5.1.4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kontrol Tekanan Darah pada Hipertensi
Dari hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda menunjukkan variabel yang berhubungan secara bermakna dengan kontrol
tekanan darah adalah riwayat DM p=0,015, jenis kelamin laki-laki p=0,009, golongan obat hipertensi p=0,030, dan kadar kreatin kinase p=0,0001 Tabel
5.5.
Tabel 5.5. Analisis Multivariat F aktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kontrol
Tekanan Darah pada Hipertensi
Variabel B
SE p
OR 95 CI
Lower Upper
Riwayat DM 1,991
0,819 0,015
7,322 1,469
36,493 Golongan obat
0,395 0,182
0,030 1,484
1,040 2,119
CK 0,039
0,010 0,0001
1,040 1,019
1,062 Jenis kelamin laki-laki
1,614 0,619
0,009 5,024
1,493 16,911
Konstanta -8,309
1,929 0,0001
0,000
5.2. Pembahasan
Sistem kreatin kinase berperan penting pada jaringan yang memiliki tingkat variabel pergantian ATP yang tinggi; termasuk otot rangka, sistem
kardiovaskular, otak, dan ginjal. Pada jaringan tersebut enzim CK menyediakan ATP untuk kontraksi otot dan transpor ion Brewster et al. 2012. Aktivitas CK
serum yang tinggi merupakan faktor genetik yang menjelaskan tekanan darah lebih tinggi dijumpai pada kulit hitam, suatu subgroup populasi dengan
prevalensi hipertensi dan komplikasi yang lebih besar. Respons kontraksi diperkirakan ditingkatkan melalui peningkatan ketersediaan ATP untuk
kontraktilitas kardiovaskular, retensi natrium ginjal, dan penipisan kapiler otot rangka Brewster, Clark van Montfrans 2000.
Enzim CK diekspresi dalam jumlah berlimpah pada mitokondria dan sitosol. Pada mitokondria, CK memfasilitasi pembentukan kreatin fosfat, yang
ditransfer oleh CK menuju lokasi subselular yang memerlukan kebutuhan energi
Universitas Sumatera Utara
tinggi. Didaerah ini, CK secara kuat terikat pada enzim-enzim yang menggunakan ATP seperti Na
+
K
+
-ATPase, Ca
2+
Hasil dari studi potong lintang ini melibatkan 82 subjek penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok hipertensi terkontrol
dan hipertensi tidak terkontrol berdasarkan nilai rerata CK, jenis kelamin, dan jumlah obat hipertensi, dimana lebih banyak jumlah subjek hipertensi tidak
terkontrol mengkonsumsi dua atau lebih jenis obat hipertensi 92,7 dibandingkan subjek hipertensi terkontrol 78.
-ATPase pada membran dan MLCK, miosin-ATPase pada protein kontraktil, menyediakan ATP yang cepat
pada enzim ini, yang berperan pada proses seperti retensi natrium, kontraktilitas kardiovaskular, dan remodeling arteri. Peningkatan aktivitas enzim CK, terutama
pada arteri resisten, diperkirakan meningkatkan respons kontraksi dan menyebabkan peningkatan tekanan darah Brewster et al. 2006.
Studi oleh Oudman et al. 2013 menunjukkan peningkatan kadar kreatin kinase meningkatkan resiko kejadian hipertensi dan subjek yang mendapat
pengobatan namun dengan hipertensi tidak terkontrol memiliki kadar kreatin kinase yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek hipertensi terkontrol dan
normotensi. Hal yang serupa juga ditunjukkan pada penelitian ini, dimana dijumpai perbedaan rerata kreatin kinase yang signifikan antara kelompok
hipertensi terkontrol 132,17 + 55,91 UL dan kelompok hipertensi tidak terkontrol 81,83 + 29,70 UL dengan p=0,0001. Hipertensi tidak terkontrol
dijumpai pada 53,7 subjek dengan tertile kreatin kinase tinggi 109,33 UL dibandingkan dengan 9,8 subjek tertile kreatin kinase rendah 78 UL. Akan
tetapi, studi oleh Johnsen et al. 2010 tidak menemukan adanya perbedaan kadar CK diantara hipertensi terkontrol dan tidak terkontrol, namun studi tersebut
bertujuan untuk menganalisis aktivitas kadar CK terhadap tekanan darah pada populasi umum, bukan pada populasi hipertensi, dan tidak menilai faktor-faktor
yang mempengaruhi pengobatan hipertensi. Studi oleh Brewster et al. 2006 menunjukkan bahwa aktivitas serum CK
secara independen berhubungan dengan tekanan darah pada populasi multietnis dan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik masing-masing sebesar 8,0
mmHg 95 CI 3,3-12,7 dan 4,7 mmHg 95 CI 1,9-7,5 per log CK yang
Universitas Sumatera Utara
independen terhadap usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh IMT, dan ras pada analisis regresi linear. Studi oleh Johnsen et al. 2010 juga menunjukkan hal
yang serupa dimana aktivitas CK serum pada populasi Kaukasia normal berhubungan dengan tekanan darah, dimana peningkatan 1 unit log CK
berhubungan dengan peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 3,3 mmHg 95 CI 1,4-5,2 dan tekanan darah diastolik sebesar 1,3 mmHg 95 CI 0,3-2,3.
Pada penelitian, dihubungkan antara tekanan darah sistolik dan diastolik dengan kadar kreatin kinase. Dengan menggunakan uji korelasi Spearman, diperoleh
adanya korelasi sedang antara tekanan darah sistolik dengan kreatin kinase r=0,483 dan korelasi lemah antara tekanan darah diastolik dengan kreatin
kinase r=0,278. Hal ini menunjukkan tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik berkorelasi positif dengan kadar kreatin kinase, yang artinya
semakin tinggi tekanan darah sistolik dan diastolik maka kadar kreatin kinase juga semakin tinggi p=0,0001.
Pada penelitian ini, analisis regresi logistik multivariat diperoleh setelah dilakukan analisis univariat, dan dijumpai variabel yang berhubungan dengan
kontrol tekanan darah adalah riwayat DM 7,322; 95 CI 1,469 – 36,493, jenis kelamin laki-laki 5,024; 95 CI 1,493-16,911, golongan obat hipertensi 1,484;
95 CI 1,040-2,119, dan kadar CK 1,040; 95 CI 1,019-1,062. Kadar CK sebagai prediktor terhadap hipertensi tidak terkontrol juga ditunjukkan pada studi
oleh Oudman et al. 2013 dimana kreatin kinase merupakan satu-satunya prediktor independen yang spesifik terhadap kegagalan pengobatan hipertensi.
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain: Pertama, populasi penelitian yang sedikit, sehingga tidak dapat menilai pengaruh jenis obat
hipertensi yang diberikan terhadap kontrol tekanan darah. Kedua, metode studi potong lintang membatasi studi ini menentukan hubungan kausalitas peningkatan
kadar kreatin kinase dengan kontrol tekanan darah pada hipertensi.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dijumpai kadar kreatin kinase lebih tinggi pada pasien dengan hipertensi
tidak terkontrol. 2. Dijumpai hubungan yang signifikan antara tekanan darah sistolik dan
diastolik dengan kadar kreatin kinase. 3. Kadar kreatin kinase merupakan pemeriksaan darah yang sederhana dan
murah, dimana peningkatan nilai kreatin kinase dapat digunakan untuk menilai resiko hipertensi tidak terkontrol pada pasien hipertensi sehingga
sangat berguna dalam pencegahan komplikasi serta manajemen pasien.
6.2. SARAN
1. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel lebih besar dan desain penelitian kohort prospektif untuk menilai hubungan kausalitas
antara kreatin kinase dengan kontrol tekanan darah pada hipertensi. 2. Dibutuhkan studi lebih lanjut untuk menilai bagaimana hubungan dan
pengaruh pemberian jenis obat-obatan hipertensi terhadap kadar kreatin kinase.
3. Mengingat biaya pemeriksaan kreatin kinase serum yang murah dan terjangkau, maka kreatin kinase dapat menjadi pemeriksaan pendamping
pada pasien hipertensi untuk menilai resiko hipertensi tidak terkontrol.
Universitas Sumatera Utara