Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Pelayanan Perpustakaan di Sekolah Dasar Negeri Turitempel T2 942014032 BAB II

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Sekolah

Manajemen sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur dengan prestasi yang didapat, oleh karena itu

dalam menjalankan kepemimpinan, harus

menggunakan suatu sistem, artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang didalamnya terdapat komponen-komponen terkait seperti guru-guru, staf, wali murid, masyarakat, pemerintah, siswa, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.

Fandy & Anastasia (2003) Total Quality Management adalah suatu pendekatan dalam

menjalankan usaha yang mencoba untuk

memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, sdm, proses, dan lingkungan. Beberapa karakter TQM adalah sebagai berikut:

1) fokus pada pelanggan, baik pelanggan eksternal maupun internal, 2) memiliki obserfasi yang tinggi terhadap kualitas, 3) menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengambil keputusan dan pemecahan masalah, 4) memiliki komidmen jangka panjang, 5) membutuhkan kerja sama tim (teamwork), 6) memperbaiki proses secara berkesinambungan, 7) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, 8) memberikan kebebasan yang


(2)

terkendali, 9) memiliki kesatuan tujuan, 10) adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

Syaiful Sagala (2007) tujuan manajemen sekolah adalah mewujudkan tata kerja lebih baik dalam empat hal: (1) Meningkatnya efisiensi pengguna sumber daya dan penugasan staf; (2) Meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan di sekolah; (3) Munculnya gagasan-gagasan baru dalam implementasi kurikulum, pengguna teknologi pembelajaran, dan

pemanfaatan sumber-sumber belajar; (4)

Meningkatkan mutu partisipasi masyarakat dan stakholder.

Jadi tujuan utama penerapan Manajemen Sekolah adalah untuk menyeimbangkan struktur kewenangan antara sekolah, pemerintah daerah dan pemerintah pusat sehingga manajemen menjadi lebih efisien. Semua kewenagan pembelajaran diserahkan kepada unit yang paling dekat dengan pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri yaitu sekolah. Disamping itu untuk memperdayakan sekolah agar sekolah dapat melayani masyarakat secara maksimal sesuai dengan keinginan masarakat tersebut. Tujuan penerapkan manajemen sekolah adalah untuk mandiri atau mengelola sekolah melalui kewenangan kepala sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara pertisipatif.

Lebih rincinya manajemen sekolah bertujuan untuk: (1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memanfaatkan yang tersedia; (2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam


(3)

menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama; (3) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; (4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.

2.2 Pengembangan Pelayanan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia “Mengembangkan” membuka lebar-lebar, rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Untuk itu diperlukan metode atau teknik tertentu sehingga kebijakan yang dihasilkan akan optimal dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini organisasi pemerintah daerah dapat mengembangkan strategi dalam rangka mengatasi ancaman internal, eksternal untuk merebut peluang yang ada.

Syaiful Sagala (2007:137), Strategi merupakan rencana yang mengandung cara komprehensif dan integrative yang dapat dijadikan pegangan untuk bekerja, berjuang dan berbuat guna memenangkan kompetensi.

Sedangkan pengembangan berarti kemajuan. Secara umum, pengembangan merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun kuantitas. pengembangan juga dapat berarti penambahan keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya. Jadi peningkatan mutu


(4)

atau mengerjakan semua kegiatan menjadi lebih baik berdasarkan siklus pejaminan mutu yang berkelanjutan dan perencanaan peningkatan mutu disemua unit pada semua tingkatan dalam suatu sistem.

Layanan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam interaksi dengan orang atau mesin fisik dan yang memberikan kepuasan konsumen. Sedangakan pelayanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan utama di setiap perpustakaan. Pelayanan tersebut merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan masyarakat, dan sekaligus merupakan barometer keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan. Oleh karena itu dari meja layanan akan dikembangkan gambaran dan citra perpustakaan, sehingga seluruh kegiatan perpustakaan akan diarahkan dan terfokus kepada bagaimana memberikan pelayanan yang baik sebagaimana dikehendaki oleh pemakai.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Dari pengertian tersebut bila kita kaitkan dengan peningkatan kualitas jasa layanan di perpustakaan maka harus dievakuasi adalah SDM sebagai pengelola perpustakaan, sistem yang ada di perpustakaan, bentuk layanan yang sudah kita berikan, sarana dan prasarana sebagai penunjang


(5)

layanan dan juga lingkungan yang mendukung agar terciptanya suasana yang menyenangkan di perpustakaan.

2.3 Perpustakaan

Dalam Undang-undang Replublik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab 1 Pasal 1, yaitu: “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka”. Lasa (2009: 263). Perpustakaan berasal dari kata pustaka yang artinya kitab atau buku. Perpustakaan adalah kumpulan atau bangunan fisik sebagai tempat buku dikumpulkan dan disusun menurut sistem tertentu atau keperluan pemakai (Lasa, 2007:12).

Perpustakaan adalah salah satu bentuk

organisasi sumber belajar yang menghimpun berbagai

informasi dalam bentuk buku yang dapat

dimanfaatkan oleh pemakai dalam upaya

mengembangkan kemampuan dan kecakapan

(Rosalin, 2008:19).

Sejalan dengan perkembangan zaman, pengertian perpustakaan secara berangsur-angsur barubah. Pada mulanya setiap ada kumpulan buku-buku koleksi yang dikelola secara rapi dan teratur disebut perpustakaan, tetapi karena adanya perkembangan teknologi modern dalam usaha pelestarian dan pengembangan informasi, maka koleksi perpustakaan


(6)

tidak hanya terbatas buku-buku saja tetapi juga beraneka ragam jenisnya.

Kata perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang berarti: (1) kitab, buku-buku, (2) kitab primbon. Kemudian kata pustaka mendapat awalan per- dan akhiran -an, menjadi perpustakaan. Perpustakaan mengandung arti: (1) kumpulan buku-buku bacaan, (2) bibliotek, dan (3) buku-buku kesusastraan (Kamus Besar Bahasa Indonesia-KBBI). Secara lebih konkrit perpustakaan dapat dirumuskan sebagai suatu unit kerja dari sebuah lembaga pendidikan yang berupa tempat penyimpanan koleksi buku-buku pustaka untuk menunjang proses pendidikan.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat

disimpulkan bahwa perpustakaan adalah tempat atau pusat sumber belajar dan sumber informasi bagi pemakainya. Perpustakaan bukan lagi sekedar sebuah gedung berisi buku-buku, maupun bangunan gedung

baru. Gambaran terkini tentang perpustakaan

seutuhnya tidak cukup dilihat dari fisik bangunan melainkan dari perkembangan layanan informasi perpustakaan tersebut.

2.3.1 Perpustakaan Sekolah

Menurut Standar Nasional Indonesia (2008:23) perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada pada lembaga pendidikan formal berada di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang merupakan bagian integral dari kegiatan sekolahyang bersangkuan, dan merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan.


(7)

Karmidi Martoatmojo (2009), perpustakaan sekolah adalah memberikan layanan kepada pembaca di sekolah meliputi, murid, guru, kepala sekolah, dan staf administrasi lainya juga diperkenankan memberikan layanan kepada wali murid. Hal ini akan memperkaya pengalaman guru dan memudahkan proses pendidikan dan pengajaran. Kerja sama yang baik antara guru dan pustakawan sangat didambakan. Dengan demikian guru akan terbiasa menggunakan perpustakaan, sehingga dapat memperkaya pengalaman dan mantap dalam penampilan.

Jadi kesimpulanya guru bersama pustakawan harus berusaha agar murid-murid juga membiasakan diri membaca di perpustakaan. Hal ini dimaksudka agar mereka dapat mencari informasi secara mandiri di perpustakaan. Kerja sama antara pustakawan dan orangtua murid juga harus dibina dan dikembangkan dalam rangka pembinaan perpustakaan.

Dengan menyediakan bahan pustaka dan ruang untuk membaca, diskusi, dan berbagai fasilitas untuk mengembangkan pengetahuan, guru akan dipacu untuk berpenampilan yang lebih baik danberwibawa. Kalau mereka sudah perpustakaan minded mereka akan dapat mengajak anak didik mereka menggunakan dan mencari informasi di perpustakaan.

2.4 Pengembangan Manajemen Layanan Perpustakaan

Karmidi Martoatmojo (2009), banyak upaya yang dapat dilakukan oleh pengelola perpustakaan, misalnya: (a) sikap ramah dan penampilan pustakawan yang


(8)

baik dalam memberikan pelayanan kepada pengguna; (b) menyediakan brosur tentang kegiatan yang ada di perpustakaan; (c) mengadakan berbagai perlombaan di perpustakaan. seperti lomba membuat puisi, lomba baca puisi, pidato, menggambar dsb; (d) mengadakan study tour bersama di perpustakaan; (e) mengundang tokoh masyarakat atau seorang pakar untuk ceramah, menceritakan pengalamannya dsb; (f) membuat jadwal kegiatan yang teratur, memetik dari bahan yang dimiliki perpustakaan; (g) berbagai kegiatan lainnya yang tidak termasuk di atas.

Pengelola perpustakaan diperlukan kemampuan manajemen yang baik, agar arah kegiatan sesuai dengan tujuan pendidikan sekolah. Pustakawan hendaknya bersifat proaktif dan suka membantu siswa yang kurang paham mengakses sebuah koleksi, ini merupakan tugasnya. Disamping itu pustakawan sekolah harus dapat menuntut siswa tersebut menemukan koleksi yang dicari dengan cara memberitahu yang termudah dan tercepat untuk menelusuri sebuah koleksi, sehingga siswa yang terbantu akan senag dan akan suka mengunjungi perpustakaan. Kemampuan manajemen itu juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan tujuan-tujuan yang berbeda dan mampu dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengetahuan dasar dalam mengelola perpustakaan agar berjalan dengan baik adalah ilmu manajemen, karena manajemen sangat diperlukan dalam berbagai kehidupan untuk mengatur langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh seluruh elemen dalam suatu perpustakaan. Oleh karena itu dalam proses manajemen diperlukan adanya proses perencanaan (planning),


(9)

pengorganisasian (organizing), kepemimpinan

(leadership), dan pengendalian (controlling).

Manajemen juga dimaksudkan agar elemen yang terlibat dalam perpustakaan mampu melakukan tugas dan pekerjaannya dengan baik dan benar.

Jadi strategi meningkatkan mutu layanan perpustakaan sekolah adalah suatu hal yang sangat perlu diperhatikan oleh pihak pengelola perpustakaan dengan mutu pelayanan yang prima, perpustakaan akan memperoleh banyak pengunjung dan penghargaan dari pengguna perpustakaan di sekolah tersebut khususnya dan masyarakat pada umumnya. Jika perpustakaan belum mendapatkan penghargaan tersebut berarti para pengelola perpustakaan harus bekerja lebih keras, agar pekerjaan itu berguna bagi para pengguna perpustakaan. upaya untuk meningkatkan mutu layanan perpustakaan sekolah tidak boleh dipisahkan dari kegiatan pustakawan sehari-hari.

Dari uraian di atas sangat jelas, bahwa pengelolaan perpustakaan sekolah dasar tidak bisa diserahkan kepada orang yang tidak tepat, karena akan berpengaruh terhadap pengelolaan koleksi bahan perpustakaan. Bahan perpustakaan tersebut akan menjadi sumber informasi bagi siswa dan guru dalam menunjangn kegiatan belajar mengajar. Jika koleksi sumber informasi dikelola oleh orang yang tepat, maka akan memudahkan dalam pencarian kembali dan pemanfaatannya sebagai sumber belajar.


(10)

2.4.1 Tahapan Proses Pengembangkan Layanan Perpustakaan

A. Perumusan Misi Perpustakaan

Misi perpustakaan sekolah adalah penjabaran visi dengan rumusan-rumusan kegiatan yang akan dilakukan dan hasilnya dapat dirasakan, diukur, dilihat, didengar atau dapat dibuktikan karena bersifat kasat mata (Lasa, 2007: 24).

Pernyataan visi dan misi akan menentukan tujuan perpustakaan dimasa yang akan datang dan membedakan dengan layanan lain. Tujuan dari perpustakaan sekolah adalah rumusan yang hendak dicapai oleh perpustakaan sekolah tersebut dalam waktu satu tahun terakhir. Hasil dari tujuan perpustakaan sekolah dapat diukur dengan jelas. Dalam menyusun perencanaan perpustakaan sekolah perlu memperhatikan kondisi yang ada secara internal dan eksternal. Secara internal adalah mengetahui

kekuatan dan kelemahan (the strengths and weaknesses) perpustakaan sekolah yaitu sedang memperhatikan kondisi perpustakaan sekolah, secara eksternal adalah melihat peluang dan ancaman (the

opportunities and threats) perpustakaan sekolah agar

bisa lebih berkembang lagi.

The strengths perpustakaan sekolah merupakan potensi yang ada di sekolah untuk lebih dikembangkan untuk memajukan perpustakaan sekolah. The strengths tersebut bisa kepala sekolah, tenaga perpustakaan (pustakawan), para guru yang


(11)

berdedikasi tinggi, input siswa yang berprestasi, serta kepedulian para orang tua murid dll.

The weaknesses perpustakaan sekolah tentunya sesuatu yang menjadi penghambat bagi kemajuan perpustakaan yang apabila tidak diatasi akan berkembang menjadi sebuah ancaman bagi perpustakaan. The weaknesses yang dimaksud antara lain kurangnya perhatian kepala sekolah, putakawan yang bukan berpendidikan perpustakaan, rendahnya anggaran, ruang yang sempit dan tidak memadahi, letak perpustakaan yang tidak strategis, kurangnya koleksi dll.

The opportunities perpustakaan sekolah adalah

kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan dalam kemajuan perpustakaan. The opportunities ini harus dicari oleh para pengelola perpustakaan sekolah agar keberadaan perpustakaan sekolah lebih dipentingkan sebagai bagian dari lembaga sekolah.

The threats perpustakaan sekolah merupakan segala sesuatu yang diperhitungkan akan menghambat pencapaian tujuan dari perpustakaan sekolah. Ancaman itu bisa dari dalam maupun

ancaman dari luar perpustakaan sekolah. Ancaman

dari dalam bisa rendahnya minat baca warga sekolah, malas meminjam buku-buku di perpustakaan, enggan ke perpustakaan, rendah anggaran dari sekolah dll.

Ancaman dari luar bisa karena maraknya warnet-warnet, tayangan televisi, lebih suka pergi ke mall atau jalan dll.


(12)

B. Analisa Lingkungan

Tujuan analisa lingkungan sekolah organisasi baik internal maupun eksternal adalah menghasilkan informasi yang sangat penting bagi kelangsungan dan kemakmuran organisasi. Yaitu informasi mengenai the strengths and weaknesses terkait dengan peluang dan

ancaman yang dihadapi. Analisa SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, 0pportunities and Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman).

Analisa SWOT merupakan identitas berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. Analisa SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan ancaman. Rangkutu (1999 dalam Master 2008) menggunakan SWOT kedalam matriks.

Tabel 2.1 Matrik SWOT

Faktor Internal Faktor

Eksternal

Strengths (S) Weaknesses (W)

Opportunities (O)

Strategi S-O The strengths to use opportunities

Strategi W-O Tackle

weaknesses to exploit

opportunities Thearts (T)

Strategi S-T use force in order to avoid threats

Strategi W-T minimize weaknesses to avoid weaknesses


(13)

Dari matrik SWOT tersebut diperoleh permasalahan atau isu strategi yang kemudian diidentifikasikan mengapa isu itu muncul, bagaimana keterkaitannya dengan mandat dan misi organisasi dan apa resikonya bila isu tersebut tidak atau belum diatasi.

C. Penetapan Saran Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Sasaran salah satunya adalah jangka panjang perpustakaan memerlukan konkretisasi. Salah satunya dengan melakukan perioditasi, antara lain dengan memetapkan sasaran tahunan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain : 1) harus adanya perumusan tujuan; 2) harus adanya pembagian tugas yang sesuai; 3) harus adanya pembagian kewenagan; 4) harus adanya pengaturan jalur komando dan koordinasi melalui struktur organisasi.

Dengan adanya struktur organisasi akan mengatur garis wewenang dan tanggung jawab pada masing-masing posisi di perpustakaan sekolah. Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lainnya dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur


(14)

organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa.

D. Perumusan Kebijaksanaan

Kebijaksanaan adalah suatu teknik atau strategi tertentu dalam mencapai suatu tujuan (Asmara Raksasatya dalam M.Irfan Islamy, 2002). Kebijakan dimaksudkan sebagai standar operasional yang baku untuk meningkatkan efektivitas kerja para pengelola perpustakaan yang diharapkan untuk pencapaian tujuan dan berbagai sasaran baik jangka pendek maupun jangka panjang.

E. Penciptaan Sistem Pengawasan

Pengawasan adalah suatu proses untuk memastikan bahwa aktivitas aktual pelaksanaan sesuai dengan yang telah direncanakan (Lesa Hs :2007). Sedangkan pengendalian mencatat perkembangan ke arah tujuan dan memungkinkan manajer mendeteksi penyimpanan dari perencanaan tepat pada waktunya, guna mengambil tindakan koreksi sebelum terlambat adalah proses dari pengendalian.

Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan


(15)

untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka perencanaan yang diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi dan berjalan dengan baik.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan

sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

F. Penciptaan Sistem Umpan Balik

Dalam setiap semua jenis kegiatan yang berlangsung dalam suatu organisasi diperlikan umpan balik. Dalam manajemen puncak sangat berkepentingan memperoleh umpan balik tentang


(16)

bagaimana strategi yang telah ditetapkan diimplementasikan. Dengan umpan balik yang faktual, tepat waktu dan obyektif manajemen puncak memperoleh pengetahuan tentang segi-segi keberhasilan dan kelemahannya.

Menilai dan mengevaluasi program kearah tujuan, jika diperlukan adayan perevisian tujuan dan program tersebu. Dalam setiap semua jenis kegiatan yang berlangsung dalam suatu organisasi diperlikan umpan balik. Dalam manajemen puncak sangat berkepentingan memperoleh umpan balik tentang bagaimana strategi yang telah ditetapkan diimplementasikan. Dengan umpan balik yang faktual, tepat waktu dan obyektif manajemen puncak memperoleh pengetahuan tentang segi-segi keberhasilan dan kekurangannya, atau bahkan kegagalannya. Sekaligus dapat diketahui faktor-faktor penyebabnya, hal-hal apa saja yang perlu yang dikoreksi dimasa yang akan datang, hal-hal apa yang bisa dijadikan modal dimasa depan yang pada gilirannya dimanfaatkan dalam melakukan proses manajemen strategi berikutnya.

2.4.2 Analisa Faktor Internal

Analisa Faktor Internal adalah analisis yang menilai prestasi kerja atau kinerja yang merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi.


(17)

Tabel 2.2 Analisa Faktor Internal Faktor

Internal Bobot Rating

Skor Pembobotan

Kekuatan (Strenght/S): 1. Kekuatan 1 2. Kekuatan 2

Bobot Kekuatan 1 Bobot Kekuatan 2 Rating Kekuatan 1 Rating Kekuatan 2

Jumlah S A B

Kelemahan (Weaknes/W): 1. Kelemahan 1 2. Kelemahan 2

Bobot Kelemahan 1 Bobot Kelemahan 2 Rating Kelemahan 1 Rating Kelemahan 2

Jumlah T C D

Total (a+c)=1 (b+d)

2.4.3 Analisa Faktor Eksternal

Analisa Faktor Strategi Eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kecendrungan yang muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi (Rangkuti: 2008) dengan langkah berikut: (1) menyusun faktor peluang dan ancaman; (2) Memberikan bobot masing-masing faktor mulai 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategi yang berupa peluang dan ancaman ini harus berjumlah 1; (3) Menghitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberi skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai 1 (sangat tidak baik) berdasarkan faktor pengaruh tersebut pada kondisi organisasi. (4) Mengalikan bobot dengan rating. Hasilnya adalah skor pembobotan untuk masing-masing faktor. (5) Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakka posisi organisasi pada diagram analisis SWOT.

Tabel 2.3 Analisa Faktor Eksternal Faktor

Eksternal Bobot Rating

Skor Pembobotan

Peluang

(Opportunities/O): 1. Peluang 1

2. Peluang 2

Bobot Peluang 1 Bobot Peluang 2 Rating Peluang 1 Rating Peluang 2


(18)

Sambungan Analisa Faktor Eksternal

Faktor Strategi Eksternal

Bobot Rating

Skor Pembobotan

Ancaman (Threats/T): 1. Ancaman 1 2. Ancaman 2

Bobot Ancaman 1 Bobot Ancaman 2

Rating Ancaman 1 Rating Ancaman 2

Jumlah T C D

Total (a+b) (b+d)

Dari gambar dapat dilihat tahapan pertama yang dilakukan dalam perencanaan strategi yaitu penyusunan visi, misi dan tujuan suatu organisasi. Visi, misi serta tujuan inilah dasar pengambilan

keputusan serta sebagai pedoman untuk

menyeimbangkan ke penilaian lingkungan. Penilaian lingkungan secara eksternal dan internal dilakukan dengan analisis SWOT untuk menyimpulkan kekuatan serta kelemahan, peluang serta ancaman yang terjadi. Tahapan tersebut akan menghasilkan isu-isu strategis yang berkaitan dengan kinerja, layanan serta kualitas pengembangan perpustakaan. Tahapan berikutnya melakukan formulasi strategi atau pemilihan dan penyusunan strategi berdasarkan isu-isu tadi yang telah di identifikasi dan akhirnya diterapkan diperpustakaan.

2.5 Penelitian Yang Relevan

Sulaiman (2006), tesis tentang Peran Perpustakaan Pesantren Terhadap Pendidikan Modern

di Ponpes Jatimu. Hasil dari penelitian ini menyatakan

bahwa perpustakaan pesantren merupakan jantung

pesantren dan tolak ukur mutu tidaknya suatu pesantren. Dalam kedudukan sebagai pengemban


(19)

martabat pesantren, perpustakaan harus menjalankan semua kegiatan yang sesuai dengan fungsi, program dan tujuan pesantren bernaung. Bimbingan dan bantuan pimpinan pesantren, kerjasama dari para pengajar dan santri merupakan syarat yang diperlukan sehingga perpustakaan dapat membina diri menjadi pusat kegiatan pendidikan dan aktivitas ilmiah.

Rurid Nur Varida (2009) penelitian dengan judul

Kondisi Minat Baca Siswa di SD Negeri Tajem Depok

Sleman Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini

menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka, dengan obyek penelitian minat baca siswa. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kondisi minat baca siswa di SD Negeri Tajem Depok Sleman Yogyakarta sudah baik. Minat baca siswa di SD Negeri Tajem Depok Sleman Yogyakarta dipengaruhi faktor internal yaitu usia, jenis kelamin, intelegensi, ketrampilan membaca, kemampuan bahasa dan konsep diri pembaca bahwa ia merasa perlu membaca, yakni untuk memperoleh informasi baru, sedangkan faktor eksternal meliputi ketersediaan buku bacaan, faktor lingkungan (suasana tenang/tidak gaduh, nyaman) dan faktor sosial (guru, teman, orang tua dan ekonomi keluarga). Kemudian faktor penghambat minat baca siswa adalah faktor fasilitas, dan faktor biaya. Usaha penggerak sekolah dalam meningkatkan minat baca siswa adalah dengan memberikan program wajib membaca, memperhatikan dan memotivasi


(20)

kegiatan membaca siswa, guru dapat mengelola kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam program pengajaran membaca, guru menugaskan siswa membuat sinopsis, membentuk kelompok membaca di kelas, dan memberikan pengenalan tentang perpustakaan dan memberikan pengertian pada siswa akan pentingnya membaca.

Anugrah Pramana (2011) penelitian dengan judul

Strategi Pustakawan dalam Menumbuhkan Minat Baca

Siswa di SD Negeri Glagah Janturan Yogyakarta. Hasil

dari penelitian ini memperlihatkan bahwa strategi pustakawan dalam menumbuhkan minat baca siswa di SD Negeri Glagah, Janturan, Yogyakarta meliputi: (a) mengadakan jam wajib kunjung perpustakaan untuk semua kelas SD Negeri Glagah, (b) pelayanan pembaca dan peminjam dengan sistem komputerisasi dan berbasis perpustakaan digital, (c) peningkatan koleksi yang lebih menarik dan terbaru serta sarana dan prasarana perpustakaan, (d) menjadikan ruang perpustakaan yang nyaman dan menarik layaknya tempat bermain anak-anak supaya siswa-siswa lebih betah di perpustakaan, (e) kolaborasi antara kepala sekolah, guru kelas dan pustakawan, (f) pengembangan minat baca dengan cara mengadakan berbagai kegiatan yang dipusatkan di perpustakaan sekolah seperti lomba lukis, jam wajib kunjung, dan penulisan resensi buku. Kendala utama yang dihadapi pustakawan SD Negeri Glagah, Janturan, Yogyakarta dalam menumbuhkan minat baca adalah waktu kunjungan yang sangat terbatas. Kendala ini dapat dihadapi

melalui kerja sama yang baik antara pustakawan, guru kelas, dan kepala sekolah. Saran yang diberikan

untuk SD Negeri Glagah yaitu menambah jam wajib kunjung perpustakaan untuk semua kelas.


(21)

Andi Kuswara (2007) yang berjudul Strategi Promosi di Kantor Perpustakaan Umum Kabupaten

Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kegiatan strategi promosi yang dilakukan oleh Kantor perpustakaan Umum Kabupaten Bantul. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yang dilakukan bahwa Kantor Perpustakaan Umum Kabupaten Bantul dalam mepromosikan perpustakaan dengan sekedar memberikan informasi dan mengingatkan kembali kepada masyarakat akan keberadaan produk atau layanan perpustakaan dengan tujuan agar perpustakaan lebih memasyarakat. Kaitan antara penelitian tersebut diatas dengan penelitian ini adalah adanya teori mengenai minat baca.

Samosir (2004) dengan judul penelitian pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan mahasiswa dalam menggunakan Perpustakaan USU Medan. Metode penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan persepsi pengguna terhadap kualitas jasa layanan perpustakaan dalam lima dimensi yaitu kehandalan, ketanggapan, jaminan , empati, dan bukti fisik. Diperoleh melalui kuesioner dari 393 responden yang dijadikan sampel. Hasilnya membuktikan bahwa kualitas pelayanan secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan


(22)

mahasiswa, secara parsial dimensi bukti langsung, kehandalan, ketanggapan dan empati berpengaruh signifikan terhadap kepuasan mahasiswa, sedangkan dimensi jaminan tidak berpengaruh secara signifikan 2.6 Kerangka Berfikir

Berdasarkan landasan teori di atas terlihat bahwa strategi pelayanan di perpustakaan perlu ditingkatkan. Pustakaan untuk menyiapkan strategi-strategi yang dapat menarik para pengguna untuk berkunjung ke perpustakaan. Penerapan perencanaan strategi pada perpustakaan akan membantu pustakawan dalam melihat secara obyektif berbagai kondisi internal dan eksternal sehingga dapat mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi. Selain itu, dengan penerapan perencanaan strategis, perpustakaan juga dapat mendayagunakan seoptimak mungkin sumber daya yang dimilikinya.

Secara garis besar kerangka berfikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(23)

Tahap Perencanaan Strategi

Visi, Misi Penilaian dan lingkungan Tujuan

Pelaksanan Analisis

Strategi SWOT

Hasil

Akhir

Gambar 2.1 Alur penilitian

Berdasarkan gambaran di atas, tahap (1) Menentukan Visi, Misi dan Tujuan organisasi; (2) Melakukan penilaian lingkungan, peneliti pemeriksaan terhadap lingkungan Internal dan eksternal (3) kemudian menganalisis menggunakan Analisis SWOT guna mengetahui faktor-faktor yang akan terjadi. Tahapan ini nantinya akan menimbulkan isu-isu srtrategi yang disusun berdasarkan kombinasi faktor internal dan eksternal; (4) Melaksanakan rumuskan strategi, yaitu melakukan penerapan strategi yang telah dipilih; (5) Hasil akhir dari pelaksanaan.

Proses perencanaan dalam penelitian ini dilakukan hanya dari tahap penelitian lingkungan sampai dengan tahap formulasi strategi. Tahap


(24)

penelitian visi, misi dan tujuan perpustakaan dalam penelitian ini tidak dilakukan karena perpustakaan SDN Turitempel telah mempunyai visi, misi dan tujuan sendiri. Sedang tahap implementasi akan dilakukan di luar penelitian ini.


(1)

martabat pesantren, perpustakaan harus menjalankan semua kegiatan yang sesuai dengan fungsi, program dan tujuan pesantren bernaung. Bimbingan dan bantuan pimpinan pesantren, kerjasama dari para pengajar dan santri merupakan syarat yang diperlukan sehingga perpustakaan dapat membina diri menjadi pusat kegiatan pendidikan dan aktivitas ilmiah.

Rurid Nur Varida (2009) penelitian dengan judul

Kondisi Minat Baca Siswa di SD Negeri Tajem Depok Sleman Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka, dengan obyek penelitian minat baca siswa. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kondisi minat baca siswa di SD Negeri Tajem Depok Sleman Yogyakarta sudah baik. Minat baca siswa di SD Negeri Tajem Depok Sleman Yogyakarta dipengaruhi faktor internal yaitu usia, jenis kelamin, intelegensi, ketrampilan membaca, kemampuan bahasa dan konsep diri pembaca bahwa ia merasa perlu membaca, yakni untuk memperoleh informasi baru, sedangkan faktor eksternal meliputi ketersediaan buku bacaan, faktor lingkungan (suasana tenang/tidak gaduh, nyaman) dan faktor sosial (guru, teman, orang tua dan ekonomi keluarga). Kemudian faktor penghambat minat baca siswa adalah faktor fasilitas, dan faktor biaya. Usaha penggerak sekolah dalam meningkatkan minat baca siswa adalah dengan memberikan program wajib membaca, memperhatikan dan memotivasi


(2)

kegiatan membaca siswa, guru dapat mengelola kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam program pengajaran membaca, guru menugaskan siswa membuat sinopsis, membentuk kelompok membaca di kelas, dan memberikan pengenalan tentang perpustakaan dan memberikan pengertian pada siswa akan pentingnya membaca.

Anugrah Pramana (2011) penelitian dengan judul

Strategi Pustakawan dalam Menumbuhkan Minat Baca Siswa di SD Negeri Glagah Janturan Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa strategi pustakawan dalam menumbuhkan minat baca siswa di SD Negeri Glagah, Janturan, Yogyakarta meliputi: (a) mengadakan jam wajib kunjung perpustakaan untuk semua kelas SD Negeri Glagah, (b) pelayanan pembaca dan peminjam dengan sistem komputerisasi dan berbasis perpustakaan digital, (c) peningkatan koleksi yang lebih menarik dan terbaru serta sarana dan prasarana perpustakaan, (d) menjadikan ruang perpustakaan yang nyaman dan menarik layaknya tempat

bermain anak-anak supaya siswa-siswa lebih betah di

perpustakaan, (e) kolaborasi antara kepala sekolah, guru kelas dan pustakawan, (f) pengembangan minat baca dengan cara mengadakan berbagai kegiatan yang dipusatkan di perpustakaan sekolah seperti lomba lukis, jam wajib kunjung, dan penulisan

resensi buku. Kendala utama yang dihadapi pustakawan

SD Negeri Glagah, Janturan, Yogyakarta dalam menumbuhkan minat baca adalah waktu kunjungan yang sangat terbatas. Kendala ini dapat dihadapi melalui kerja sama yang baik antara pustakawan, guru kelas, dan kepala sekolah. Saran yang diberikan

untuk SD Negeri Glagah yaitu menambah jam wajib kunjung perpustakaan untuk semua kelas.


(3)

Andi Kuswara (2007) yang berjudul Strategi Promosi di Kantor Perpustakaan Umum Kabupaten Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan strategi promosi yang dilakukan oleh Kantor perpustakaan Umum Kabupaten Bantul. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yang dilakukan bahwa Kantor Perpustakaan Umum Kabupaten Bantul dalam mepromosikan perpustakaan dengan sekedar memberikan informasi dan mengingatkan kembali kepada masyarakat akan keberadaan produk atau layanan perpustakaan dengan tujuan agar perpustakaan lebih memasyarakat. Kaitan antara penelitian tersebut diatas dengan penelitian ini adalah adanya teori mengenai minat baca.

Samosir (2004) dengan judul penelitian pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan mahasiswa dalam menggunakan Perpustakaan USU Medan. Metode penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan persepsi pengguna terhadap kualitas jasa layanan perpustakaan dalam lima dimensi yaitu kehandalan, ketanggapan, jaminan , empati, dan bukti fisik. Diperoleh melalui kuesioner dari 393 responden yang dijadikan sampel. Hasilnya membuktikan bahwa kualitas pelayanan secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan


(4)

mahasiswa, secara parsial dimensi bukti langsung, kehandalan, ketanggapan dan empati berpengaruh signifikan terhadap kepuasan mahasiswa, sedangkan dimensi jaminan tidak berpengaruh secara signifikan

2.6 Kerangka Berfikir

Berdasarkan landasan teori di atas terlihat bahwa strategi pelayanan di perpustakaan perlu ditingkatkan. Pustakaan untuk menyiapkan strategi-strategi yang dapat menarik para pengguna untuk berkunjung ke perpustakaan. Penerapan perencanaan strategi pada perpustakaan akan membantu pustakawan dalam melihat secara obyektif berbagai kondisi internal dan eksternal sehingga dapat mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi. Selain itu, dengan penerapan perencanaan strategis, perpustakaan juga dapat mendayagunakan seoptimak mungkin sumber daya yang dimilikinya.

Secara garis besar kerangka berfikir penelitian ini


(5)

Tahap Perencanaan Strategi

Visi, Misi Penilaian dan lingkungan Tujuan

Pelaksanan Analisis

Strategi SWOT

Hasil

Akhir

Gambar 2.1 Alur penilitian

Berdasarkan gambaran di atas, tahap (1) Menentukan Visi, Misi dan Tujuan organisasi; (2) Melakukan penilaian lingkungan, peneliti pemeriksaan terhadap lingkungan Internal dan eksternal (3) kemudian menganalisis menggunakan Analisis SWOT guna mengetahui faktor-faktor yang akan terjadi. Tahapan ini nantinya akan menimbulkan isu-isu srtrategi yang disusun berdasarkan kombinasi faktor internal dan eksternal; (4) Melaksanakan rumuskan strategi, yaitu melakukan penerapan strategi yang telah dipilih; (5) Hasil akhir dari pelaksanaan.

Proses perencanaan dalam penelitian ini dilakukan hanya dari tahap penelitian lingkungan sampai dengan tahap formulasi strategi. Tahap


(6)

penelitian visi, misi dan tujuan perpustakaan dalam penelitian ini tidak dilakukan karena perpustakaan SDN Turitempel telah mempunyai visi, misi dan tujuan sendiri. Sedang tahap implementasi akan dilakukan di luar penelitian ini.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Pelayanan Perpustakaan di Sekolah Dasar Negeri Turitempel T2 942014032 BAB IV

0 0 41

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Pelayanan Perpustakaan di Sekolah Dasar Negeri Turitempel T2 942014032 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Pelayanan Perpustakaan di Sekolah Dasar Negeri Turitempel

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Pelayanan Perpustakaan di Sekolah Dasar Negeri Turitempel

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Pelayanan Perpustakaan di Sekolah Dasar Negeri Turitempel T2 942014032 BAB I

0 0 9

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kualitas Pelayanan Perpustakaan Sekolah Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) Studi Di SMA Negeri 2 Salatiga T2 BAB II

0 0 28

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar T2 BAB II

0 0 28

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Pengembangan Komponen Standar Perpustakaan Sekolah Di SMA Negeri 12 Semarang T2 BAB II

0 0 30

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Pembelajaran Melalui Manajemen Biaya Operasional Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Mijen ebonagung Demak T2 BAB II

0 2 43

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Kedongori ecamatan Dempet Demak T2 BAB II

0 0 18