11
BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang agar bersedia
mengikuti bimbingannya atau ajakannya dalam mengambil keputusan tertentu Larson, 2009.
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang- orang ke arah pencapain tujuan organisasi Yulk,
1998. Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi kelompok kearah
pencapaian tujuan oraganisasi Mulyasa, 2004. Dalam teori kepemimpinan, Larson 2009 menyatakan bahwa
kepemimpinan adalah produk dari interaksi diantara individu-individu dalam kelompok dan bukan status
atau posisi dari idividu. Dari empat definisi tersebut, ide pokoknya ialah:
1 kepemimpinan merupakan suatu kegiatan atau
proses; 2
kepemimpinan mengadung konsep pengaruh, dalam arti pengikutnya akan taat, dan mengikuti apa yang
dikehendaki pemimpinnya; 3
pegaruhnya dapat berupa perintah, arahan, persuasi, atau stimulasi;
4 terdapat dua pelaku, yaitu pemimpin dan pengikut;
12 5
prosesnya diarahkan ke suatu hasil, yaitu pencapaian tujuan, dan
6 kegiatan kepemimpinan berada dalam variabel
situasional. Dari bebeapa definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan selalu melibatkan unsur pemimpin, pengikut, dan konteks. Ketiadaan salah satu
dari ketiga unsur tersebut akan menghilangkan esensi wacana kepemimpinan, yang adanya akhirnya
ketiadaan esensi pemimpin itu sendiri. Sementara Locke 1997 dalam Harsiwi 2003 melukiskan
kepemimpinan sebagai suatu proses membujuk inducing orang-orang lain menuju sasaran bersama.
Definisi tersebut mencakup tiga elemen berikut: 1
Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi relation concept
Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain para pengikut. Apabila tidak ada
pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa para pemimpin
yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berrelasi dengan para
pengikut mereka. 2
Kepemimpinan merupakan suatu proses Agar bisa memimpin, pemimpin harus melakukan
sesuatu. Seperti telah di observasi oleh John Gerdner 1986-1988, kepemimpinan lebih dari
13 sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi
otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar
menduduki posisi itu tidak menandai sesorang untuk menjadi pemimpin.
3 Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain
untuk mengambil tindakan Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai
cara, seperti menggunkan otoritas yang terlegitimasi, meciptakan model menjadi teladan, penetapan
sasaran, memberi imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan
visi.
2.2. Kepemimpinan transformasional