Pengertian Pengembangan Diri Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Pengembangan Diri Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Dabin I Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang T2 942009046 BAB II

13 sehat, sementara jika terjadi perbedaan-perbedaan yang signifikan diantara ketiga “aku” tersebut merupakan gambaran dari ketidakutuhan dan ketidaksehatan kepribadian. Dengan memperhatikan dasar teoritik tersebut di atas, kita bisa melihat arah dan hasil yang diharapkan dari kegiatan Pengembangan Diri di sekolah yaitu terbentuknya keyakinan, sikap, perasaan dan cita-cita para peserta didik yang realistis, sehingga peserta didik dapat memiliki kepribadian yang sehat dan utuh.

B. Pengertian Pengembangan Diri

Terdapat perbedaan mendasar antara ideologi humanis dan behavioris dalam hal tingkat pilihan tentang perubahan yang terjadi pada manusia selama hidupnya. Hal ini menyangkut „freewill’ atau kehendak bebas manusia dalam pengambilan keputusan. Menurut ideologi humanis, individu bebas mengaktualisasi diri dalam perkembangan hidupnya menuju beberapa tujuan akhir, sedangkan teori behavioris berusaha mengurangi pentingnya kehendak bebas dalam pengambilan keputusan yang mengatur tindakan individu. Selanjutnya pengertian Pengembangan Diri lebih banyak berkembang menurut humanis seperti dikatakan McNeil 1979, bahwa “pengembangan” mengacu pada gerakan-gerakan dari waktu ke waktu ke arah kompleksitas organisasi dari 14 organisme hidup. Hal ini mengingatkan pernyataan Piaget tentang bagaimana anak berkembang untuk memahami dunia. Untuk mengembangkan suatu pengertian, anak menggunakan proses yang didefinisikan sebagai asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses masuknya informasi baru disesuaikan dengan pemahaman yang sudah ada dan akomodasi berkaitan dengan memodifikasi ide- ide lama untuk menghasilkan pengetahuan yang baru. Penerapan pendekatan humanis untuk Pengembangan Diri juga terlihat dalam karya Steven Covey dalam bukunya The Seven Habit of Effektive People. Menurut Covey 1993, Pengembangan Diri merupakan proses pembaruan. Covey menyebutnya sebagai konsep asah gergaji. Proses tersebut meliputi empat bentuk perkembangan yaitu fisik, spiritual, mental dan sosio-emosional. Perkembangan fisik peserta didik usia SDMI meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan, perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot dan lemak. Perkembangan fisik anak dipengaruhi oleh faktor keturunan dalam keluarga, jenis kelamin, gizi dan kesehatan, status sosial ekonomi, gangguan emosional, dan lain-lain. Pertumbuhan dan perkembangan fisik tubuh ini secara langsung akan menentukan keterampilan bergerak anak, dan 15 secara tidak langsung akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan memandang orang lain, serta mempengaruhi cara anak melakukan penyesuaian dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Terdapat perbedaan dalam pertambahan tinggi dan berat, namun umumnya mengikuti hukum arah perkembangan. Pada peserta didik di kelas V dan VI, terjadi perubahan fisik yang sangat pesat disebabkan oleh kematangan kelenjar dan hormon yang berkaitan dengan pertumbuhan seksual. Perubahan ini mengakibatkan anak mengalami ketidakseimbangan, menarik diri, bersikap negatif, kurang percaya diri, perubahan minat dan aktivitas. Di sini pendidik harus lebih cermat dan memberikan perhatian lebih, artinya pendidik harus lebih banyak melakukan pendekatan supaya anak didik terarah dan dapat memperoleh apa yang anak didik cita -citakan. Aspek perkembangan fisik diantaranya adalah perkembangan motorik. Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi Hurlock: 1998. Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baru terjadi perkembangan motorik halus. Untuk anak SD yang rata-rata sudah berusia 16 diatas 6 tahun tentunya telah berada pada taraf ini. Untuk itu perlu diberikan kegiatan yang dapat mengembangkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada peserta didik usia SDMI keterampilan motorik meliputi keterampilan tangan dan kaki. Selain perkembangan fisik dan motorik, Hurlock 1997 mengemukakan ada empat keterampilan dasar yang perlu dikuasai anak SDMI pada masa anak akhir yaitu keterampilan menolong diri sendiri, keterampilan menolong orang lain sosial, keterampilan bermain, dan keterampilan bersekolah skolastik. Menurut Covey 1993, pembaruan fisik ini dapat dilakukan dengan olah raga, asupan nutrisi dan pengelolaan stres. Selanjutnya tentang pembaruan spiritual, Covey 1993 menyebutkan bahwa pembaruan spiritual dapat diraih melalui penjelasan tentang nilai dan komitmen, melakukan studi atau kajian dan berkontemplasi. Dimensi mental dapat diperbarui melalui kegiatan membaca, melakukan visualisasi, membuat perencanaan dan menulis. Adapun dimensi sosio-emosional diasah melalui pemberian pelayanan, bersikap empati, melakukan sinergi dan menumbuhkan rasa aman dalam diri. Perkembangan sosio-emosional anak SD berada pada tahap “masa sekolah School Age” yang ditandai adanya kecenderungan industry –inferiority. Pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk 17 mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di lain pihak karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri Erikson dalam Sukmadinata, 2005. Oleh karena itu di sekolah-sekolah perlu diadakan layanan bimbingan dan konseling serta kegiatan yang dapat mengembangkan aspek-aspek mental, spiritual, dan sosio-emosional anak, misalnya kegiatan Pengembangan Diri. Dalam proses Pengembangan Diri diperlukan keseimbangan dan sinergi untuk mencapai hasil optimal sebagaimana yang diharapkan. Pengembangan Diri tidak muncul begitu saja. Untuk meraihnya, diperlukan latihan dengan pola spiral ke atas. Pola ini melatih untuk bergerak ke atas sepanjang spiral secara terus-menerus. Pola spiral ini memaksa untuk melalui tiga tahap kegiatan yakni belajar, berkomitmen, dan berbuat. Latihan ini harus terus-menerus berjalan secara berulang- ulang sampai kualitas dan produktivitas diri manusia menjadi semakin tinggi Covey, 1993. Pengertian Pengembangan Diri dalam struktur kurikulum, mengacu pada landasan adanya program Pengembangan Diri, yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 butir 6 yang 18 mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik, Pasal 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, dan Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, dan Pasal 12 Ayat 1b yang menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 5 s.d Pasal 18 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. 3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat Pengembangan Diri peserta didik dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan difasilitasi danatau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan. 4. Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2004 untuk memberi arah pengembangan profesi konseling di sekolah dan di luar sekolah. 19 Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 disebutkan bahwa muatan kurikulum mencakup tiga hal yaitu mata pelajaran, muatan lokal dan Pengembangan Diri. Pengembangan Diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan Diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan Pengembangan Diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan Pengembangan Diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik. Untuk memperjelas dalam pelaksanaan Pengembangan Diri di sekolah-sekolah, Pusat Kurikulum membuat buku panduan untuk masing- masing jenjang pendidikan yaitu buku Model dan Contoh Program Pengembangan Diri untuk SDMI, SMPMTs, SMAMA, SMK yang terbit pada tahun 2007. Buku ini memberi contoh bagi konselor guru pembimbing, guru, dan atau tenaga kependidikan lainnya di sekolahmadrasah untuk menyusun program, melaksanakan, menilai dan melaporkan kegiatan Pengembangan Diri yang mencakup 20 kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Menurut buku “Model dan Contoh Pengembangan Diri Sekolah Dasar” terbitan Puskur Balitbang Depdiknas 2007, Pengembangan Diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolahmadrasah. Kegiatan Pengembangan Diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstrakurikuler yang dipilih sesuai kebutuhan dan kemampuan sekolah. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. Kegiatan Pengembangan Diri yang berupa pelayanan konseling difasilitasidilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya. Pengembangan Diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler dapat mengembangkan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. 21 Menurut Sudrajat 2008, bahwa kegiatan Pengembangan Diri seyogyanya lebih banyak dilakukan di luar jam reguler jam efektif, melalui berbagai jenis kegiatan Pengembangan Diri. Di bawah bimbingan guru maupun orang lain yang memiliki kompetensi di bidangnya, kegiatan Pengembangan Diri dapat pula dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di luar jam efektif yang bersifat temporer, seperti mengadakan diskusi kelompok, permainan kelompok, bimbingan kelompok, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat kelompok. Selain dilakukan melalui kegiatan yang bersifat kelompok, kegiatan Pengembangan Diri dapat dilakukan pula melalui kegiatan mandiri, misalnya seorang siswa diberi tugas untuk mengkaji buku, mengunjungi narasumber atau mengunjungi suatu tempat tertentu untuk kepentingan pembelajaran dan Pengembangan Diri siswa itu sendiri. Hal yang fundamental dalam kegiatan Pengembangan Diri bahwa pelaksanaan Pengembangan Diri harus terlebih dahulu diawali dengan upaya untuk mengidentifikasi kebutuhan, bakat dan minat, yang dapat dilakukan melalui teknik tes tes kecerdasan, tes bakat, tes minat dan sebagainya maupun non tes skala sikap, inventori, observasi, studi dokumenter, wawancara dan sebagainya. Dalam hal ini, peranan bimbingan dan konseling menjadi amat penting, melalui kegiatan aplikasi instrumentasi data dan himpunan data, 22 bimbingan dan konseling seyogyanya dapat menyediakan data yang memadai tentang kebutuhan, bakat, minat serta karakteristik peserta didik lainnya. Data tersebut menjadi bahan dasar untuk penyelenggaraan Pengembangan Diri di sekolah, baik melalui kegiatan yang bersifat temporer, kegiatan ekstra kurikuler, maupun melalui layanan bimbingan dan konseling itu sendiri Sudrajat, 2008. Menurut Sudrajat 2008 pula, yang harus diperhatikan bahwa kegiatan Pengembangan Diri tidak identik dengan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling tetap harus ditempatkan sebagai bagian integral sistem pendidikan di sekolah dengan keunikan karakteristik pelayanannya. Dari uraian di atas, tampak bahwa kegiatan Pengembangan Diri akan mencakup banyak kegiatan sekaligus juga banyak melibatkan orang, oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan pengorganisasian tersendiri. Namun secara prinsip, pengelolaan dan pengorganisasian Pengembangan Diri betul-betul diarahkan untuk melayani seluruh siswa agar dapat mengembangkan dirinya secara optimal, sesuai bakat, minat, dan kebutuhannya masing-masing dan Pengembangan Diri menjadi wilayah garapan bersama antara komponen pembelajaran dan komponen Bimbingan dan Konseling di sekolah dengan keunikan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. 23 Jadi yang dimaksud Pengembangan Diri dalam penelitian ini adalah proses perubahan yang meliputi aspek fisik, spiritual, mental dan sosio- emosional pada siswa di sekolah dasar dengan melalui kegiatan-kegiatan di luar mata pelajaran yang dapat mengembangkan potensi, bakat, dan minat siswa secara optimal.

C. Keberhasilan dalam Hidup

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Pelayanan Perpustakaan di Sekolah Dasar Negeri Turitempel T2 942014032 BAB II

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Pelayanan Perpustakaan di Sekolah Dasar Negeri Turitempel T2 942014032 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Pengembangan Diri Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Dabin I Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Pengembangan Diri Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Dabin I Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang T2 942009046 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Pengembangan Diri Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Dabin I Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang T2 942009046 BAB IV

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Pengembangan Diri Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Dabin I Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang T2 942009046 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Pengembangan Diri Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Dabin I Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

0 1 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Kepala Sekolah SD di Dabin III Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo T2 942013018 BAB II

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Kepala Sekolah SD di Dabin III Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo T2 942013018 BAB I

0 0 10

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru Sekolah Dasar Kabupaten Wonosobo T2 BAB II

0 1 27