23
Jadi yang dimaksud Pengembangan Diri dalam penelitian ini adalah proses perubahan yang
meliputi aspek fisik, spiritual, mental dan sosio- emosional pada siswa di sekolah dasar dengan
melalui kegiatan-kegiatan di luar mata pelajaran yang dapat mengembangkan potensi, bakat, dan
minat siswa secara optimal.
C. Keberhasilan dalam Hidup
Umumnya, keberhasilan hidup selama ini hanya dilihat dari seberapa besar penghasilan yang
didapatkan. Seseorang disebut sukses hidupnya manakala berhasil menjadi kaya, rumahnya besar,
tabungan banyak dan memiliki investasi dimana- mana. Akan tetapi, ukuran keberhasilan hidup
sebenarnya adalah
seberapa jauh
seseorang memberi manfaat bagi orang lain.
William Stern, pelopor teori konvergensi Ahmadi dan Uhbiyati, 1991 mengatakan bahwa
kemungkinan-kemungkinan yang dibawa sejak lahir itu merupakan petunjuk-petunjuk nasib manusia
yang akan datang dengan ruang permainan. Dalam ruang permainan itulah terletak pendidikan dalam
arti yang sangat luas. Tenaga-tenaga dari luar dapat menolong tetapi bukanlah ia yang menyebabkan
perkembangan itu, karena ini datangnya dari dalam yang mengandung dasar keaktifan dan tenaga
pendorong. Sebagai contoh: anak dalam tahun pertama belajar mengoceh, baru kemudian becakap-
24
cakap, dorongan dan bakat itu telah ada, di meniru suara-suara dari ibunya dan orang di sekelilingnya.
Ia meniru dan mendengarkan dari kata-kata yang diucapkan kepadanya, bakat dan dorongan itu tidak
akan berkembang jika tidak ada bantuan dari luar yang merangsangnya. Dengan demikian jika tidak
ada bantuan suara-suara dari luar atau kata-kata yang di dengarnya tidak mungkin anak tesebut bisa
bercakap-cakap. Stern menolak atau tidak setuju dengan teori
nativisme dan teori empirisme yang berat sebelah. Menurut Stern, perkembangan manusia adalah hasil
perpaduan kerjasama antara faktor bakat dan faktor lingkungan. Manusia memiliki potensi berkembang
yang dibawa
sejak lahir
dan lingkungan
membantunya merangsang dari luar. Jadi, teori konvergensi menyatakan bahwa perkembangan
anak merupakan hasil proses kerjasama antara faktor bakat atau bawaan dan faktor lingkungan
termasuk pendidikan. Jika faktor bakat atau bawaan seorang anak dinilai baik, akan tetapi dalam
perkembangannya, mungkin rusak karena faktor lingkungan pendidikan yang tidak menunjang.
Sebaliknya, jika faktor bakat atau bawaan tidak baik namun lingkungan pendidikan menunjang, maka
perkembangan anak
dapat lebih
baik. Bisa
dikatakan keberhasilan hidup manusia ditentukan oleh faktor pembawaan dan lingkungan.
25
Pembawaan atau
potensi setiap
orang berbeda-beda, hal ini dapat dilihat dari perilaku
manusia sebagai hasil belajarnya. Gagne dan Briggs 1974 mengemukakan lima kategori yaitu intelectual
skill, cognitive strategies, verbal information, motor skill dan attitude. Bloom 1975 mengemukakan tiga
kategori sesuai domain-domain perilaku individu yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain
kognitif berkenaan perkembangan kecakapan dan keterampilan
intelektual meliputi
pengetahuan knowledge,
pemahaman comprehension,
penerapan application,
penguraian analysis,
memadukan synthesis dan penilaian evaluation. Afektif berkenaan dengan perubahan minat, sikap,
nilai-nilai, perkembangan apresiasi dan kemampuan menyesuaikan diri. Domain psikomotor berkenaan
dengan keterampilan-keterampilan gerak. Masing- masing domain tersebut memiliki tingkat kesukaran
berbeda-beda pula. Umumnya pendidikan bertujuan menyediakan
lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan potensi, bakat, dan kemampuan
secara optimal,
sehingga mereka
mampu mewujudkan kemampuan dirinya dan berfungsi
sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadi maupun kebutuhan masyarakat Munandar dalam
Sunarno, 2007. Namun, kenyataan di lapangan, sistem pendidikan, yang diterapkan di sekolah-
26
sekolah hingga sekarang masih mementingkan aspek kognitif daripada aspek lainnya.
Menurut Suyanto dan Djihad Rahman, 2004, proses
pendidikan kita
saat ini
terlalu mementingkan perkembangan aspek kognitif pada
tataran pengetahuan
dengan mengabaikan
persoalan kreativitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran di sekolah-sekolah lebih
menekankan pada
perkembangan dua
jenis kecerdasan,
yakni kecerdasan
linguistik dan
kecerdasan matematis-logis. Praktik nyata ini bertentangan dengan teori unsur kecerdasan yang
ada dalam diri setiap individu. Gardner Uno, 2009 menyatakan
bahwa setiap
individu memiliki
setidaknya delapan unsur kecerdasan yang berbeda- beda yaitu kecerdasan logis matematis, kecerdasan
linguistik verbal,
kecerdasan interpersonal,
kecerdasan ruang visual, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musik, kecerdasan hubungan sosial,
dan kecerdasan naturalis Dalam rangka memfasilitasi potensi siswa
yang bermacam-macam itulah, maka di dalam struktur
kurikulum dimasukkan
tidak hanya
muatan pendidikan berupa mata pelajaran maupun muatan lokal akan tetapi juga Pengembangan Diri.
Kegiatan Pengembangan
Diri penting
sebagai pelengkap pengembangan potensi siswa di luar mata
pelajaran dan muatan lokal.
27
D. Pelaksanaan Pengembangan Diri di Sekolah Dasar