 0
Pada sampling ke-3, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2+d3) adalah
0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka bahan baku yang dikirim supplier diterima. Grafik sampling penerimaan pada run ke-1 dapat dilihat pada Gambar 5.2.
(65)
Tabel 5.7. Data Run Ke-2Sampling Ke-1 Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 √ - √
10 - - -
11 - - -
12 - - -
Total 1
Pada sampling ke-1, ketidaksesuaian sampel (d1
Tabel 5.8. Data Run Ke-2 Sampling Ke-2
) adalah 1.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-2. Data sampling ke-2 dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 - - -
10 - - -
11 - - -
12 - - -
Total 0
(66)
Pada sampel ke-2, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2
Tabel 5.9. Data Run Ke-2 Sampling Ke-3
) adalah 1.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-3. Data sampling ke-3 dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
3 √ √ √
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 - - -
10 √ √ √
11 - - -
12 - - -
Total 2
Pada sampling ke-3, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2+d3) adalah
3.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka bahan baku yang dikirim supplier ditolak. Grafik sampling penerimaan pada run ke-2 dapat dilihat pada Gambar 5.3.
(67)
Gambar 5.3.Sampling Penerimaan Run ke-2
5.2.2.3 Implementasi Sampling Penerimaan Run ke-3
Data implementasi sampling penerimaan pada Run ke-3 dan sampling ke-1 dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Data Run Ke-3 Sampling Ke-1 Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 - - -
10 - - -
11 - - -
12 - - -
Total 0
(68)
Pada sampling ke-1, ketidaksesuaian sampel (d1
Tabel 5.11. Data Run Ke-3 Sampling Ke-2
) adalah 0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-2. Data sampling ke-2 dapat dilihat pada Tabel 5.11.
Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 - - -
10 - - -
11 - - -
12 - - -
Total 0
Pada sampel ke-2, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2
Tabel 5.12. Data Run Ke-3 Sampling Ke-3
) adalah 0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-3. Data sampling ke-3 dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
(69)
Tabel 5.12. Data Run Ke-3 Sampling Ke-3 (Lanjutan) Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
9 - - -
10 √ √ √
11 - - -
12 - - -
Total 1
Pada sampling ke-3, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2+d3
Tabel 5.13. Data Run Ke-3 Sampling Ke-4
) adalah 1.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-4. Data sampling ke-4 dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 √ - √
3 √ √ √
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 - - -
10 - - -
11 - √ √
12 - - -
Total 3
Pada sampling ke-4, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2+d3+d4) adalah
4.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka bahan baku yang dikirim supplier ditolak. Grafik sampling penerimaan pada run ke-3 dapat dilihat pada Gambar 5.4.
(70)
Gambar 5.4.Sampling Penerimaan Run ke-3
5.2.2.4 Implementasi Sampling Penerimaan Run ke-4
Data implementasi sampling penerimaan pada Run ke-4 dan sampling ke-1 dapat dilihat pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14. Data Run Ke-4 Sampling Ke-1 Sampel
Ke-
Ketidaksesuaian Kadar FFA
Ketidaksesuaian Kadar Air
Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
(71)
Pada sampling ke-1, ketidaksesuaian sampel (d1
Tabel 5.15. Data Run Ke-4 Sampling Ke-2
) adalah 0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-2. Data sampling ke-2 dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 - - -
10 - - -
11 - - -
12 - - -
Total 0
Pada sampel ke-2, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2
Tabel 5.16. Data Run Ke-4 Sampling Ke-3
) adalah 1.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-3. Data sampling ke-3 dapat dilihat pada Tabel 5.16.
Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
(72)
Tabel 5.16. Data Run Ke-3 Sampling Ke-3 (Lanjutan) Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
9 - - -
10 - - -
11 - - -
12 - - -
Total 0
Pada sampling ke-3, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2+d3
Tabel 5.17. Data Run Ke-3 Sampling Ke-4
) adalah 1.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-4. Data sampling ke-4 dapat dilihat pada Tabel 5.17.
Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 - - -
10 - - -
11 - - -
12 - - -
Total 0
(73)
Tabel 5.18. Data Run Ke-4 Sampling Ke-5 Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 - - -
10 - - -
11 - - -
12 - - -
Total 0
Pada sampling ke-5, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2+d3+d4+d5) adalah
1.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka bahan baku yang dikirim supplier diterima. Grafik sampling penerimaan pada run ke-4 dapat dilihat pada Gambar 5.5.
Gambar 5.5.Sampling Penerimaan Run ke-4
(74)
5.2.2.5 Implementasi Sampling Penerimaan Run ke-5
Data implementasi sampling penerimaan pada Run ke-5 dan sampling ke-1 dapat dilihat pada Tabel 5.19.
Tabel 5.19. Data Run Ke-5 Sampling Ke-1 Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 - - -
10 - - -
11 - - -
12 - - -
Total 0
Pada sampling ke-1, ketidaksesuaian sampel (d1
Tabel 5.20. Data Run Ke-5 Sampling Ke-2
) adalah 0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-2. Data sampling ke-2 dapat dilihat pada Tabel 5.20.
Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
(75)
Tabel 5.20. Data Run Ke-5 Sampling Ke-2 (Lanjutan) Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
9 - - -
10 - - -
11 - - -
12 - - -
Total 0
Pada sampel ke-2, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2
Tabel 5.21. Data Run Ke-5 Sampling Ke-3
) adalah 0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-3. Data sampling ke-3 dapat dilihat pada Tabel 5.21.
Sampel Ke- Ketidaksesuaian Kadar FFA Ketidaksesuaian Kadar Air Ketidaksesuaian Sampel
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 - - -
10 - - -
11 - - -
12 - - -
Total 0
Pada sampling ke-3, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2+d3) adalah
0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka bahan baku yang dikirim supplier diterima. Grafik sampling penerimaan pada run ke-5 dapat dilihat pada Gambar 5.6.
(76)
Gambar 5.6.Sampling Penerimaan Run ke-5
Rekapitulasi implementasi sampling penerimaan selama 5 hari dapat dilihat pada Tabel 5.22.
Tabel 5.22. Rekapitulasi Implementasi Sampling Penerimaan
Run Sampling Jumlah
Sampel Jumlah Sampel yang Diterima Jumlah Sampel yang Ditolak Jumlah Sampel Kumulatif yang Ditolak 1
1 12 12 0 0
2 12 12 0 0
3 12 12 0 0
d1+d2+d3 = 0, maka Kesimpulan Lot Diterima
2
1 12 11 1 1
2 12 12 0 1
3 12 10 2 3
d1+d2+d3 = 3, maka Kesimpulan Lot Ditolak
1 12 12 0 0
(77)
Tabel 5.22. Rekapitulasi Implementasi Sampling Penerimaan (Lanjutan)
Run Sampling Jumlah
Sampel Jumlah Sampel yang Diterima Jumlah Sampel yang Ditolak Jumlah Sampel Kumulatif yang Ditolak 4
1 12 11 1 1
2 12 12 0 1
3 12 12 0 1
4 12 12 0 1
5 12 12 0 1
d1+d2+d3+d4+d5= 1, maka Kesimpulan Lot Diterima
5
1 12 12 0 0
2 12 12 0 0
3 12 12 0 0
d1+d2+d3 = 0, maka Kesimpulan Lot Diterima
5.2.3 Pembuatan SOP Sampling Penerimaan
Setelah dilakukan implementasi sampling penerimaan, maka dibuat sebuah SOP yang berisi prosedur-prosedur operasional sampling penerimaan.Penyususan SOP sampling penerimaan adalah sebagai berikut.
5.2.3.1 Penjelasan Terkait Isi Prosedur
Penjelasan terkait isi prosedur adalah bagian yang memuat berbagai hal yang terkait dengan isi prosedur pada sampling penerimaan.Penjelasan terkait isi prosedurdapat dilihat pada Tabel 5.23.
(78)
Tabel 5.23. Penjelasan Terkait Isi Prosedur
SJP
PT. Serdang JayaPerdanaProsedur Penerimaan Bahan Baku I. Tujuan Prosedur
Prosedur ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut
1. Menjamin terlaksananya semua kegiatan yang berhubungan dengan penerimaan bahan baku dari supplier.
2. Menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan seluruh pihak yang terkait dalam penerimaan bahan baku dari supplier.
II. Penjelasan Singkat tentang Prosedur
Prosedur penerimaan bahan baku adalah penuntun yang digunakan oleh perusahaan untuk menerima atau menolak bahan baku yang datang dari supplier. Prosedur ini mencakup mulai dari pengambilan sampel bahan baku, pengecekan kualitas bahan baku, hingga penentuan penerimaan
atau penolakan bahan baku. Setiap bahan baku yang datang dari supplier harus mengikuti prosedur ini sebelum diproses lebih lanjut.
III. Peraturan dan Kebijakan Internal terkait Prosedur 1. Kebijakan penerimaan atau penolakan bahan baku 2. Kebijakan untuk melakukan proses produksi IV. Teknik Penyajian yang Digunakan
(79)
Tabel 5.23. Penjelasan Terkait Isi Prosedur (Lanjutan)
SJP
PT. Serdang JayaPerdanaProsedur Penerimaan Bahan Baku 1. Teknik bagan arus
2. Teknik tabular 3. Teknik naratif
V. Pihak yang Terlibat dalam Prosedur
Pihak-pihak yang terlibat dalam prosedur ini adalah 1. Pihak Internal
a. Bagian Gudang dan Timbangan
Bagian gudang dan timbangan terlibat dalam pengumpulan sampel. b. Bagian Laboratorium
Bagian laboratorium terlibat dalam pengujian kualitas. c. Bagian Pemasaran
Bagian pemasaran terlibat dalam pemberitahuan penerimaan atau penolakan bahan baku kepada supplier.
d. Manajer Produksi
Manajer Produksi terlibat dalam penentuan produksi menggunakan bahan baku yang datang dari supplier atau tidak
2 Pihak Eksternal adalah Supplier. Supplier terlibat dalam penerimaan atau penolakan bahan baku yang dikirimkan olehnya.
(80)
Tabel 5.23. Penjelasan Terkait Isi Prosedur (Lanjutan)
SJP
PT. Serdang JayaPerdanaProsedur Penerimaan Bahan Baku VI. Dokumen yang Digunakan
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam prosedur ini adalah 1. Form Pengumpulan Data Sampel
2. Form Penentuan Penerimaan atau Penolakan Bahan Baku VII. Laporan-laporan yang Dihasilkan
Laporan-laporan yang dihasilkan dari prosedur ini adalah Laporan Penentuan Bahan Baku.
VIII. Kaitan dengan Prosedur Lain
Prosedur ini terkait dengan prosedur-prosedur lain, yaitu 1. Prosedur Proses Produksi
2. Data Bahan Baku dari Supplier IX. Lampiran
Lampiran-lampiran dari prosedur ini adalah 1. Form Pengumpulan Data Sampel
2. Form Penentuan Penerimaan atau Penolakan Bahan Baku X. Peraturan dan Kebijakan Eksternal
(81)
5.2.3.2 Isi Prosedur
Isi prosedur adalah wujud dari penerapan standard operating procedure sesuai teknik penyusunan yang telah ditentukan. Isi-isi prosedur terdiri dari: 1. Isi prosedur penerimaan bahan baku yang dapat dilihat pada Gambar 5.7.
BAGIAN GUDANG DAN TIMBANGAN
BAGIAN
LABORATORIUM BAGIAN PRODUKSI
BAGIAN PEMASARAN MULAI 2 1 I I 4 3 5 II 6 II II 8 9 KETERANGAN
1 = Truk Bahan Baku Datang 2 = Pengumpulan Data Sampel 3 = Mendapatkan Sampel 4 = Melakukan Proses Pengujian Kualitas 5 = Form Pengumpulan Data Sampel
6 = Form Penentuan Penerimaan atau Penolakan Bahan Baku
7 = Bahan Baku diproduksi atau tidak diproduksi
8 = Menyampaikan form penentuan penerimaan bahan kepada supplier
9 = Mengarsip dokumen
6 6 7 KETERANGAN SIMBOL Arsip Tetap Keputusan Dokumen Penghubung dalam satu halaman Kegiatan Manual Input Manual Persiapan
Gambar 5.7. Isi Prosedur Penerimaan Bahan Baku
2. Isi prosedur bagian gudang dan timbangan dapat dilihat pada Tabel 5.24.
Tabel 5.24. Isi Prosedur untuk Bagian Gudang dan Timbangan Prosedur untuk Bagian Gudang dan Timbangan
1. Truk datang dari supplier ditimbang pada jembatan timbang untuk menentukan berat bahan baku yang datang telah sesuai dengan berat yang telah disepakati antara perusahaan dan supplier.
(82)
Tabel 5.24. Isi Prosedur untuk Bagian Gudang dan Timbangan(Lanjutan) Prosedur untuk Bagian Gudang dan Timbangan
2. Bagian gudang dan timbangan mengambil sampel sebesar 1kg sebanyak 12 kali dan ditaruh di kantong plastik.Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling. Pengambilan sampel didasarkan pada tabel bilangan random. Tabel bilangan random menunjukkan pada ketinggian berapa sampel harus diambil.
3. Jumlah sampel yang dikumpulkan adalah 7. 4. Kemudian sampel dibawa ke labroatorium
3. Isi prosedur untukbagian laboratorium dapat dilihat pada Tabel 5.25.
Tabel 5.25. Isi Prosedur untuk Bagian Laboratorium Isi Prosedur untuk Bagian Laboratorium
1. Bagian laboratorium menerima sampel bahan baku dari bagian gudang dan timbangan.
2. Setiap sampel diuji kualitas kadar air dan kadar FFA-nya 3. Pengujian kualitas kadar air adalah sebagai berikut.
a. Diambil 2,5 mg inti noten yang sudah ditumbuk
b. Dimasukkan ke dalam mesin pengukur kadar air dan tekan OK c. Dibaca hasil pengukuran kadar air
(83)
Tabel 5.25. Isi Prosedur untuk Bagian Laboratorium (Lanjutan) Isi Prosedur untuk Bagian Laboratorium
a. Inti noten yang telah ditumbuk dipanaskan hingga keluar minyak b. Sebanyak 2,5 ml minyak diambil
c. Minyak dicampur dengan 2,5ml larutan IPA (isopropyl alcohol) d. Larutan dicampurkan dengan 3 tetes indikator PP (Phenolphthalein)
e.Dititrasi dengan NaOH hingga berubah warna.
f. Angka pada tabung titrasidikali dengan ketetapan nilai 2,0545 untuk memperoleh nilai FFA.
5. Jika pengukuran kadar air (melebihi 15%) dan kadar FFA (melebihi 5%), maka diberikan tanda “√” pada form pengumpulan data sampel. Sebaliknya diberikan tanda “-“.
6. Jumlah kecacatan pada sampel direkap di form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku.
7. Jika penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku belum dapat dilakukan maka dilanjutkan pengecekan pada sampel berikutnya.
8. Form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku diberikan pada bagian produksi dan bagian pemasaran
4. Isi prosedur untuk bagian produksi dapat dilihat pada Tabel 5.26.
(84)
Tabel 5.26. Isi Prosedur untuk Bagian Produksi Isi Prosedur untuk Bagian Produksi
1. Bagian produksi menerima form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku.
2. Berdasarkan form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku, bagian produksi menentukan kelayakan bahan baku untuk diproduksi.
5. Isi prosedur untuk bagian pemasaran dapat dilihat pada Tabel 5.27.
Tabel 5.27. Isi Prosedur untuk Bagian Pemasaran Isi Prosedur untuk Bagian Pemasaran
1. Bagian pemasaran menerima form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku.
2. Bagian pemasaran menyampaikan kepada supplier apakah bahan baku diterima atau ditolak.
3. Bagian pemasaran membuat laporan tentang data supplier.
5.2.3.3 Lampiran-lampiran
Bagian ini digunakan untuk menunjukkan lampiran-lampiran yang terkai dengan prosedur operasional standar.Lampiran-lampiran yang digunakan adalah sebagai berikut.
(85)
data sampel diisi oleh bagian laboratorium pada saat pengujian. Form pengumpulan data sampel dibuat sebagai dasar untuk pembuatan form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku.
Gambar 5.8. Form Pengumpulan Data Sampel
2. Form Penentuan Penerimaan atau Penolakan Bahan Baku
Form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku adalah form yang berisi tentang kesimpulan penerimaan atau penolakan bahan baku. Form penentuan
(86)
penerimaan atau penolakan bahan baku diisi pada bagian laboratorium. Kemudian form ini dikirim ke bagian produksi dan bagian pemasaran.
(87)
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Pembahasan Rencana Sampling Penerimaan
Inti kelapa sawit diperoleh dari perusahaan yang hanya menghasilkan crude palm oil. Rata-rata jenis bahan baku yang digunakan pada perusahaan adalah inti kelapa sawit yang berasal dari kelapa sawit jenis tenera. Kelapa sawit jenis tenera merupakan bibit unggul hasil persilangan dari jenis dura dan pisifera. Penentuan rencana sampling penerimaan dilakukan untuk memperoleh rencana sampling penerimaan yang dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Rencana Sampling Penerimaan
Rencana Jumlah Sampel Acceptance Numbers
1M 12 Ac = # # 0 0 1 1 2
Re = 2 2 2 3 3 3 3
Rencana sampling penerimaan yang digunakan adalah multiple sampling. Penggunaan multiple sampling dapat mengurangi kemungkinan diterimanya lot yang baik atau ditolaknya lot yang buruk. Hal ini dikarenakan apabila pengujian sampel pertama belum memberikan hasil yang tepat untuk menerima atau menolak lot, maka dapat dilakukan pengujian sampel berikutnya. Dalam hal acceptance number dan rejection number dapat dilihat bahwa tidak ada penerimaan bahan baku pada sampel ke-1 dan sampel ke-2. Hal ini disebabkan
(88)
karena sampel yang diperiksa belum cukup untuk menerima lot dari bahan baku tersebut.
Ukuran sampel yang digunakan pada setiap pengambilan sampel adalah 1kg. Ukuran sampel 1kg digunakan karena 1kg noten sawit sudah dapat digunakan untuk melakukan pengujian.
6.2. Pembahasan Implementasi Sampling Penerimaan
Implementasi sampling penerimaan dilakukan berdasarkan rencana sampling penerimaan yang telah ditentukan. Hasil rekapitulasi implementasi sampling penerimaan dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2. Rekapitulasi Implementasi Sampling Penerimaan
Run Sampling Jumlah
Sampel Jumlah Sampel yang Diterima Jumlah Sampel yang Ditolak Jumlah Sampel Kumulatif yang Ditolak 1
1 12 12 0 0
2 12 12 0 0
3 12 12 0 0
d1+d2+d3 = 0, maka Kesimpulan Lot Diterima
2
1 12 11 1 1
2 12 12 0 1
3 12 10 2 3
d1+d2+d3 = 3, maka Kesimpulan Lot Ditolak
3
1 12 12 0 0
2 12 12 0 0
3 12 11 1 1
4 12 9 3 4
(89)
Tabel 6.2. Rekapitulasi Implementasi Sampling Penerimaan (Lanjutan)
Run Sampling Jumlah
Sampel Jumlah Sampel yang Diterima Jumlah Sampel yang Ditolak Jumlah Sampel Kumulatif yang Ditolak 4
1 12 11 1 1
2 12 12 0 1
3 12 12 0 1
4 12 12 0 1
5 12 12 0 1
d1+d2+d3+d4+d5 = 1, maka Kesimpulan Lot Diterima
5
1 12 12 0 0
2 12 12 0 0
3 12 12 0 0
d1+d2+d3 = 0, maka Kesimpulan Lot Diterima
Dalam implementasi sampling penerimaan selama 5 hari, dapat dilihat bahwa penentuan lot bahan baku untuk diterima atau ditolak berada pada kisaran sampling ke-3 hingga sampling ke-5. Penentuan lot bahan baku yang bervariatif menunjukkan bahwa kualitas bahan baku yang dikirim supplier ke perusahaan bervariatif. Oleh karena itu penggunaan multiple sampling dalam rencana sampling penerimaan sudah tepat. Penggunaan multiple sampling bermanfaat untuk membuat producer’s risk dan consumer’s risk semakin kecil. Hal ini dikarenakan pengambilan sampel yang berulang-ulang untuk memastikan bahwa bahan baku yang dikirim dari supplier memiliki kualitas yang baik.
Dalam implementasi sampling penerimaan, rata-rata waktu yang diperlukan untuk penentuan sampel adalah 3 jam. Waktu 3 jam tidak berpengaruh secara signifikan pada kualitas bahan baku. Oleh karena itu implementasi sampling penerimaan dapat dilakukan.
(90)
6.3. Pembahasan SOP Sampling Penerimaan
Setelah dilakukan implementasi sampling penerimaan, maka dibuat sebuah SOP yang berisi prosedur-prosedur operasional sampling penerimaan. Pembuatan SOP bertujuan agar perusahaan memiliki pedoman dalam melaksanakan sampling penerimaan. Penyusunan SOP sampling penerimaan terdiri dari penyusunan penjelasan terkait isi prosedur, isi prosedur, dan lampiran-lampiran.
Isi prosedur SOP sampling penerimaan dibuat beberapa prosedur, yaitu isi prosedur secara umum dan isi prosedur masing-masing bagian yang terkait. Pembuatan isi prosedur masing-masing bagian yang terkait bertujuan untuk memperjelas uraian kegiatan setiap bagian yang terkait.
Pembuatan lampiran-lampiran bertujuan untuk menunjukkan dokumen-dokumen digunakan beberapa departemen yang terkait dalam sistem penerimaan bahan baku. Dokumen-dokumen tersebut berupa form pengumpulan data sampel dan form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku. Form pengumpulan data sampel diisi oleh bagian laboratorium pada saat pengujian. Form pengumpulan data sampel dibuat sebagai dasar untuk pembuatan form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku.
Form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku diisi pada bagian laboratorium. Kemudian form ini dikirim ke bagian produksi dan bagian pemasaran. Pada bagian produksi form ini digunakan sebagai dasar keputusan bagian produksi untuk memproduksi bahan baku tersebut atau tidak. Pada bagian
(91)
sebagai dasar perusahaan untuk melakukan klaim apabila bahan bahan baku ditolak.
(92)
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Rencana sampling penerimaan yang digunakan pada penelitian ini adalah
multiple sampling dengan kode “1M”. Jumlah sampel yang dikumpulkan adalah 12 dengan masing-masing ukuran sampel sebesar 1kg. Acceptance number yang digunakan adalah # # 0 0 1 1 2. Sedangkan rejection number yang digunakan adalah 2 2 2 3 3 3 3.
2. Implementasi sampling penerimaan yang dilakukan sesuai dengan rencana sampling penerimaan yang telah ditetapkan. Dari implementasi sampling penerimaan selama 5 hari dapat dilihat bahwa penentuan lot berada pada kisaran sampel ke-3 hingga sampel ke-5. Hal ini menunjukkan kualitas bahan baku yang dikirim oleh supplier bervariatif.
3. Penyusunan standard operating procedure (SOP) bertujuan agar perusahaan memiliki pedoman ketika ingin menerapkan sampling penerimaan pada bagian penerimaan bahan baku.
(93)
7.2 Saran
Saran yang dapat diajukan setelah melakukan penelitian ini yaitu :
1. Karena kualitas bahan baku yang dikirim dari pihak supplier bervariatif, maka pihak manajemen perusahaan harus menerapkan sistem penerimaan bahan baku dengan menggunakan sampling penerimaan (metode multiple sampling) agar kualitas bahan baku yang diproduksi lebih terjamin.
2. Pihak perusahaan dapat menggunakan SOP yang telah disusun sebagai masukan dalam penerapan sampling penerimaan.
3. Pihak perusahaan sebaiknya menambahkan peralatan pengujian kadar kotoran karena kadar kotoran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas bahan baku.
4. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sistem pendukung keputusan sehingga sistem pelaporan lebih cepat.
(94)
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan
PT. Serdang Jaya Perdana merupakan badan usaha milik swasta (BUMS) yang melakukan kegiatan produksi palm kernel oil. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1998. Pada awalnya, perusahaan ini memproduksi palm oil. Pada tahun 2009, Aan mengambil alih PT Serdang Jaya Perdana dan menjadi pemilik usaha ini sampai saat ini. Pada awal tahun 2009, peralatan-peralatan yang digunakan masih manual sehingga proses produksi membutuhkan waktu yang lama dan tidak bisa memenuhi permintaan yang ada. Pada pertengahan tahun 2009, peralatan-peralatan manual diganti menjadi peralatan-peralatan semi otomatis.
Pada Tahun 2014, PT Serdang Jaya Perdana berhenti memproduksi palm oil dan beralih ke palm kernel oil. Hal ini terjadi karena bahan baku kelapa susah didapatkan sehingga perusahaan beralih ke bahan baku noten. Pada bulan Juni Tahun 2014, PT Serdang Jaya Perdana mulai beroperasi untuk memproduksi palm kernel oil.
Produk utama yang dihasilkan perusahaan merupaka palm kernel oil, sedangkan sisanya adalah palm kernel expeller, cangkang dan serat noten yang akan dijual kembali.
(95)
2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha
Produk yang dihasilkan oleh PT. Serdang Jaya Perdana berupa palm kernel oil. Scrap dari proses produksi palm kernel oil adalah
1. Palm kernel expeller yang akan dijual sebagai pakan ternak.
2. Cangkang yang akan dijual ke perusahaan yang menggunakan boiler. 3. Serat noten yang akan dijual ke pabrik kayu.
PT. Serdang Jaya Perdana menggunakan sistem produksi make to stock dimana produk diproduksi terlebih dahulu kemudian disimpan dalam tangki timbun. Kemudian pembeli akan datang ke pabrik dan mengambil minyak yang ditimbun sesuai dengan kontrak yang disetujui atau pihak pemasaran dari pabrik akan mencari konsumen.
2.3 Lokasi Perusahaan
Lokasi perusahaan PT. Serdang Jaya Perdana terletak pada Jalan Teuku Amir Hamzah KM 31. Dusun V A Kadir RT 0 RW 0 Tandam Hulu II, Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.
2.4 Daerah Pemasaran
PT Serdang Jaya Perdana memasarkan produk di daerah sekitar Sumatera Utara, seperti Tanjung Balai, dan Belawan. PT Serdang Jaya Perdana memiliki beberapa konsumen tetap, antara lain: PT Wilmar, PT Musim Mas, PT Agro dan PT Asian Agri.
(96)
2.5 Proses Produksi
2.5.1 Standar Mutu Bahan/Produk
Standar mutu bahan baku berupa noten yang ditetapkan oleh PT Serdang Jaya Perdana adalah
1. Kadar air noten < 15%
2. Kadar Free fat acid (FFA) noten <5%
3. % noten cacat (kadar air dan kadar FFA tinggi) <8%
Standar mutu produk yang dihasilkan oleh PT Serdang Jaya Perdana berupa PKO adalah
1. Kadar FFA < 5% 2. Kadar air < 0,4%
2.5.2 Bahan yang Digunakan 2.5.2.1 Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses produksi dan persentasenya terbesar dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi PKO adalah noten yang merupakan biji dari buah kelapa sawit. Biji dari buah kelapa sawit terdiri dari inti, cangkang, dan serat kelapa sawit.
(97)
akhir. PT Serdang Jaya Perdana tidak menggunakan bahan tambahan dalam melakukan proses produksi karena tidak ada bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan mutu produk PKO.
2.5.2.2 Bahan Penolong
Bahan penolong adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi, tetapi tidak tampak di bagian akhir produk. Bahan penolong yang digunakan PT. Serdang Jaya Perdana dalam proses produksi palm kernel oil adalah sebagai berikut.
1. Campuran Garam Non Iodium, CaCO3
Campuran ini merupakan bahan campuran yang digunakan untuk memisahkan inti dan cangkang sawit di hydro cyclone. Perbandingan massa garam non iodium, CaCO
, dan air
3, dan air
2. Kayu
adalah sebesar 1 : 1 : 4.
Kayu digunakan pada thermoheater untuk melakukan proses pembakaran. Proses pembakaran berguna agar panas yang dihasilkan thermoheater dapat teralirkan ke kernel oven.
3. Minyak Thermo
Minyak thermo digunakan pada kernel oven untuk memanaskan inti sawit sehingga kadar air pada inti sawit berkurang
(98)
2.5.3 Uraian Proses
Uraian proses produksi yang dilakukan PT. Serdang Jaya Perdana dalam mentransformasikan noten menjadi PKO adalah sebagai berikut:
1. Penimbangan
Penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat bersih noten yang diangkut dengan menggunakan truk. Penimbangan dilakukan dua kali yaitu ketika truk yang berisi noten ditimbang pada tempat penimbangan dan ketika truk sudah tidak berisi noten sehingga diperoleh berat bersih noten.
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan noten dilakukan secara visual dengan melakukan pemeriksaan warna pada noten. Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil sampel noten sebesar 1 kg. Noten dipecahkan untuk dilihat warna inti noten. Jika inti noten banyak berwarna hitam, maka noten sawit dikategorikan buruk. Apabila noten sawit tidak sesuai dengan standar bahan baku yang diinginkan, maka perusahaan supplier akan dikenakan penalti. Kemudian noten dibawa ke tempat penumpukan noten.
3. Proses Penyaringan
Proses penyaringan bertujuan untuk menyaring tanah yang menempel pada noten. Penyaringan noten dari tanah akan mengurangi kadar kotoran pada noten. Noten dipindahkan dari tempat penampungan noten ke bak penampung noten dengan menggunakan . Noten kemudian ditarik ke atas dengan
(99)
4. Proses Pemecahan
Setelah noten disaring, noten dipindahkan dari stasiun penyaringan menuju menuju stasiun pemecahan noten dengan menggunakan conveyor. Pemecahan noten menggunakan mesin ripple mill. Noten dipecah menjadi inti, cangkang dan serat sawit dengan cara diputar oleh mesin ripple mill.
5. Proses Pembersihan
Noten yang telah dipecah menjadi inti, cangkang dan serat sawit jatuh ke conveyor kemudian dipindahkan ke depricarper. Proses pembersihan dilakukan dengan menggunakan mesin dry kernel blower. Mesin dry kernel blower menghisap serat sawit dan debu kotoran yang menempel pada inti kemudian dikeluarkan melalui melalui blower out dan dikumpulkan di box fibre. Sedangkan inti dan cangkang jatuh ke conveyor dan dibawa ke hydro cyclone. Serat sawit kemudian keluar.
6. Proses Pemisahan
Inti dan cangkang sawit dibawa ke hyrdo cyclone dengan menggunakan conveyor. Proses pemisahan yang dilakukan pada hydro cyclone bertujuan untuk memisahkan inti dengan cangkang. Pemisahan dilakukan dengan pencampuran garam non iodium, CaCO3, dan air dengan perbandingan 1:1:4.
Hasil pemisahan berupa cangkang sawit dibawa ke tempat penumpukan cangkang sawit dengan menggunakan conveyor, sedangkan inti sawit juga dibawa dengan menggunakan conveyor untuk dilakukan proses pemanggangan.
(100)
7. Proses Pemanggangan
Inti sawit dibawa dari bak pemisah menuju mesin kernel oven menggunakan conveyor. Inti sawit dipanggang dengan menggunakan mesin kernel oven selama 30 menit. Kapasitas mesin pemanggangan adalah sebesar 300 Kg. Cara kerja mesin pemanggangan adalah thermoheater menghasilkan panas yang dihasilkan dari proses pembakaran kayu. Panas tersebut dialirkan ke kernel oven untuk memanaskan minyak thermo. Minyak thermo tersebut memanaskan inti sawit.
8. Proses Pengepresan
Inti yang dipanggang kemudian dibawa ke mesin kernel screwpress menggunakan conveyor. Pengepresan dilakukan untuk mengeluarkan minyak (PKO) dari inti sawit. Proses pengepresan dilakukan sebanyak dua kali karena pada proses pengepresan pertama, sisa kadar minyak pada inti yang telah di-press atau disebut dengan cake terdapat 18%. Oleh karena itu cake di-press sekali lagi. Hasil press ke-2 menghasilkan palm kernel expeller (PKE). PKE masih memiliki kadar minyak sebesar 7%. PKE kemudian dibawa ke tempat penumpukan PKE dengan menggunakan conveyor.
9. Proses Filtrasi
Minyak yang keluar dari proses pengepresan ditampung di bak penampung. Kemudian minyak dibawa ke mesin filter melalui pipa dengan cara dipompa. Media penyaringan yang digunakan pada mesin filter adalah kain.
(1)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
HALAMAN BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Rencana Sampling Penerimaan ... VI-1 6.2 Pembahasan Implementasi Sampling Penerimaan ... VI-2 6.3 Pembahasan SOP Sampling Penerimaan ... VI-3
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ... VII-1 7.2 Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(2)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Blok Diagram Proses Produksi Palm Kernel Oil ... II-10 2.2. Struktur Organisasi PT. Serdang Jaya Perdana ... II-20 3.1. Prosedur dari Multiple Sampling ... III-10 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian ... IV-3 4.2. Blok Diagram Pengolahan Data dengan Sampling Penerimaan ... IV-5 4.3. Blok Diagram Penyusunan SOP ... IV-5 4.4. Langkah-langkah Proses Penelitian ... IV-6 5.1. Skema Rencana Sampling Penerimaan ... V-3 5.2. Sampling Penerimaan Run ke-1 ... V-6 5.3. Sampling Penerimaan Run ke-2 ... V-9 5.4. Sampling Penerimaan Run ke-3 ... V-12 5.5. Sampling Penerimaan Run ke-4 ... V-15 5.6. Sampling Penerimaan Run ke-5 ... V-18 5.7. Isi Prosedur Penerimaan Bahan Baku ... V-23 5.8. Form Pengumpulan Data Sampel ... V-27 5.9. Form Penentuan Penerimaan atau Penolakan Bahan Baku ... V-28
(3)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.1. Spesifikasi dan Standar Mutu Perusahaan ... I-2 2.1. Spesifikasi Mesin ... II-11 2.2. Spesifikasi Peralatan ... II-17 2.3. Jumlah Karyawan PT. Serdang Jaya Perdana ... II-29 3.1. Keuntungan dan Kerugian dari Sampling Penerimaan ... III-2 3.2. Produsen dan Konsumen ... III-3 3.3. Multiple Sampling ... III-9 3.4. Simbol Bagan Arus Dasar ... III-13 3.5. Simbol Bagan Arus Penghubung Kegiatan dalam Prosedur .... III-14 3.6. Simbol Penyimpanan ... III-14 3.7. Simbol Bagan Arus Alur ... III-15 3.8. Simbol Bagan Arus Kegiatan Rinci dalam Proses ... III-15 5.1. Spesifikasi dan Standar Mutu Perusahaan ... V-1 5.2. Rencana 1M Sampling Penerimaaan ... V-2 5.3. Rencana Sampling Penerimaan ... V-2 5.4. Data Run Ke-1 Sampling Ke-1 ... V-4
(4)
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.9. Data Run Ke-2 Sampling Ke-3 ... V-8 5.10. Data Run Ke-3 Sampling Ke-1 ... V-9 5.11. Data Run Ke-3 Sampling Ke-2 ... V-10 5.12. Data Run Ke-3 Sampling Ke-3 ... V-10 5.13. Data Run Ke-3 Sampling Ke-4 ... V-11 5.14. Data Run Ke-4 Sampling Ke-1 ... V-12 5.15. Data Run Ke-4 Sampling Ke-2 ... V-13 5.16. Data Run Ke-4 Sampling Ke-3 ... V-13 5.17. Data Run Ke-4 Sampling Ke-4 ... V-14 5.18. Data Run Ke-4 Sampling Ke-5 ... V-15 5.19. Data Run Ke-5 Sampling Ke-1 ... V-16 5.20. Data Run Ke-5 Sampling Ke-2 ... V-16 5.21. Data Run Ke-5 Sampling Ke-3 ... V-17 5.22. Rekapitulasi Implementasi Sampling Penerimaan ... V-18 5.23. Penjelasan Terkait Isi Prosedur ... V-20 5.24. Isi Prosedur untuk Bagian Gudang dan Timbangan ... V-23 5.25. Isi Prosedur untuk Bagian Laboratorium ... V-24 5.26. Isi Prosedur untuk Bagian Produksi ... V-26 5.27. Isi Prosedur untuk Bagian Pemasaran ... V-27 6.1. Rencana Sampling Penerimaan ... VI-1
(5)
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
L-1 Tabel Rencana Sampling Penerimaan L-2 Tabel Angka Random
L-3 Data Implementasi Sampling Penerimaan L-4 Surat Permohonan Tugas Sarjana
L-5 Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana di PT. Serdang Jaya Perdana
L-6 Surat Balasan Penerimaan Riset Tugas Sarjana di PT. Serdang Jaya Perdana
L-7 Surat Keputusan Tugas Sarjana Mahasiswa L-8 Form Asistensi Dosen Pembimbing I L-9 Form Asistensi Dosen Pembimbing II