Komplikasi Pengobatan HIPERTENSI 1. Klasifikasi

hipertensi. Hubungan signifikan yang terbalik antara irama jantung dan tekanan nadi dan sistolik aorta telah dilaporkan pada studi yang menilai pengobatan dengan penghambat beta. Gambar 2.1. Abnormalitas primer yang potensial pada hipertensi esensial. CNS, sistem saraf pusat; RAA, sistem renin-angiotensin-aldosteron Lee, Williams Lilly 2011.

2.1.4. Komplikasi

Komplikasi target organ akibat hipertensi menggambarkan derajat elevasi tekanan darah kronis. Kerusakan organ tersebut dapat berhubungan dengan 1 peningkatan kerja jantung dan 2 kerusakan arterial menghasilkan efek kombinasi peningkatan tekanan itu sendiri kelemahan dinding pembuluh darah. Abnormalitas pembuluh darah yang disebabkan peningkatan tekanan termasuk hipertrofi otot polos, disfungsi sel endotel, dan kelelahan serat elastik. Trauma kronik hipertensi terhadap endotelium mencetuskan aterosklerosis dengan mengganggu mekanisme perlindungan normal, seperti sekresi nitrit oksida. Plak aterosklerotik dapat menyumbat ujung pembuluh darah, menyebabkan infark organ seperti penyumbatan serebrovaskular, menimbulkan stroke. Target organ utama komplikasi hipertensi kronik adalah jantung, sistem serebrovaskular, aorta dan sistem vaskular perifer, ginjal, dan retina. Bila tidak diobati, sekitar 50 pasien hipertensi meninggal akibat penyakit jantung koroner atau gagal jantung Universitas Sumatera Utara kongestif, sekitar 33 mengalami stroke, dan 10-15 meninggal dari komplikasi gagal ginjal Lee, Williams Lilly 2011. Gambar 2.2. Patogenesis komplikasi mayor hipertensi arterial. LVH, hipertrofi ventrikel kiri Lee, Williams Lilly 2011.

2.1.5. Pengobatan

Pendekatan terapeutik pasien hipertensi dipengaruhi oleh dua pertimbangan. Pertama, peningkatan tekanan darah pada pengukuran tunggal tidak menegakkan diagnosis hipertensi karena tekanan darah bervariasi dari hari ke hari. Pengukuran tekanan darah di rumah sakit atau praktek dokter dapat dipengaruhi juga oleh efek “white coat” karena kecemasan pasien. Rerata pembacaan berulang yang diambil pada dua atau tiga kunjungan lebih dipercaya untuk mendiagnosa pasien sebagai hipertensi. Kedua, walaupun hipertensi ringan merupakan masalah kesehatan publik utama karena tingginya prevalensi, untuk individu dengan hipertensi stage 1, resikonya kecil. Pemantauan berkala untuk menentukan apakah hipertensi ringan menetap, atau perubahan gaya hidup dapat mengurangi tekanan, sering direkomendasikan sebagai alternatif dari terapi obat segera dan hal ini semakin nyata pada ketiadaan faktor resiko kardiovaskular lain seperti merokok, diabetes, atau kolesterol serum tinggi Lee, Williams Lilly 2011. Target pengobatan antihipertensi adalah untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dan ginjal. Karena kebanyakan individu dengan hipertensi, terutama usia 50 tahun, akan mencapai target tekanan diastolik saat Universitas Sumatera Utara target sistolik tercapai, perhatian secara primer untuk memperoleh target tekanan sistolik. Pengobatan tekanan sistolik dan diastolik mencapai target 14090 mmHg berhubungan dengan penurunan komplikasi penyakit kardiovaskular. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes atau gangguan ginjal, target tekanan darah adalah 13080 mmHg JNC 7 2003. Algoritma pengobatan hipertensi ditunjukkan pada gambar 2.3. Terapi dimulai dengan modifikasi gaya hidup, dan bila target tekanan darah tidak tercapai, diuretik tiazid dapat digunakan sebagai terapi awal pada kebanyakan pasien, baik tersendiri atau dikombinasikan dengan satu dari golongan lain ACEI, ARB, BB, CCB JNC 7 2003. Gambar 2.3. Algoritma pengobatan hipertensi JNC 7 2003. Hipertensi dapat timbul bersamaan dengan kondisi lain, misalnya akibat komplikasi seperti gagal jantung, penyakit jantung iskemik, gagal ginjal kronik; Universitas Sumatera Utara atau berhubungan dengan hipertensi seperti diabetes, resiko penyakit jantung koroner tinggi. Keputusan pengobatan pada individu tersebut ditujukan pada mengatasi penyakit tersebut dan penurunan tekanan darah JNC 7 2003. Tabel 2.2. Komorbiditas penyakit dan kelas pengobatan individual JNC 7 2003 Komorbiditas Pilihan terapi awal Gagal jantung THIAZ, BB, ACEI, ARB, ALDO ANT Post infark miokard BB, ACEI, ALDO ANT Resiko tinggi penyakit kardiovaskular THIAZ, BB, ACEI, CCB Diabetes THIAZ, BB, ACEI, ARB, CCB Gagal ginjal kronik ACEI, ARB Pencegahan stroke berulang THIAZ, ACEI THIAZ= diuretik thiazide, ACEI= penghambat ACE, ARB= penghambat ARB, BB= penghambat beta, CCB= penghambat saluran kalsium, ALDO ANT = antagonis aldosterone.

2.2. KREATIN KINASE CK