17 berhubungan dengan kekuasaannya.
20
Pada sisi lain, ketika seseorang yang berada pada posisi subordinat dan agar tidak tergantung pada orang lain, maka strategi menolak dan
menerima pelayanan atau pemberian dari orang lain akan digunakan sebagai bagian dari strategi penolakan diri atas potensi penguasaan orang lain, atau melakukan
pelayanan yang seimbang kepada orang yang sama posisinya sebagai potensi investasi kuasa.
21
2.4. Nilai dan Norma Menurut Blau
Dalam kehidupan masyarakat, nilai dan norma merupakan dasar yang “menggerakan” perilaku individu maupun perilaku sosial. Dengan demikian, nilai dan
norma juga berfungsi sebagai dasar pertukaran sosial dalam ruang lingkup yang melebihi batas kontak sosial secara langsung. Dengan kata lain, nilai dan norma
memediasi transaksi sosial langsung maupun tidak langsung dalam ruang sosial mikro dan makro. Sebab kalau norma menjadi alat pertukaran antara individu dan masyarakat
maka nilai menjadi alat pertukaran antara kelompok dan kelompok atau antara kolektivitas dengan kolektivitas.
22
Menurut Blau, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat menjadi kebiasaan dan dilestarikan dari generasi ke generasi, sekalipun terdapat
perubahan atau modifikasi. Sebab baginya nilai dan norma tersebut membentuk kehidupan sosial social life dalam masyarakat dan pola-pola sosial social patterns
yang terjadi pada kelompok tertentu. Nilai sosial ialah penghargaan yang diberikan masyarakat kepada segala sesuatu yang terbukti mempunyai daya guna fungsional bagi
20
Ibid, 204
21
Doyle Paul Johnson. Teori Sosiologi Klasik dan Moderen. Jilid I II. di-Indoenisa-kan oleh Robert M.Z Lawang. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1990,
83-84
22
Bernard Raho, Teori . . . , 180
18 perkembangan hidup bersama.
23
Menurut Hendropuspito, tolak ukur yang digunakan untuk memberi penghargaan adalah daya guna fungsional yang dialami atau dirasakan
secara faktual oleh masyarakat. Orang, barang atau apapun itu harus berfungsi dengan baik dalam sistem dan sturktur masyarakat tertentu, sebab jika daya guna fungsional itu
tidak fungsional dalam sistem dan struktur masyarakat, maka pengharagaan terhadapnya akan mempengaruhi penilaian masyarakat.
Dalam kehidupan sosial, standar normatif merupakan hal yang sangat penting dalam membatasi tindakan yang menyimpang. Tanpa norma-norma sosial yang
melarang kekerasan dan penipuan, pertukaran sosial dapat terancam dan pertukaran sosial tidak bisa berfungsi sebagai mekanisme pengaturan diri sendiri Self-regulating
mechanism dalam batas norma-norma. Pada sisi lain, kekuasaan dan sumber daya manusia merupakan hasil keunggulan kompetitif yang diperoleh dalam pertukaran
sosial memungkinkan untuk mengeksploitasi orang lain. Menurut Rapoport 1960:
173 yang dikutip oleh Blau mengatakan bahwa: Manifestasi paling dramatis tentang
perlunya norma sosial ditemukan dalam berbagai situasi sosial dimana kepentingan semua pihak, tidak hanya sebagian, perlu dilindungi dengan norma sosial karena
pengejaran kepentingan pribadi tanpa batasan-batasan normatif dapat mengalahkan kepentingan pribadi dari semua pihak yang terlibat.
24
Berdasarkan penjelasan di atas, maka norma sosial dibutuhkan untuk melarang tindakan seorang individu yang memperoleh keuntungan dengan mengorbankan
kepentingan kelompok. Dengan kata lain, jika terjadi pelanggaran terhadap standar moral maka yang terjadi adalah kepentingan individu lebih menonjol dari kepentingan
23
Objek yang mendapat nilai meliputi orang-orang, barang-barang, hal ihwal yang bersifat ideologi atau pendangan hidup maupun berupa ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta semua
cabangnya. Masing-masing secara sendiri dan secara kategorial diberi penghargaan, dan oleh karena itu mendapat nilai sosial. D. Hendropuspito OC, Sosiologi Sistematik, Jogjakarta: Kanisius, 1989, 203
24
Peter M. Blau, Exchange and Power . . . , 256
19 kelompok. Hal ini telah merubah reward dan cost sebagai suatu pilihan atau alternatif
dalam perilaku sosial. Sehingga dibutuhkan norma yang dapat berfungsi sebagai dasar pemberian sanksi bagi yang bersangkutan, baik sanksi sosial maupun sanksi hukum.
Blau meyakini bahwa “interpersonal attraction” tindakan interpersonal dari pertukaran dasar yang terjadi di antara individu dapat digantikan oleh “shared value”
nilai-nilai bersama pada tingkat makro. Nilai-nilai ini dapat dikonseptualisasikan sebagai “media of social transactions” media transaksi-transaksi sosial yang
menyediakan standar baku untuk menuntun pertukaran tidak langsung yang kompleks antara struktur sosial dengan anggotanya.
25
Dalam memediasi pertukaran tidak langsung antara kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi, “shared value”
menyediakan standar untuk pengukuran a expected rewardreward yang diharapkan, b reciprocitytimbal balik, dan c fair exchangepertukaran yang adil.
26
Standar keadilan dalam pertukaran sosial dan norma-norma sosial lainnya bersandar pada legitimasi persetujuan bersama atau konsensus, seperti menetapkan
tujuan oposisi dan nilai-nilai sosial lainnya yang menegaskan kelompok sasaran dan individu berusaha untuk mencapainya. Umumnya nilai dan norma yang disepakati
berperan sebagai media kehidupan sosial dan sebagai perantara penghubung untuk transaksi-transaksi sosial.
27
Dengan demikian menurut Blau, nilai dan norma sosial tersebut memungkinan terjadinya pertukaran sosial tidak langsung, mengatur proses-
proses integrasi sosial dan diferensiasi dalam struktur sosial yang kompleks serta perkembangan organisasi sosial dan reorganisasi di dalamnya.
25
Jonathan H. Turner, The Structure . . . , 277-278
26
Ibid.
27
Peter M. Blau, Exchange and Power . . . , 254
20
2.5. Nilai sebagai Media Transaksi Sosial