Hubungan Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki dengan Kontrol Tekanan Darah Pada pasien Hipertensi

(1)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Larisa Sabrina Rahadiyanti

NIM: 110103000081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

dan nikmat yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini yang berjudul “HUBUNGAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN KONTROL TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI” dengan lancar dan tepat pada waktunya. Laporan penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan penelitian ini. Penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada :

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah, Dr.Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Dra. Farida Hamid, MA selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

3. dr. Dede Moeswir SpPD selaku pembimbing 1 yang telah banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.

4. dr. Ahmad AzwarHabibi M.Biomed selaku pembimbing 2 yang telah banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.

5. dr. Femmy Nurul Akbar SpPD(K) selaku dosen penguji 1 sidang skripsi atas kesediaannya menjadi penguji, serta masukan dan saran yang telah diberikan agar laporan penelitian ini menjadi lebih baik.


(6)

vi

tidak pernah lelah selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penelitian.

8. Prof. Dr.dr.Rianto Setiabudy,SpFK selaku Ketua Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang telah memberikan izin dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

9. Dr.dr.Jusuf Rachmat, SpB, SpBTKV, MARS selaku Kepala Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah memberikan izin dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Unit Pelayanan Jantung Terpadu Dr. Cipto Mangunkusumo.

10. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis 11. Papa Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR dan Mama dr.Trisepta Saraswati atas

limpahan kasih sayang dan bantuan yang telah diberikan, pengorbanan tanpa pamrih dan doa-doa panjang yang selalu dipanjatkan. Terimakasih atas segala kebaikan dan pelajaran hidup yang luar biasa hingga kini penulis telah beranjak dewasa.

12. Adik Risyad dan Adik Sasha Terimakasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan.

13. Lettu Mar Huda Prawira yang selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan penelitian ini.

14. Teman-teman satu kelompok penelitian, Anissa, Almira dan Puspa. Terimakasih atas kerja sama yang luar biasa 1 tahun belakangan. Semoga kerja sama kita dapat berlanjut hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

15. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di PSPD, dan teman-teman lain yang penulis kenal namun tidak sempat tersebutkan.


(7)

vii

laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Dan semoga Allah SWT berkenan memasukkannya sebagai amal jariyah di Akhirat kelak. Amiin.

Ciputat, 20 September 2013


(8)

viii

Latar Belakang : Jalan kaki merupakan olah raga yang bersifat aerobik dan mampu laksana dilakukanuntuk meningkatkan daya tahan kardiovaskular. Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di unit pelayanan jantung terpadu yang menjadi anggota kelompok senam jantung sehat di RSUPN Cipto mangunkusumo Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain potong lintang yang menggunakan sampel sebanyak 102 pasien di Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Cipto mangunkusumo Jakarta. Hasil:Hasil penelitian didapatkan sebanyak 63 orang responden memiliki tekanan darah terkontrol dengan presentase 61,8 % ,dan 39 orang responden dengan tekanan darah tidak terkontrol dengan presentase 38,2 %. Pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan berolah raga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.(p=0,001).

Kata kunci :jalan kaki, tekanan darah.

ABSTRACT

Larisa Sabrina Rahadiyanti. Medical Study Program Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta. The relation between walking excercise habitation with controlled blood pressure in hypertensive patients.

Bacground: Walking is an aerobic exercise and it is easy to do to improve the cardiovascular endurance. Methods :The aim of this research is to know the relationship between walking exercise habitation and hypertensive in cardiac care clinic patient who was a member of gymnastics healthy heart group at RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. This research was used analytic research with cross sectional approach by gaining 102 sample of patients in cardiac care polyclinic RSPUN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Results : The result showed that 63 people have controlled blood pressure (61,8%) and 39 people with uncontrolled blood pressure (38,2%). This research proves that there is a relationship between walking exercise habitation and controlled blood presure in hypertensive patients. (p = 0,001)


(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ... LEMBAR PERSETUJUAN ... LEMBAR PENGESAHAN ... KATA PENGANTAR ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR GRAFIK ...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ... 1.2 Rumusan masalah ... 1.3 Hipotesis...

Tujuan penelitian ... 1.3.1 Tujuan umum ... 1.3.2 Tujuan khusus ... 1.4 Manfaat penelitian ... 1.4.1 Bagi peneliti ... 1.4.2 Bagi masyarakat ... 1.4.3 Bagi instansi ... 1.4.4 Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori ... 2.1.1 Tekanan darah... 2.1.2 Hipertensi ... 2.1.3 Klasifikasi hipertensi ... 2.1.4 Epidemiologi hipertensi ... 2.1.5 Jenis-jenis hipertensi ... 2.1.6 Patofisiologi hipertensi ... 2.1.7 Diagnosis hipertensi ... 2.1.8 Definisi tekanan darah terkontrol pada hipertensi ... 2.1.9 Definisi aktivitas fisik ... 2.1.10 Definisi olahraga ... 2.1.11 Latihan dengan berjalan kaki ... 2.1.12 Siklus berjalan ... 2.1.13 Efek latihan berjalan kaki ... 2.1.14 Efek latihan berjalan kaki terhadap hipertensi ... 2.2 Kerangka teori ...

ii iii iv v vii ix xi xii xiii 1 3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 6 6 9 9 10 11 12 14 15 17 18 21 21 23 23 25 26


(10)

x

1.2 Lokasi dan waktu penelitian. ... 1.3 Populasi penelitian. ... 1.4 Sampel dan cara pemilihan sampel ... 1.5 Kriteria sampel ... 1.5.1 Kriteria inklusi ... 1.5.2 Kriteria Eksklusi. ... 1.6 Besar sampel ... 1.7 Alur penelitian ... 1.8 Variabel yang diteliti ... 1.9 Cara kerja penelitian ... 1.10 Pengolahan data ... 1.11 Analisis data ...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis univariat ... 4.1.1 Distribusi sampel berdasarkan kebiasaan berolahraga jalan kaki ... 4.1.2 Distribusi sampel berdasarkan kontrol tekanan darah ... 4.2 Analisis bivariat ... 4.3 Keterbatasan penelitian ...

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ... 5.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... 28 28 29 29 29 30 32 32 33 34 34 40 40 41 43 46 47 48 49 54


(11)

xi

Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi perifer total ... Tabel 2.2 faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri ... Tabel 2.3 Klasifikasi hipertensi ... Tabel 2.4 Patofisiologi hipertensi ... Tabel 2.5 Definisi kontrol tekanan darah ... Tabel.2.6 Perbedaan sistem penyediaan energi olahraga aerobik dan

anaerobik ... Tabel 2.7 Perbedaan aerobik dan anaerobik ... Tabel 2.8 Perbedaan olahraga aerobik dan anaerobik ... Tabel 4.1 Karakteristik demografis subjek penelitian ... Tabel 4.2 Distribusi sampel berdsarkan kebiasaan berolahraga jalan kaki ... Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan kontrol tekanan darah ... Tabel4.5 Hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan

kontrol tekanan darah ... .

7 8 9 14 16

19 20 20 36 40 41

43


(12)

xii


(13)

xiii

Grafik 4.1 Gambaran karakteristik penelitiain berdasarkan jenis kelamin ... 37

Grafik 4.2 Gambaran karakteristik penelitiain berdasarkan usia ...38

Grafik 4.3 Gambaran karakteristik penelitiain berdasarkan kebiasaan berolahraga jalan kaki ...41

Grafik 4.4 Gambaran karakteristik penelitiain berdasarkan kontrol tekanan darah ...42


(14)

1 1.1.Latar belakang

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di seluruh dunia. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991.1 WHO memperkirakan terdapat 7,5 juta kematian yang diakibatkan oleh hipertensi,sekitar 12,8% dari total seluruh kematian dan menyumbang sekitar 57 juta angka kecacatan hidup.2

Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat.3,4 Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.3 Pada tahun 2000 dilaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban mencapai 31,7%.4

The World Health Organization (WHO) pada awal tahun 1983 merekomendasikan penggunaan pendekatan non farmakologi dalam pengobatan primer untuk hipertensi.5 Diperlukan pengendalian faktor resiko hipertensi, modifikasi gaya hidup pada penderita hipertensi sangat diperlukan salah satunya adalah melakukan kebiasaan berolahraga.5,6 Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nicholles di Hongkong menyatakan bahwa pengobatan non farmakologi yang paling tepat untuk penderita hipertensi adalah latihan atau berolahraga.7

Pengaruh berolahraga terhadap penurunan tekanan darah dapat mencegah dan mengurangi komplikasi kardiovaskular,beberapa organisasi termasuk didalamnya the American Heart Association8, the American College of Sports Medicine9,the Surgeon General of the Unit-cardiorespied States10, The National Institutes of Health11, dan the


(15)

Centers for Disease Control12 telah mengeluarkan pernyataan yang mendukung peran aktivitas fisik atau olahraga sebagai pengobatan non farmakologis pada hipertensi.

Telah banyak penelitian sebelumnya yang mendukung pernyataan bahwa aktivitas fisik berpengaruh terhadap tekanan darah pada hipertensi. Seperti penelitian oleh J E Martin dkk yang menyatakan bahwa latihan aerobik ringan dapat mengurangi tekanan darah sebesar 3,2 mmHg tekanan diastolik dan 5,7 mmHg tekanan sistolik pada penderita hipertensi tanpa pengobatan.13

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Fernando dimeo dkk di Brasil tahun 2012 yang menyatakan bahwa berolahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 6±12 mmHg dan diastolik sebesar 3±7 mmHg pada penderita hipertensi yang resisten.14. Kelley dkk pada tahun 2000 menyatakan bahwa latihan resistensi progresif bermanfaat untuk mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 2% dan 4%.15 Sedangkan menurut Augustine J. Sohn dkk di Afrika didapatkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 9,0 % dan diastolik sebesar 7,42% pada pasien hipertensi yang mendapatkan intervensi berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya, dan proporsi pada kelompok yang tidak melakukan berjalan kaki sebesar 0,5.16 Penelitian lain dilakukan oleh Mughal dkk pada tahun 2000 menyatakan bahwa latihan aerobik berupa berjalan kaki cepat selama 30 menit 3 sampai 5 kali perminggu pada penderita hipertensi primer dapat mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolik istirahat sebesar 1,4 mmHg.17

Berbeda dengan beberapa penelitian di atas, terdapat satu penelitian yang kontraproduktif, yaitu penelitian yang Emmanuel di Brasil pada tahun 2012 mengatakan bahwa latihan berintensitas sedang tidak terlalu berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.18

Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) kunci dari pengobatan hipertensi adalah modifikasi gaya hidup, salah satunya dengan cara berjalan kaki santai selama minimal 30 menit sehari dan dilakukan beberapa kali perminggu.12 Berjalan kaki merupakan olahraga yang yang bersifat ringan, sederhana, murah dan mampu laksana yang dapat dilakukan oleh pasien hipertensi di semua


(16)

usia.16,19 Dalam penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa olahraga yang paling tepat untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi adalah kombinasi antara berjalan kaki, jogging dan bersepeda.19 Tetapi terdapat beberapa resiko mungkin terjadi apabila melakukan olahraga yang seperti jogging dan bersepeda.20 Selain itu kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang berlebih sehingga untuk melakukan olahraga berat bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan.21

Oleh karena beberapa hal di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki dengan Kontrol Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Dimana penelitian tentang hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan tekanan darah pada penderita hipertensi belum banyak dilakukan di Indonesia, terutama di Jakarta yang mana merupakan daerah urban yang masyarakatnya memiliki keterbatasan waktu dan ruang untuk melakukan olahraga.

1.2.Rumusan masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.?”.

1.3.Hipotesis

Terdapat hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.

1.4.Tujuan Penelitian

1.4.1 TujuanUmum

Mengetahui hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.


(17)

1.4.2 Tujuan Khusus

 Mengetahui prevalensi kebiasaan berjalan kaki pada pasien hipertensi.

 Mengetahui kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi yang memiliki kebiasaan berolahraga jalan kaki.

1.5.Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi peneliti :

1. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian terutama di bidang kesehatan.

3. Menambah wawasan ilmu tentang hubungan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.

1.5.2 Bagi Masyarakat :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi, sehingga masyarakat dapat memahami pentingnya berolahraga terutama berjalan kaki.

1.5.3 Bagi Instansi Terkait :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan hubungan antara berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi, sehingga dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien hipertensi yang pada akhirnya mampu untuk menurunkan angka kejadian hipertensi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.


(18)

1.5.4 Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta :

1. Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Referensi tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih dalam bagi peneliti yang lain.


(19)

6 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tekanan Darah

Darah berfungsi sebagai pengangkut masal jarak jauh berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri. Darah sangat diperlukan untuk homeostasis tubuh. Darah terdiri dari cairan yang kompleks, yaitu plasma tempat unsur-unsur sel eritrosit, leukosit dan trombosit terbenam di dalamnya. Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria.22

Pembuluh darah mengangkut dan mendistribusikan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan O2 dan nutrien, menyingkirkan zat-zat sisa dan menyampaikan sinyal hormon. Darah diangkut dari jantung ke berbagai jaringan melalui pembuluh darah arteri yang sangat elastis. Tekanan darah arteri rata-rata diatur sedemikian rupa agar penyampaian darah ke jaringan adekuat.23

Laju aliran darah yang melintasi suatu pembuluh berbanding lurus dengan gradien tekanan dan berbanding terbalik dengan resistensi vaskuler. Apabila pembuluh darah memberikan suatu resistensi yang lebih besar terhadap aliran darah, maka jantung harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan sirkulasi agar adekuat. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi resistensi terhadap aliran darah, yaitu : (1) kekentalan darah; (2) panjang pembuluh darah; (3) jari-jari pembuluh.23

Tekanan darah merupakan hasil dari cardiac output dan resistensi perifer total. Cardiac output merupakan hasil dari volume sekuncup (stroke volume) dan denyut jantung. Stroke volume ditentukan oleh tiga hal yaitu kontraktilitas jantung, preload dan afterload.23


(20)

Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi perifer total

Sumber : Lauralee, Sherwood; 2010.23

Resistensi perifer total

Jari-jari arteriol Viskositas darah

Jumlah sel darah merah Konsentrasi protein plasma Kontrol ekstrinsik (penting untuk mengatur tekanan darah) Kontrol lokal ( perubahan lokal yang bekerja pada otot polos arteriol dan sekitarnya) Respons miogenik terhadap peregangan Pengeluaran Histamin (berperan

pada cedera dan respons alergi)

Perubahan metabolik lokal menyangkut O2, CO2, dan

metabolik lain Kompres panas, dingin (pemakaian terapetik) Vasopresin Epinefrin dan norepinefrin Angiotensin II Aktivitas simpatis


(21)

Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh darah dan daya regang dinding pembuluh darah tersebut.22 Selama sistol ventrikel, volume sekuncup darah masuk arteri-arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga darah dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol-arteriol. Selama diastol, tidak ada darah yang masuk ke arteri-arteri, sementara darah terus meninggalkan mereka terdorong oleh daya regang pada arteri.23 Tekanan maksimum yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah disemprotkan masuk ke dalam arteri selama sistol, atau tekanan sistolik, rata-rata adalah 120 mmHg. Tekanan minimum di dalam arteri sewaktu darah mengalir keluar pembuluh di hilir selama diastol, yakni tekanan diastolik, rata-rata 80 mmHg. Tekanan arteri tidak turun menjadi 0 mmHg karena timbul kontraksi jantung berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar.22,23

Tabel 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri


(22)

2.1.2 Hipertensi

Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg.12

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi

Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang yang berusia lebih atau sama dengan 18 tahun terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, Hipertensi derajat 1 dan derajat 2 .12

Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik

Normal

Prahipertensi

Hipertensi derajat 1

Hipertensi derajat 2

< 120 120-139 140-159 ≥ 160 dan atau atau atau < 80 80-89 90-99 ≥ 100

Sumber : The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA 2003;289:2560-71.12


(23)

Pada prehipertensi bukan termasuk kategori penyakit melainkan sebagai identifikasi seseorang berisiko tinggi menjadi hipertensi tetapi tidak termasuk dalam indikasi terapi obat sehingga harus dilatih untuk merubah gaya hidup dan mengurangi faktor risiko hipertensi.12

2.1.4 Epidemiologi Hipertensi

Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun.24

Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991.1,25 WHO memperkirakan terdapat 7,5 juta kematian yang diakibatkan oleh hipertensi, sekitar 12,8% dari total seluruh kematian dan menyumbang sekitar 57 juta angka kecacatan hidup.2

Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure terdapat 50 juta orang di Amerika dan 1 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi. kejadian Hipertensi akan meningkat jauh lebih banyak pada penduduk berusia lanjut. Data terbaru dari the Framingham Heart Study, menunjukkan bahwa pada individu berusia lebih atau sama dengan 55 tahun yang tekanan darahnya normal akan memiliki 90% resiko untuk terkena hipertensi.12

Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.25 Pada tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban mencapai 31,7%.4,


(24)

2.1.5 Jenis- jenis Hipertensi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua,yaitu :

 Hipertensi primer

Merupakan hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas. dan tidak memiliki penyebab tunggal namun merupakan sebuah interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan, termasuk asupan garam, alkohol dan obesitas.22

Beberapa faktor resiko hipertensi primer antara lain:

a. Usia. Tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Orang berusia lanjut dengan hipertensi memiliki resiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular.22

b. Obesitas. Obesitas dan peningkatan berat badan merupakan faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, diperkirakan 60% pasien hipertensi memiliki berat badan berlebih sebanyak 20%.23

c. Asupan garam, kalsium, dan potasium. Prevalensi hipertensi berhubungan dengan asupan garam dan kalsium. Selain itu, asupan potasium yang rendah juga berperan dalam resiko terjadinya hipertensi.22

d. Faktor resiko lainnya seperti konsumsi alkohol, stress psikososial dan aktivitas fisik yang rendah juga berkontribusi terhadap hipertensi.23

 Hipertensi sekunder

Merupakan hipertensi yang telah diketahui pasti penyebabnya yang Diakibatkan oleh suatu organ.26 Penyebab hipertensi sekunder dapat digolongkan menjadi empat kategori :

1) Hipertensi Kardiovaskular biasanya berkaitan dengan peningkatan kronik resistensi perifer total yang disebabkan oleh aterosklerosis.26

2) Hipertensi Renal dapat terjadi akibat dua defek ginjal : oklusi parsial arteri renalis atau penyakit jaringan ginjal itu sendiri.26


(25)

3) Hipertensi Endokrin terjadi akibat sedikitnya dua gangguan endokrin : feokromositoma dan sindrom conn.23

4) Hipertensi Neurogenik terjadi akibat lesi saraf.23

2.1.6 Patofisiologi Hipertensi

Hipertensi arteri terjadi apabila hubungan antara volume darah dan resistensi perifer total berubah.26 Tekanan darah, dipercayai merupakan suatu variabel yang terdistribusi secara kontinyu, dan hipertensi esensial merupakan salah satu ekstrim dari distribusi ini bukan penyakit tersendiri.26

Faktor genetik jelas berperan dalam menentukan besar tekanan, seperti yang dibuktikan oleh penelitian yang membandingkan kembar monozigot dan dizigot dan oleh penelitian yang meneliti penyebaran hipertensi dalam keluarga. Selain itu, beberapa penyakit gen-tunggal yang mempengaruhi jalur spesifik yang mengendalikan tekanan darah normal dapat menyebabkan hipertensi. Selain itu, mutasi di gen tertentu yang tidak secara langsung berperan dalam pengendalian tekanan darah juga dibuktikan terjadi pada pasien hipertensi esensial. Mutasi ini mencakup mutasi di gen untuk protein sitoskeleton α-adducin dan polimorfisme pada subunit β3 protein G heterotrimetrik. Dipostulasikan bahwa α-adducin mengatur pemindahan natrium di tubulus ginjal dan bahwa protein G mungkin merupakan suatu jalur sinyal yang mempertahankan homeostatis natrium. Namun, kecil kemungkinannya bahwa mutasi di satu lokus gen akan muncul sebagai penyebab utama hipertensi esensial. Yang lebih mungkin terjadi adalah efek kombinasi mutasi atau polimorfisme dibeberapa lokus gen mempengaruhi tekanan darah. Oleh karena itu, hipertensi esensial tampaknya disebabkan oleh berbagai kombinasi variasi genetik secara sendiri-sendiri tidak menimbulkan konsekuensi bermakna. Namun, perlu dicatat bahwa walaupun efek genetik penting, faktor lingkungan yang mempengaruhi curah jantung, dan atau resistensi perifer, juga berpengaruh.27


(26)

Oleh karena itu,beberapa faktor dapat diduga berperan dalam defek primer pada hipertensi esensial, dan mencakup, baik pengaruh genetik maupun lingkungan.26,27:

 Penurunan ekskresi natrium pada keadaan tekanan arteri normal mungkin merupakan peristiwa awal dalam hipertensi esensial. Penurunan ekskresi natrium kemudian dapat menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan vasokonstriksi perifer sehingga tekanan darah meningkat. Pada keadaan tekanan darah yang lebih tinggi, ginjal dapat mengekskresikan lebh banyak natrium untuk mengimbangi asupan dan mencegah retensi cairan.26 

Hipotesis alternatif menyarankan bahwa pengaruh vasokonstriktif merupakan penyebab primer hipertensi. Selain itu, pengaruh vasokonstriktif yang kronis atau berulang dapat menyebabkan penebalan struktural pada dinding pembuluh resistensi.27

 Faktor lingkungan mungkin memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan tekanan. Stress, kegemukan, merokok, aktifitas fisik kurang, dan konsumsi garam harian dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.27


(27)

Secara singkat, hipertensi primer adalah suatu penyakit multifaktor kompleks. Faktor lingkungan mempengaruhi variabel yang mengendalikan tekanan darah pada orang yang secara genetis rentan.27

Tabel 2.4 Patofisiologi hipertensi primer

sumber : Robbins,Kumar ; 2007.27

2.1.7 Diagnosis Hipertensi

Diagnosis hipertensi yang akurat merupakan langkah awal dalam penatalaksanaan hipertensi.29 Alat ukur tekanan darah yang dipakai harus di kalibrasi dan di validasi dengan benar. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada posisi duduk diam pada kursi selama kurang lebih 5 menit, kaki berada di lantai dan lengan berada pada posisi horisontal dan tertopang sejajar dengan posisi sternum tengah.29 Pengukuran tekanan darah pada posisi berdiri atau berbaring dapat dilakukan pada keadaan tertentu.,30

PENINGKATAN KETEBALAN DINDING PEMBULUH

PENINGKATAN

REAKTIVASI VASKULAR

PENGARUH GENETIK FAKTOR LINGKUNGAN

VASOKONSTRIKSI FUNGSIONAL DEFEK DALAM HEMOSTATIS NATRIUM GINJAL DEFEK DALAM PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR OTOT POLOS

PEMBULUH DARAH EKSKRESI NATRIUM KURANG RETENSI GARAM DAN AIR PENINGKATAN CURAH JANTUNG (autoregulasi) PENINGKATAN VOLUME PLASMA DAN ECF

PENINGKATAN RESISTENSI PERIFER TOTAL


(28)

Sebaiknya alat yang dipakai adalah sfigmomanometer air raksa, alat ini terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang terbungkus kain dan pengukur tekanan air raksa.31 Suatu manset yang dapat disambungkan, dipakai secara eksternal dan dihubungkan dengan pengukur tekanan. Apabila manset dilingkarkan mengelilingi lengan atas dan kemudian dikembungkan dengan udara, tekanan manset disalurkan melalui jaringan ke arteri brakialis di bawahnya yaitu pembuluh darah utama yang mengangkut darah ke lengan bawah.23 Balon dipompa 20-30 mmHg diatas tekanan sistolik yaitu saat pulsasi nadi tidak teraba lagi, kemudian udara dalam maset dikeluarkan secara perlahan.30 Pengukuran tekanan darah paling tidak dilakukan sebanyak 2 kali.31

Pengukuran ulang hampir selalu diperlukan untuk menilai apakah peninggian tekanan darah menetap sehingga memerlukan intervensi segera atau kembali ke normal sehingga hanya memerlukan kontrol yang periodik.30 Selain itu diperlukan pemeriksaan penunjang untuk menilai adanya faktor resiko kardiovaskular lain. Tentu saja sebelum melakukan pemeriksaan lain diperlukan anamnesis yang baik untuk mengetahui riwayat hipertensi dalam keluarga, riwayat penggunaan obat hipertensi, gejala yang berhubungan dengan gangguan organ target, kebiasaan serta gaya hidup serta faktor psikososial.31

Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) yang dikatakan hipertensi adalah apabila dimana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg.12

2.1.8 Definisi Tekanan Darah Terkontrol pada Hipertensi

Definisi dari tekanan darah tinggi berubah setiap saat, sehingga sulit untuk menetapkan suatu tekanan darah terkontrol dan tidak terkontrol.32 The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) telah menetapkan bahwa tekanan sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg merupakan tekanan darah hipertensi.12 Sedangkan yang disebut dengan tekanan darah terkontol pada pasien hipertensi berbeda tiap kondisi, pasien hipertensi dengan diabetes melitus dikatakan


(29)

memiliki tekanan darah terkontrol apabila tekanan sistolik dibawah 130 mmHg dan tekanan diastolik dibawah 85 mmHg.33

The National Committee for Quality Assurance (NCQA) menetapkan titik potong tekanan darah terkontrol pada pasien dengan diabetes mellitus dan yang tidak diabetes mellitus yaitu dibawah 140 mmHg sistolik dan dibawah 90 mmHg diastolik.34 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Thomas J. Wang, definisi tekanan darah terkontrol adalah bervariasi sesuai guideline yang digunakan.33 seperti yang tertera pada tabel berikut

Tabel 2.5 Definisi Kontrol Tekanan Darah*

Tahun Tanpa

Diabetes (mmHg)

Dengan diabetes (mmHg)

JNC 6 1997 <140/90 <130/85

JNC 7 2003 <140/90 <130/80

HEDIS 2000-2004 ≤140/90 ≤140/90

ADA/NKF 2003 …. <130/80

ESH/ESC 2003 <140/90 <130/85

*ADA=American Diabetes Association, NKF=National Kidney Foundation,

ESH= European Society of Hypertension, ESC=European Society of Cardiology

Sumber : Singer G.M, 2004.35

Individu dengan tekanan darah yang tidak terkontrol yaitu dimana tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi kardiovaskular.35 Sehingga The


(30)

seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) dan The European Society of Hypertension/European Society of Cardiology guidelines merekomendasikan untuk menggunakan ambang-ambang batas untuk pengobatan pada hipertensi.12

2.1.9 Definisi Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik pada dasarnya adalah segala kegiatan fisik yang dilakukan seseorang, apakah itu dalam kegiatan yang sifatnya berolahraga, bekerja ataupun berekreasi.36 Aktivitas fisik apapun hanya dapat dilakukan apabila terdapat energi yang diperlukan untuk kegiatan tersebut. Makin berat atau makin lama aktivitas fisik maka makin banyak pula energi yang dibutuhkan, kebalikannya semakin ringan dan makin singkat aktivitas fisik maka makin sedikit energi yang dibutuhkan.37 Sebagai kesimpulan untuk menilai aktivitas fisik salah satu caranya adalah dengan mengukur energi yang diperlukan atau dihasilkan untuk kegiatan tersebut.37

Aktivitas fisik dikelompokkan dalam 4 katagori.38, yaitu :

1. Tidak ada kegiatan fisik mingguan (<25 mL/kg/menit atau 1 sampai 2 Mets).

2. Hanya kegiatan fisik ringan (25-44 mL/kg/menit atau 3 sampai 4 Mets) 3. Aktifitas fisik sedang paling sedikit 20 menit 2 kali perminggu (45-59

mL/kg/menit atau 5 sampai 6 Mets)

4. Aktifitas fisik berat paling sedikit 20 menit 2 kali perminggu (60-84 mL/kg/menit atau 7 sampai 8 Mets)


(31)

2.1.10. Definisi Olahraga

Berdasarkan Declaration on Sport yang dikeluarkan di paris oleh International Council of Sport and Physycal Education (ICSPE) olahraga didefinisikan sebagai setiap kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan dengan diri sendiri ataupun orang lain .36

Menurut pembagiannya, olahraga dibagi menjadi olahraga yang bersifat aerobik dan anaerobik.39 Pembagian ini berdasarkan atas sumber energi yang dipakai saat berolahraga. Olahraga yang bersifat aerobik adalah olahraga yang kerja otot atau gerakan ototnya dilakukan menggunakan oksigen untuk melepaskan energi dari bahan-bahan otot. Penyerapan dan pengangkutan oksigen ke otot-otot diangkut oleh sistem kerdiorespirasi. Sehingga olahraga yang bersifat aerobik memperkuat sistem kardiovaskular dan respirasi untuk mempergunakan oksigen di dalam otot.40 Penyediaan energi saat berolahraga aerobik memerlukan waktu sebelum benar-benar dapat digunakan, yakni sekitar 2-3 menit.41

Sedangkan yang dimaksud dengan olahraga anaerobik adalah olahraga yang tidak menggunakan oksigen dalam penyediaan energi selama olahraga berlangsung. Otot-otot yang bekerja saat olahraga anaerobik menggunakan energi yang telah tersimpan di dalam. Selama olahraga anaerobik tubuh membuat toleransi untuk membentuk asam laktat.42 Terdapat dua jenis dalam olahraga anaerobik, yakni olahraga daya tahan kecepatan dan olahraga daya tahan kekuatan.42 Mengembangkan daya tahan kecepatan membantu individu untuk dapat berlari dengan kecepatan yang tinggi, meskipun terjadi pembentukan asam laktat. Sedangkan olahaga daya tahan kekuatan mengijinkan individu tersebut terus menerus mengeluarkan tenaga meskipun terjadi pembentukan asam laktat.43 Energi yang dibutuhkan saat berolahraga anaerobik langsung tersedia tanpa perlu menunggu waktu, tetapi penyediaan energi ini hanya bertahan 6 sampai 8 detik.42

Perbedaan olahraga yang bersifat aerobik dan anaerobik antara lain sebagai berikut :


(32)

Tabel 2.6.Perbedaan sistem penyediaan energi olahraga aerobik dan anaerobik

Durasi Klasifikasi

(aerobik/anaerobik)

Energi

yang disediakan Observasi

1-4 detik Anaerobik, alaktik ATP 4-20

detik

Anaerobik,alaktik ATP+CP

20-45 detik Anaerobik,alaktik + Anaerobik, laktik ATP+CP+glikogen otot

Produksi laktat tinggi

45-120 detik

Anaerobik,laktik Glikogen otot Dengan meningkatnya durasi, produksi laktat menurun 120-140

detik

Aerobik +anaerobik, laktik

Glikogen otot Dengan meningkatnya durasi, produksi laktat menurun 240-600

detik

Aerobik Glikogen otot + asam lemak

Dengan meningkatnya durasi,

dibutuhkan andil lemak yang lebih tinggi


(33)

Tabel 2.7 Perbedaan aerobik dan anaerobik Penyediaan energi Anaerobik, alaktik Anaerobik, laktik Aerobik, alaktik

Energi via ATP/CP Glikolisis Pembakaran

dengan oksigen Hasil langsung Energi langsung

(15 detik)

2-3 mM ATP (15 detik, 2-3 menit)

36 mM ATP lebih dari 2-3 menit)

Produk sampingan

Tanpa laktat Laktat Tanpa laktat

Contoh olahraga

Lari sprint 100m Balap sepeda 1km, lari 400-800 m

Berjalan kaki lama

Kapasitas Kapasitas

bersprint

Kapasitas toleransi laktat

Kapasitas endurance

Sumber : Peter GJM, Latihan Laktat Denyut Nadi. Jakarta .KONI.2000.40

Tabel 2.8 Perbedaan olahraga aerobik dan anaerobik

Perbedaan Olahraga Aerobik Olahraga Anaerobik

Intensitas 60-75% 90-100% maksimum

Lama waktu 1-10 menit 10 detik-2 menit

Pemulihan 1-3 menit 2-10 menit

Aktivitas pemulihan

Lari kecil Lari kecil

Pengulangan Relatif tinggi Relatif rendah


(34)

2.1.11. Latihan Dengan Berjalan Kaki

Latihan berjalan kaki bersifat dinamis dan berulang-ulang dari beberapa grup otot, menstimulasi sistem kardiovaskular dan pulmonal untuk mengirim oksigen ke otot yang sedang bekerja.42 Berjalan kaki termasuk jenis latihan aerobik yang bersifat Kontinyu dan menyebabkan perubahan pada otot rangka dan kardiorespirasi.43 Pada otot rangka terdapat peningkatan konsentrasi mioglobin sebagai senyawa yang dapat mengikat oksigen. Latihan ini meningkatkan kemampuan tubuh untuk mengkonsumsi oksigen.42 Selain itu juga terdapat beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh setelah melakukan latihan dengan berjalan kaki secara kontinyu antara lain pembesaran ukuran jantung, peningkatan isi sekuncup, dan peningkatan kapasitas paru serta peningkatan VO2 maks.44

Jenis latihan yang dapat diberikan pada usia di atas 40 tahun adalah latihan submaksimal.42 Melalui latihan yang bersifat aerobik dan dengan frekuensi 3 sampai 4 kali seminggu, durasi selama 30 sampai 60 menit, dengan intensitas yang disesuaikan dengan kondisi individual.43

Intensitas latihan submaksimal ditentukan oleh target denyut nadi, yaitu 70% x (220-umur).41 Intensitas latihan dapat ditingkatkan dengan jarak tempuh yang makin bertambah pada durasi latihan yang tetap.42 Intensitas latihan dapat ditentukan berdasarkan hasil uji jalan 6 menit. Frekuensi latihan bergantung dengan tingkat kebugaran seseorang, yang juga dapat ditentukan berdasarkan uji jalan 6 menit. Bila seseorang mampu berjalan sejauh 300 meter per 6 menit, maka frekuensi latihannya 3 sampai 4 kali perminggu.45

2.1.12 Siklus Berjalan

Suatu siklus berjalan adalah aktivitas yang terjadi antara saat tumit menyentuh lantai atau heel strike dari suatu ekstremitas dan heel strike berikutnya pada ekstremitas yang sama.44 Siklus berjalan terdiri dari 2 fase yaitu fase strance


(35)

yang merupakan 60% dari keseluruhan siklus dan fase swing meliputi 40%. Diantara fase stance dan swing, terdapat saat dimana kedua kaki menumpu berat badan yang disebut sebagai double stance.46 Saat tersebut akan lebih singkat apabila jalan semakin cepat. Fase stance terbagi atas 15% periode pertama dari siklus berjalan dimulai saat tumit menyentuh lantai disebut heel strike, diikuti dengan foot flat dimana seluruh telapak kaki menyentuh lantai. Terlihat fleksi pada lutut dan pinggul sebagai persiapan untuk fase swing.46 Sebelum fleksi lutut, tungkai yang berlawanan telah selesai fase swing dan kontak dengan lantai mulai mempersiapkan untuk transfer berat badan ke tungkai yang lain.44 Lima persen terakhir fase stance yang disebut sebagai akselerasi, dari fleksi lutut sampai toe off, dengan demikian fase stance telah selesai dan dimulailah fase swing.44

Fase swing yang merupakan 40% dari siklus berjalan, terbagi atas 3 periode yaitu initial swing dimulai saat toe off dan dilanjutkan dengan mengangkat kaki dalam hubungan dengan fleksi lutut dan dilanjutkan dengan gerakan tungkai ke depan dimulai oleh fleksi pinggul pada periode akselerasi stance, midswing, yang merupakan 80% fase swing dimulai saat tungkai mengayun ke depan melewati tungkai yang lain. 10% terakhir terjadi deselerasi, ayunan tungkai yang cepat ada di depan tubuh dan secara perlahan turun karena gravitasi dan otot tungkai melengkapi keseluruhan siklus berjalan dengan kontak terhadap lantai pada heel strike.47

Gambar 2.1. Siklus berjalan pada manusia

Sumber : Hoppenfeld physical examination of the foot and ankle in physical examination of spine and extremities.47


(36)

2.1.13 Efek Latihan Berjalan Kaki

Respons fisiologis berbagai sistem tubuh terhadap latihan tergantung dari jenis intensitas latihan dan keadaan lingkungan.39

Terdapat beberapa adaptasi aerobik yang utama, terjadi pada otot skeletal yang dihasilkan oleh latihan berjalan kaki.48 yaitu :

 Peningkatan kadar mioglobin

Mioglobin merupakan pigmen yang mengikat oksigen dengan hemoglobin. Mioglobin merupakan tempat persediaan oksigen. Fungsi minor memperbaiki sistim aerobik. Fungsi pokok adalah menambah difusi oksigen membran sel ke mitokondria yang digunakan.

 Peningkatan oksidasi karbohidrat (glikogen)

Latihan dapat meningkatkan kapasitas otot skeletal terhadap pemecahan glikogen pada proses oksidasi dengan hasil ATP. Dengan kata lain kapasitas otot menghasilkan energi aerobik yang meningkat. dibuktikan dengan peningkatan tenaga aerobik maksimal (Vo2 maks)

 Perubahan relatif pada serabut otot tipe I dan II

Perubahan serabut otot pada latihan kontinyu terjadi terutama pada serabut tipe I yang mempunyai kapasitas aerobik yang lebih tinggi dari tipe II.

2.1.14 Efek Latihan Berjalan Kaki Terhadap Hipertensi

Hipertensi memberikan respons positif terhadap aktifitas fisik yang bersifat aerobik.49 Latihan aerobik tidak menurunkan tekanan darah pada individu dengan tekanan darah normal tetapi pada individu dengan hipertensi.16 Latihan aerobik akan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Penurunan tekanan darah yang bermakna terlihat setelah latihan sebanyak 14 kali. Dan akan menetap untuk selanjutnya apabila individu meneruskan kebiasaannya.49

Kegagalan dari latihan untuk menurunkan tekanan darah pada beberapa individu telah menimbulkan kemungkinan terdapat kelompok individu yang memberikan respons baik dan kelopok individu yang memberikan respons negatif.17


(37)

Terdapat respons akut tekanan darah saat latihan, respons akut ini tergantung dari jenis latihan yang digunakan.42 Pada latihan berjalan kaki yang merupakan latihan aerobik terdapat respons awal berupa peningkatan secara linier tekanan darah sistolik yang terjadi bersamaan dengan peningkatan intensitas kerja yang secara sekunder disebabkan oleh peningkatan curah jantung. Penurunan resistesi ini lebih jelas terjadi pada tekanan darah diastolik.39 Setelah melakukan latihan berjalan kaki untuk waktu tertentu pasien hipertesi akan mengalami penurunan tekanan darah dan juga peningkatan fungsi jangtung.49

Penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi setelah latihan jalan kaki disebabkan karena terjadinya beberapa mekanisme dalam tubuh yaitu penurunan aktivitas sistim saraf simpatis, penurunan resistensi total perifer vaskular, penurunan curah jantung, meningkatnya sensitivitas barorefleks dan menurunnya volume plasma.50 Latihan berjalan kaki menurunkan tekanan darah harian baik pada saat istirahat maupun saat aktivitas.51


(38)

2.2 Kerangka Teori Hipertensi Aktivitas simpatis Aktivitas parasimpatis berkeringat Berjalan kaki (olahraga aerobik) Aktivitas otot rangka Denyut jantung Curah jantung Resistensi otot rangka Tekanan darah

Resistensi perifer total

Volume plasma

Resistensi pada jantung dan ogan lain

Aktivasi simpatis Setelah olahraga teratur

Vasodilatasi pembuluh darah Efisiensi kerja jantung Tekanan darah diastolik vasopresin Curah jantung Tekanan darah sistolik Penurunan tekanan darah pada Hipertensi


(39)

2.3 Kerangka Konsep

Variabel terikat yang diteliti

Variabel bebas yang diteliti

Variabel perancu yang tidak dikontrol

Variabel perancu yang dikontrol Berolahraga

Jalan kaki

Kontrol tekanan darah

Terapi antihipertensi Usia

obesitas merokok

Jenis kelamin

Asupan garam

Stress psikososial


(40)

2.4. Definisi Operasional

No variabel Pengukur Alat ukur Cara pengukuran Skala

pengukuran

1 Usia Peneliti Kuesioner Membaca

hasil kuesioner

Numerik

2 Jenis

kelamin

Peneliti Kuesioner Membaca hasil kuesioner

Nominal

3 Kontrol tekanan darah Pengukuran tekanan darah oleh perawat di Unit Jantung Terpadu RSCM yang sudah terlatih Sfigmomanom eter air raksa

Terkontrol dan tidak terkontrol. Terkontrol apabila tekanan darah sistolik

dibawah 140 mmHg dan tekanan darah diastolik dibawah 90

mmHg12

Ordinal

4 Kebiasaan berolahraga

jalan kaki

Peneliti Kuesioner Wawancara. Termasuk kategori berolahraga jalan kaki

apabila melakukan olahraga jalan kaki

minimal 3 kali seminggu dan minimal

30 menit persekali jalan kaki39


(41)

28 3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif kategorikal tidak berpasangan dengan desain penelitian potong lintang atau cross sectional untuk mengetahui hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan tekanan darah terkontrol pada pasien hipertensi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo selama bulan Juli 2013 sampai dengan Agustus 2013.

3.3. Populasi Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah pasien hipertensi. Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien hipertensi yang termasuk dalam kelompok senam jantung di Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

3.4. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel

Sampel pada penelitian ini diambil dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan consecutive sampling, yaitu dengan metode pengambilan sampel non-probabilitas, cara ini merupakan cara pengambilan sampel yang paling mendekati cara probabilitas.52 Metode ini dipilih karena metode probabilitas yang terdiri dari metode random sampling, cluster, dll tidak mungkin dilakukan pada populasi yang ada.


(42)

3.5. Kriteria Sampel

1.5.1 Kriteria Inklusi :

 Pasien hipertensi yang berobat jalan di Pelayanan Jantung Terpadu.

 Pasien memiliki catatan medik yang mencantumkan data control tekanan darah atau memiliki rata-rata tekanan darah yang menunjukan hipertensi.

 Pasien yang termasuk dalam kategori hipertensi primer

 Usia pasien ≥ 40 tahun

 Pasien mendapatkan terapi antihipertensi

 Pasien termasuk dalam kelompok senam jantung di pelayanan Jantung Terpadu.

1.5.2 Kriteria Ekslusi :

 Pasien hipertensi dengan komplikasi yang dilihat berdasarkan rekam medik

 Hipertensi dengan gangguan pada ginjal (seperti parenchimal renal, obstruksi ureter atau kandung kemih)

 Hipertensi dengan gangguan pada pembuluh darah ginjal (seperti hipertensi renovaskular, displasia fibromuskular, penyakit atherosklerosis, pheochomocytoma, stroke)

 Hipertensi dengan gangguan endokrin (seperti penyakit cushing, hipotiroidism,hipertiroidism, hiperparatiroidism, dan akromegali)

 Hipertensi dengan penyakit neurologi (seperti peningkatan tekanan intrakranial)

 Pasien hipertensi dengan obesitas yang dilihat berdasarkan kuesioner

 Pasien hipertensi yang tidak diet rendah garam yang dilihat berdasarkan kuesioner

 Pasien hipertensi yang aktif merokok yang dilihat berdasarkan kuesioner


(43)

 Pasien hipertensi dengan stress psikososial yang dilihat berdasarkan kuesioner

3.6. Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel penelitianan alitik kategorik tidak berpasangan dengan desain penelitian potong lintang.53 yakni sebagai berikut:

N =(� 2 +� 1 1+ 2 2)

2

( 12)2

Keterangan:

Zα : deviat baku alpha Zβ : deviat baku beta

P2 : proporsi pada kelompok standar, tidak berisiko, tidak terpajan atau kontrol

Q2 : 1-P2 Q1 : 1-P1

P1-P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna

P : proporsi total = 2

2 1 P

P

Q : 1-P

P1 : proporsi pada kelompok uji, berisiko, terpajan atau kasus,

Nilai Zα= 1,96 dengan kesalahan tipe 1 =5%, dan untuk power tes 80% (Zβ= 0,84), dengan effect size 20% dan P2 sebesar 0,5.16 P1-P2 ditetapkan sebesar 20%. Maka:

N =(1,96 2 × 0,6 × 0,4 + 0,84 0,7 × 0,3 + 0,5 × 0,5)

2

(0,2)2

N= 92,5 N= 93


(44)

Untuk mengantisipasi kemungkinan drop out maka ditentukan penambahan besar sampel dengan rumus.52 :

�′ =

(1− �)

n’ : Besar sampel yang dihitung. f : Perkiraan proporsi drop out.

Maka :

�′ = 93

(1−0,1)

n’ = 102

Dengan demikian, jumlah sampel yang diteliti pada penelitian ini berjumlah 102 orang .


(45)

3.7.Alur Penelitian

3.8. Variabel yang Diteliti

 Variabel bebas pada penelitian ini adalah kebiasaan berolahraga jalan kaki.

 Variabel terikat pada penelitian ini adalah kontrol tekanan darah. Menyaring rekam medis pasien yang memiliki riwayat

hipertensi primer atau sedang didiagnosis hipertensi dengan usia ≥ 40 tahun

Persiapan penelitian

Kriteria Eksklusi Inform consent

Melihat tekanan darah pasien

Tekanan darah terkontrol

Diberi kuesioner untuk mengetahui kebiasaan berolahraga jalan kaki

Tekanan darah tidak terkontrol

Kesimpulan Analisis penelitian


(46)

3.9. Cara Kerja Penelitian 1. Persiapan penelitian

a. Izin dan etika penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melalui proses perizinan direktur rumah sakit dan komisi etik FK UI, setelah mendapatkan perizinan dari direktur rumah sakit dan komisi etik FK UI, peneliti mempresentasikan proposal penelitian kepada kepala Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Segala perizinan dilakukan di awal penelitian, dan diselesaikan dalam jangka waktu 2 bulan.

b. Pengembangan kuesioner

Untuk mengukur variabel penelitian, Peneliti membuat sendiri kuesioner untuk memgetahui hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada hipertensi. Konten daripada kuesioner ini dibuat sesuai dengan teori dan penelitian sebelumnya yang menyatakan adanya hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki, menurut durasi, frekuensi dan intensitasnya dengan tekanan darah pada hipertensi. kemudian peneliti menyebarkan kuesioner terlebih dahulu kepada 30 responden lalu diuji validitasnya.

2. Identifikasi subjek

Identifikasi subjek dilakukan oleh peneliti telah disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah dibuat, apabila subjek memenuhi kriteria maka dilanjutkan oleh peneliti untuk prosedur inform consent.

3. Inform consent dilakukan oleh peneliti, subjek akan menandatangani formulir persetujuan yang sudah lulus kaji etik oleh FK UI.

4. Pengukuran variabel : untuk memperoleh data tekanan darah digunakan sfigmomanometer air raksa yang dilakukan oleh perawat rumah sakit yang sudah terlatih, pengukuran tekanan dilakukan saat pasien duduk di atas kursi selama minimal 5 menit , lengan tidak tertekan dan lengan berada di atas meja sejajar jantung. Sedangkan untuk memperoleh data mengenai kebiasaan berolahraga jalan kaki digunakan kuesioner jalan kaki dan untuk menyingkirkan variabel


(47)

perancu digunakan kuesioner demografis oleh peneliti secara langsung bertanya kepada pasien.

3.10. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut : a) Menyunting data

Menyunting data dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data. Proses menyunting data dilakukan tiap kali selesai memperoleh data dari kuesioner yang telah diisi oleh responden. Apabila terdapat data yang tidak lengkap maka peneliti akan menemui responden kembali untuk melengkapi data. b) Mengkode data

Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan, dilakukan untuk memudahkan dalam memasukkan data.

c) Memasukkan data

Memasukkan data yang telah diberi kode ke dalam program statistik pada software komputer.

d) Membersihkan data

Setelah data dimasukkan, dilakukan pengecekan kembali untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah.

e) Memberikan nilai data

Penilaian data dilakukan dengan cara pemberian skor terhadap jawaban yang menyangkut variabel dependen dan variabel independen.

3.11 Analisis data

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden yang meliputi kebiasaan berolahraga jalan kaki dan kontrol tekanan darah.

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel dependen dan variabel independen. Karena penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif kategorik tidak berpasangan maka analisnya menggunakan uji Chi-Square54 dengan SPSS 16.0 for Windows. Uji Chi-Square digunakan untuk menganalisis hubungan variabel independen yaitu


(48)

kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan variabel dependen yaitu kontrol tekanan darah, yang mana kedua variabel tersebut bersifat kategorik.52,54 Uji Chi-Square menggunakan tabel 2x2 yang mana pada baris ditempatkan variabel independen dan pada kolom ditempatkan variabel dependen. Melalui uji statistik Chi-Square akan diperoleh nilai p (p value) dengan tingkat kemaknaan 0,005. Jika nilai p≤ 0,005 maka Ho ditolak dan Ha diterima, dengan kata lain terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel yang diuji. Sedangkan jika nilai p> 0,005 maka Ho diterima dan Ha ditolak, dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara dua variabel yang diuji.52

Terdapat syarat untuk mengetahui hubungan dari variabel dependen dan independen menggunakan uji Chi-Square.SyaratChi-Square adalah jumlah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal sebanyak 20% dari jumlah sel yang ada. Jika tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, alternatif lain yang dapat dilakukan adalah menggunakan uji Fisher sebagai uji alternatif untuk tabel 2x2.54


(49)

36

Data penelitian ini diambil dari Bagian Rekam Medis kelompok senam jantung sehat di Unit Pelayanan jantung terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dengan melihat data pasien yang sudah didiagnosis hipertensi dan memenuhi kriteria. Jumlah total sampel yang diambil yakni sebanyak 102 sampel dengan metode pengambilan sampel consecutive sampling. Dilanjutkan dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan tekanan darah.

Karakteristik Demografis Subjek Penelitian

4.1. Karakteristik Demografis Subjek Penelitian

Tabel 4.1KarakteristikDemografisSubjekPenelitian.

Karakteristik Frekuensi Persentase Rerata

Jenis kelamin Pria

Wanita Usia

Kebiasaan Berjalan Kaki Iya Tidak TekananDarah Terkontrol Tidakterkontrol 68 34 72 30 63 39 66.7 33.3 70.6 29.4 61.8 38.2 59,73


(50)

Tabel4.1 menunjukan karakteristik demografis subjek penelitian ini yang meliputi jenis kelamin, usia, kebiasaan berjalan kaki dan control tekanan darah.

Grafik 4.1.Gambaran Karakteristik Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.1.dapat dilihat gambaran karakteristik penelitian berdasarkan jenis kelamin. Pada kelompok senam jantung sehat Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo lebih banyak responden pria yang mengalami atau memiliki riwayat hipertensi yaitu berjumlah 68 orang dengan presentase 66.7% dibandingkan dengan wanita yang hanya berjumlah 34 orang dengan presentase 33.3%. Hal ini sesuai dengan laporan penelitian anjum et al juga menyebutkan bahwatedapat 655 reponden yang mengalami hipertensi dimana 340 responden berjenis kelamin pria dan 315 responden berjenis kelamin wanita sehinggadidapatkan bahwa jumlah responden yang hipertensi didominasi oleh pria.55 Penelitian yang dilakukan oleh Tiwari sushma et al mengenai jalan kaki dan hipertensi di India juga menunjukkan angka karkteristik yang sama dimana dari total 84 responden, terdapat 55 responden berjenis kelamin pria dan 29 responden berjenis kelamin wanita. Sehingga pada pasien hipertensi didapatkan lebih banyak pria dari wanita.51


(51)

Grafik 4.2GambaranKarakteristik Penelitian BerdasarkanUsia

Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.2 dapat dilihat gambaran karakteristik penelitian berdasarkan usia. Pada kelompok senam jantung sehat Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo didapatkan pasien yang terdiagnosis hipertensi primer terbanyak terdapat pada usia 60 tahun dengan jumlah10orang (9,8%) usia pasien tertinggi yaitu berusia 84 tahun dan usia terendah yaitu 42 tahun dengan rata rata usia responden hipertensi pada kelompok senam jantung sehat Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN CiptoMangunkusumo adalah 59.73. Setelah dilakukan uji normalitas terhadap usia responden, diperoleh nilai p = 0,200 . Karena nilai p > 0,05 maka diambil kesimpulan bahwa distribusi usia normal.54

Hal ini sesuai dengan pendapat Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, pada buku Harrison’s Principles of Internal Medicine yang menyatakan bahwa semakin tinggi usia seseorang semakin tinggi pula tekanan darahnya, hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya usia, pembuluh darah arteri mengalami kekurangan elastisitas sehingga tekanan pada darah akan meningkat, hal ini dapat diibaratkan seperti pipa air yang mengalami penyempitan tekanan pada air akan meningkat.28 Hal ini juga sejalan dengan hasil dari penelitian yang dilakukan sebelumnya bahwa usia responden hipertensi terbanyak adalah yang berusia diatas 50 tahun. Disebabkan karena semakin bertambahnya usia, pembuluh darah arteri mengalami penurunan kelenturan atau


(52)

elastisitasnya. Sehingga volume darah yang mengalir menjadi kurang lancar.17 Penelitian lain juga menyatakan hal yang sama, penelitian yang dilakukan Stacey et al mengatakan bahwa semakin bertambahnya usia makan terjadi beberapa penurunan proses metabolisme dalam tubuh salah satunya adalah metabolisme kalsium yang pada akhirnya akan terjadi beredarnya banyak kalsium dalam darah dan terjadi pengendapan kalsium di dinding pembuluh darah dan terjadi penyempitan pada pembuluh darah sehingga darah yang melewati arteri tersebut tekanannya meningkat.56 Selain itu semakin tua usia maka jumlah responden semakin sedikit hal ini sesuai dengan data WHO pada tahun 2009 yang menunjukan angka harapan hidup warga Indonesia adalah 68 tahun.2

Pada penelitian ini subjek penelitian yang memiliki kebiasaan berjalan kaki lebih banyak yaitu 72 orang dengan presentase 70.6% dan yang tidak memiliki kebiasaan berjalan kaki 30 orang dengan presentase 29.4% sehingga diketahui pada pasien hipertensi pada penelitian ini lebih banyak yang memiliki kebiasaan berolahraga jalan kaki.

Gambaran tekanan darah pada pasien menunjukan pasien hipertensi dengan tekanan darah terkontrol yaitu tekanan darah sistol kurang dari 140 mmHg dan diastol kurang dari 90 mmHg lebih banyak daritekanan darah yangtidak terkontrol. Jumlah pasien dengan kontrol tekanan darah sebanyak 63 orang dengan persentase 61.8% dan pasien dengan tekanan darah tidak terkontrol sebanyak 39 orang dengan persentase 38.2%.


(53)

4.1 Analisis Univariat

Pada penelitian ini dilakukan analisis univariat untuk melihat gambaran distribusi frekuensi pada variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Adapun hasil analisis univariat pada penelitian ini akan dijelaskan pada sub-bab berikut

4.2.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki

Tabel 4.2 menunjukkan distribusi sampel penelitian berdasarkan kebiasaan berolahraga jalan kaki. Pada penelitian ini, yang termasuk ke dalam kriteria berolahraga jalan kaki adalah pasien hipertensi yang melakukan olahraga jalan kaki berdurasi minimal 30 menit persekali jalan dan dengan frekuensi diatas 3 kali perminggu.39

Didapatkan dari total sampel sebanyak102 orang, terdapat 72 orang yang berolahraga jalan kaki dengan persentase70,6%, 30 orang tidak berolahraga jalan kakidengan presentase (29,4%).

Berolahraga Jalan Kaki Frekuensi Presentase

Ya 72 70.6


(54)

Grafik 4.3.Gambaran Karakteristik Penelitiain Berdasarkan Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki.

4.2.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Kontrol Tekanan Darah

Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Kontrol Tekanan Darah

TekananDarah Frekuensi Persentase

Terkontrol 63 61.8

TidakTerkontrol 39 38.2

Dari tabel 4.3 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan Kontrol tekanan darah, yang termasuk kedalam kriteria kontrol tekanan darah adalah pasien hipertensi tanpa komplikasi yang memiliki tekanan darah <140 mmHg sistolik dan <90 mmHg diastolik.12


(55)

Grafik 4.4.Gambaran Karakteristik Penelitiain Berdasarkan Kontrol Tekanan Darah

Berdasarkan tabel 4.3 dan grafik 4.4 dapat dilihat gambaran karakteristik penelitian berdasarkan kontrol tekanan darah. Pada kelompok senam jantung sehat Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo didapatkan 63 responden yang tekanan darahnya terkontrol dengan presentase (61,8%), dan 39 responden tekanan darahnya tidak terkontrol dengan presentase (38,2%). Pemeriksaan tekanan darah yang teratur pada pasien hipertensi sangat dibutuhkan untuk mengetahui tekanan darahnya terkontrol atau tidak. Karena apabila tekanan darah pada pasien hipertensi tidak terkontrol merupakan faktor resiko tinggi terjadinya komplikasi kardiovaskular.3


(56)

4.2 Analisis Bivariat

Tabel 4.4 Hubungan antara Kebiasaan Berolahraga Jalan Kaki dengan Kontrol tekanan darah.

Jalan Kaki

Kontrol Tekanan Darah Ya Tidak N (%) N (%)

Total N(%)

Rasio Prevalens

IK 95 %

p-value

Ya 54(52,9) 18 (17,6) 72(70,6) 0.4 0.055-0.368

0,001

Tidak 9(8,8) 21(20,6) 30(8,8)

Total 63(61,8) 39(38,2)

Tabel 4.4 menunjukkan Hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 72 pasien (70,6%) yang melakukan olahraga jalan kaki, 54 pasien (52,9%) tekanan darahnya terkontrol, dan 18 pasien (17,6%) tekanan darahnya tidak terkontrol. Sedangkan dari 30 pasien (29,4%) yang tidak melakukan olahraga jalan kaki, 9 pasien (8,8%) tekanan darahnya terkontrol dan 21 pasien (20,6%) tekanan darahnya tidak terkontrol.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif kategorikal tidak berpasangan sehingga untuk uji hipotesisnya menggunakan uji chi-square.52 Dan menggunakan tabel 2x2 pada baris ditempatkan variabel independen yaitu jalan kaki sementara pada kolom ditempatkan variabel dependen yaitu tekanan darah.54 Hasil dari uji hipotesisnya menunjukan sel yang memiliki nilai observed dan expected lebih dari 5. Sehingga telah memenuhi syarat uji chi-square.54 Pada hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0.001 yang berarti P < 0.05 sehingga hasilnya bermakna. Dapat


(57)

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.

Oleh karena terdapat hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi, peneliti mengukur estimasi resiko relatif hubungan tersebut dengan menggunakan rasio prevalens (RP). Rasio prevalens (RP) dapat dihitung dengan rumus RP= a/(a+b) : c/(c+d).52 Diketahui nilai rasio prevalens(RP) pada penelitian ini adalah sebesar 0.4 dengan IK 95% (0,055-0,368) dimana pada nilai RP<1 bukan merupakan faktor resiko tetapi merupakan faktor protektif.52,54

Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa pada pasien hipertensi yang melakukan kebiasaan berolahraga jalan kaki secara teratur selama minimal 3 kali dalam seminggu dan berdurasi minimal 30 menit setiap latihan memiliki tekanan darah yang terkontrol diabandingkan dengan yang tidak berjalan kaki.

Hasil dari penelitian ini yang menunjukan terdapat hubungan antara berolahraga jalan kaki dengan tekanan darah pada hipertensi sejalan dengan penelitian yang dilakukan Martin et al menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi sebesar 3,2 mmHg tekanan diastolik dan 5,7 mmHg tekanan sistolik pada penderita hipertensi dengan olahraga aerobik ringan.13 Penelitian Fernando dimeo dkk juga menyatakan terdapat hubungan berolahraga secara teratur dengan hipertensi dan dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 6±12 mmHg dan diastolik sebesar 3±7 mmHg pada penderita hipertensi yang resisten.14 Augustine J. Sohn dkk menyatakan bahwa terdapa hubungan berolahraga terutama jalan kaki dengan tekanan darah pada hipertensi, terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 9,0 % dan diastolik sebesar 7,42% pada pasien hipertensi yang mendapatkan intervensi berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya.16

Kebiasaan berolahraga jalan kaki merupakan suatu aktivitas aerobik yang bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan daya tahan Kardiovaskular serta Muskuloskeletal.39 Dengan latihan fisik yang benar dan teratur akan terjadi efisiensi kerja jantung. Kemampuan jantung akan meningkat sesuai dengan


(58)

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh. Hal tersebut dapat berupa perubahan-perubahan pada frekuensi jantung, isi sekuncup, dan curah jantung.50

Saat melakukan aktivitas fisik yang bersifat aerobik seperti berjalan kaki, tekanan darah akan naik cukup banyak. Seperti pada saat melakukan olahraga aerobik yang bersifat keras, tekanan darah sistolik akan naik mejadi 150-200 mmH dari tekanan darah sistolik ketika istirahat sebesar 110-120 mmHg. sebaliknya, segera setelah latihan aerobik selesai, tekanan darah akan turun sampai di bawah normal dan berlangsung selama 30-120 menit.38 Jika aktivitas fisik yang bersifat aerobik ini dilakukan secara berulang, penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama. Itulah sebabnya berolahraga secara terarur akan dapat menurunkan tekanan darah. Jenis olahraga yang efektif menurunkan tekanan darah adalah olahraga aerobik dengan intensitas sedang dengan frekuensi 3-5 kali perminggu dengan durasi latihan minimal 30 menit sekali latihan.49

Tekanan darah yang terkontrol pada hipertensi ini terjadi lantaran adanya penurunan tekanan darah karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan terjadi relaksasi pembuluh darah. Sehingga terjadi penurunan tekanan darah seperti halnya melebarnya pipa air yang akan menurunkan tekanan pada aliran air. Dalam hal ini olahraga aerobik yang bersifat kontinyu dapat mengurangi tahanan perifer pembuluh darah. Mekanisme penurunan tekanan darah juga diakibatkan oleh aktivitas memompa jantung yang berkurang.49 Otot jantung individu yang berolahraga secara rutin lebih kuat dibandingkan dengan individu yang jarang berolahraga. Pada individu yang rutin berolahraga jantungnya berkontraksi lebih sedikit untuk memompakan darah dengan volume yang sama.39 Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung, maka olahraga secara kontinyu akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.49 Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan penurunan tekanan darah sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan diastolik.23


(59)

4.3 Keterbatasan penelitian

Peneliti telah berusaha melakukan penelitian seteliti mungkin, serta menjabarkan hasil penelitian.Namun demikian, peneliti menyadari bahwa masih terdapat keterbatasan ataupun kelemahan dalam penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Dikarenakan belum adanya kuesioner yang baku, untuk mengukur variabel independen yaitu berjalan kaki, kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti.

2. Penelitian ini menggunakan desainstudi cross sectional atau desain potong lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen padawaktu yang sama sehinggapenelitian kurang ideal dan akurat untuk menggambarkan hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan tekanan darah pada hipertensi.


(60)

47 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

a) Pada penelitian ini diketahui bahwa dari total 102 responden, jumlah terbanyak terdapat pada usia 60 tahun dengan jumlah 10 orang (9,8%) dan usia tertinggi yaitu 84 tahun serta usia terendah 42 tahun.Jumlah pasien laki-laki adalah sebanyak 68 orang (66,7%) sedangkan perempuan (sebanyak 34 orang atau 33,3%). Jumlah responden yang Berolahraga Jalan Kaki terdapat 72 orang dengan persentase (70,6%), dan 30 orang tidak Berolahraga Jalan Kaki dengan presentase (29,4%).

b) Dari total 102 responden, sebanyak 63 orang memiliki kontrol tekanan darah dengan presentase (61,8%), dan 39 orang tekanan darahnya tidak terkontrol dengan presentase (38,2%).

c) Berdasarkan hasil dari penelitian hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah, disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi. nilai (p = 0.001, PR = 0,4, IK = 0.055-0.368 )


(61)

5.2 Saran

a). Masyarakat umum

Untuk pencegahan terjadinya komplikasi kardiovaskular dan untuk membantu penurunan tekanan darah pada hipertensi disarankan kepada pasien untuk selalu melakukan kebiasaan berolahraga jalan kaki sebagai olahraga yang murah, mudah dan mampulaksana dilakukan pada masyarakat.

b). Rumah sakit

Aktivitas fisik yang bersifat aerobik seperti berjalan kaki pada pasien hipertensi sangat penting dilakukan, hal ini merupakan salah satu upaya untuk membantu menurunkan tekanan darah pada hipertensi dan akhirnya didapatkan tekanan darah yang terkontrol selain melakukan tatalaksana secara medikamentosa. Dan juga sebagai pencegahan terjadinya komplikasi kardiovaskular lebih lanjut dari hipertensi .

c). Peneliti

Penelitian tentang hubungan kebiasaan berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada penderita hipertensi sebaiknya menggunakan desain penelitian eksperimental atau uji klinis, karena studi eksperimental atau uji klinis merupakan metode yang paling baik untuk menerangkan pengaruh dari berolahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi. Dengan demikian keterbatasan penggunaan kuesioner dalam pengukuran kebiasaan responden dapat diminalisir.


(62)

49

fits and recommendations for physical activity programs for all Americans: a statement for health professionals by the Committee on Exercise and Cardiac Rehabilitation of the Council on Clinical Cardiology. Circulation 1992; 86: 340 2. WHO.World Health Organization [online].; 2011 [citied 2012 Desember 15. 3. Hipertensi di indonesia. In : Mansjoer A, ed.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:

Media aesculapius;1999.p.518-21.

4. Departemen Kesehatan. Survei Kesehatan Nasional. Laporan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2004

5. World Health Organization. Primary prevention of essential hypertension. World Health Organization Technical Report Series 686. Geneva: World Health Organization, 1983

6. Fisher NLD, Williams GH. Hypertensive Vascular Disease. In: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL.2005; 365: 217–23.

7. Nicholls MG. Effects of non-pharmacologic therapy. Clin Exp Hypertensions A 1990; 12: 709-28

8. American College of Sports Medicine. Position stand: physical activity, physical fitness and hypertension. Med Sci Sports Exerc 1993; 25: i-x

9. United States Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention, and National Center for Chronic Disease Pre vention and Health Promotion, editors. Physical activity and health: a report of the surgeon general. Atlanta (GA): United States Department of Health and Human Services, 1996

10.The sixth report of the Joint National Commit tee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. Arch Intern Med 1998; 157: 2413-6

11.Pate RR, Pratt M, Blair SN. Physical activity and public health. JAMA 1995; 273: 402-7


(63)

12.Aram V. Chobanian et al. Seventh report of the Joint National Committee (JNC 7) on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. Hypertension. 2003;42:1206–1252.

13.J E Martin, P M Dubbert. Controlled trial of aerobic exercise in Hypertension. Dallas,1990

14.Fernando dimeo. Effect of aerobic exercise in hypertension. Brasil,2004

15.George A. Kelley. Progressive Resistance Exercise and Resting Blood Pressure: A Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. Dallas,2000

16.Augustine J. Sohn, MD, MPH; Memoona Hasnain, MD, MHPE, PhD;James M. Sinacore, PhD . impact of exercise (walking) on blood pressure levels in Hypertension in african american adults with newly diagnosed Hypertension. African,2008

17.M. A. Mughal. The effects of Aerobic Exercise Training on resting Blood Pressure in Hypertensive Patients. 1990

18.Emmanuel Gomes Ciola. High-intensity interval training and hypertension. Brazil,2012

19.Hagburg JM. Exercise, fitness, and hypertension.In: Exercise, Fitness, and Health: A Consensus of Current Knowledge, Bouchard C,ed. Champaign, IL: Human Kinetics,1990;455–466.

20. RogersMW, Probst MM, Gruber JJ, Berger R, Boone JB Jr. Differential effects of exercise training intensity on blood pressure andcardiovascular responses to stress in borderline hypertensive humans. J Hypertens. 1996; 14(11):1369–1375. 21.Urata H, Tanabe Y, Kiyonaga A, Ikeda M,Tanaka H, Shindo M, Arakawa K. Antihypertensiveand volume-depleting effects of mild exercise on essential hypertension.

22.Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, eds. Harrison’s Principles OF Internal Medicine.16th ed.New York,NY:Mc Graw- Hill;2005:1463-1480

23.Lauralee Sherwood Human Physiology: From Cells to Systems. 7th ed. USA: Brooks/Cole; 2010

24.DEPKES.Departemen Kesehatan RI Data Kesehatan Indonesia [online].; 2011 [citied 2012 november 24.


(64)

25.Bustan,M.N: Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Rineka Cipta:2007. Hal 60,63,204-5.

26.Sylvia A.Price: Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.6th ed. Jakarta:penerbit buku kedokteran EGC;2003.

27.Robbins, kumar: Buku Ajar Patologi. 7th ed. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC; 2007

28.Dan L. Longo, Dennis L. Kasper, J. Larry Jameson, Anthony S. Fauci, Stephen L. Hauser, Joseph Loscalzo. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. USA: McGraw Hill; 2012.

29.Edouard J. Battegay, Gregory Y. H, George L. Bakris. Hypertension: Principles and Practice. USA: Taylor & Francis Group; 2005.

30.Norman M. Kaplan M.D., Joseph T. Flynn M.D. Kaplan's Clinical Hypertension. 9th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2006

31.Sudoyo d:Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI; 2010. p. 1080-1081.

32.European Society of Hypertension–European Society of Cardiologyguidelines for the management of arterial hypertension. J Hypertens. 2003;21:1011–1053. 33.Thomas J. Wang, Ramachandran. Epidemiology of Uncontrolled Hypertension

in the United States. Circulation. 2005;112:1651-1662.

34.The State of Health Care Quality 2004. Washington, DC: National Committee for Quality Assurance; 2004.

35.Singer GM, Izhar M, Black HR. Guideline for hypertension: are quality-assurance measures on target? Hypertension 2004;43:198-202.

36.Declaration on Sport ,International Council of Sport and Physycal Education (ICSPE). Paris. 2013

37.Bompa TO. Theory and Methodology of Training. The key of AthleticPerformance. Kendal Hunt Publishing Company. Iowa. 1990: h. 315-20. 38.Dede Kusmana, Olahraga bagi kesehatan jantung. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 1997. P.58-59

39.Scott k powers,Exercise physiology theory and application to fitness and performance. University of florida.2004


(65)

40.Peter GJM, Latihan Laktat Denyut Nadi. Jakarta .KONI.2000

41.Harsono. Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching. Jakarta: Tambak Kusuma;2000. P.92-83

42.Lateur BJ, Lehmann JF. Therapeutic exercise to develop strengh and endurance. In: Krusen’s handbook of physical medicine and rehabilitation, 4th ed. Philadelphia: WB saunders Co; 1990.

43.Sudradjat prawirasaputra.Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta:Tambak Kusuma;2000

44.Norkin CC. Gait analysis, physical rehabilitation: Assesment and treatment. 3rd ed. FA David Company;1999.p 167-91

45.American thoracic society: guideliness for the six minute walk test.2002

46.Li,CY, Imaishi K, Shiba N, Tagawa Y, Maeda T, Matsuo S. Biomechanical evaluation of foot pressure and loading force gait in rheumatoid arthritic patiens with and without foot orthosis. Kurume Med J;2000:47:p211-7

47.Hoppenfeld physical examination of the foot and ankle in physical examination of spine and extremities. Appleton Century Crofts;2001. P.198-20

48.Basmajian JV. Therapeutic exercise 4thedition, London: Williams & Wilkins;2001, p.45-69, 88-108

49.Janet P. Wallace, Exercise in Hypertension, Clinical Exercise Physiology Laboratory, Department of Kinesiology, Indiana University,Bloomington, Indiana, USA. 2003

50.Burt VL, Cutler JA, Higgins M, Horan MJ, Labarthe D, Whelton P, Brown C, Roccella EJ.Trends in the prevalence, awareness, treatment, and control of hypertension in the adult US population: data from the health examination surveys, 1960 to 1991. Hypertension.1995;26:60–69.

51.Tiwari sushma et al.Effect of isotonic exercise (walking) on various physiological parameters in hypertension.india,2011

52.Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, 4th ed. Jakarta: Sagung Seto; 2011.

53.M. Sopiyudin Dahlan. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.. Jakarta: Salemba Medika; 2009.


(66)

54.M. Sopiyudin Dahlan. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, 4th ed. Jakarta: Salemba Medika;2009

55.Anjum et al. Hypertension after kidney transplantation.USA;2004

56.Stacey E. Jolly et al. Uric Acid, Hypertension, and CKD among Alaska Eskimos-the Genetics of Coronary Artery Disease in Alaska Natives (GOCADAN) study;2012


(67)

54

LAMPIRAN 1


(68)

LAMPIRAN 2


(1)

Jalankaki

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ti 30 29.4 29.4 29.4

ya 72 70.6 70.6 100.0


(2)

Terkontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid terkontrol 63 61.8 61.8 61.8

tidak 39 38.2 38.2 100.0


(3)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jalankaki * terkontrol 102 100.0% 0 .0% 102 100.0%

jalankaki * terkontrol Crosstabulation

terkontrol

Total terkontrol tidak

jalankaki ti Count 9 21 30

Expected Count 18.5 11.5 30.0

ya Count 54 18 72

Expected Count 44.5 27.5 72.0

Total Count 63 39 102


(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 18.158a

1 .000

Continuity Correctionb 16.303 1 .000

Likelihood Ratio 18.074 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

N of Valid Casesb 102

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,47.


(5)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for jalankaki (ti /

ya) .143 .055 .368

For cohort terkontrol =

terkontrol .400 .228 .702

For cohort terkontrol = tidak 2.800 1.761 4.451


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama

:

Larisa Sabrina Rahadiyanti

Jenis Kelamin

:

Perempuan

Tempat Tanggal Lahir:

Jakarta, 22 september 1992

Status

:

Belum Menikah

Agama

:

Islam

Alamat

:

The Royal Residence Blok c4/12 Pulogebang Raya .

Jakarta Timur

Nomor Telepon/HP :

085692121535

Email

:

[email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1997

1998

:

TK Al-Fajar

1998

2004

:

SD Islam Al-Azhar 19 Sentra Primer

2004

2007

:

SMPN 99 Jakarta

2007

2010

:

SMAN 21 Jakarta

2010

Sekarang

:

Program Studi Pendidikan Dokter,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.


Dokumen yang terkait

Hubungan Kreatin Kinase Dengan Kontrol Tekanan Darah Pada Hipertensi

1 71 118

Hubungan Kontrol Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Dengan Indeks Massa Tubuh

0 20 64

Efektifitas Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi

1 15 8

HUBUNGAN ASUPAN KALIUM DAN KONSELING GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN Hubungan Asupan Kalium dan Konseling Gizi dengan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi di Surakarta.

0 2 18

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU Hubungan Kebiasaan Olahraga Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi Rawat Jalan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.

0 0 16

HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN ASUPAN NATRIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN Hubungan Tingkat Stres Dan Asupan Natrium Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Rsud Dr. Moewardi Di Surakarta.

0 1 19

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsud Dr.Moewardi Surakarta.

1 5 12

Hubungan Kualitas Tidur Terhadap Kontrol Tekanan Darah Pasien Poliklinik Ginjal Hipertensi RSUD Dr. Moewardi.

0 0 12

Hubungan Kreatin Kinase Dengan Kontrol Tekanan Darah Pada Hipertensi

0 0 57

Hubungan Kreatin Kinase Dengan Kontrol Tekanan Darah Pada Hipertensi

0 0 18