PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS IV C SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014
ABSTRAK
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL
BELAJAR PADA SISWA KELAS IV C SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN
2013/2014 Oleh Andi Prasetya
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa kelas IV C SD Negeri 06 Metro Pusat Kota Metro yaitu 74% dari jumlah 31 orang siswa belum mencapai KKM ≥75 yang diketahui dari hasil observasi. Tujuan penelitian adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan problem posing.
Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data kemampuan pemecahan masalah menggunakan lembar observasi dan data hasil belajar menggunakan lembar tes. Data kemampuan pemecahan masalah dianalisis kualitatif, sedangkan data hasil belajar dianalisis kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan problem posing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa pada siklus I sebesar 69,89 kemudian meningkat pada siklus II menjadi 87,22. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 71,03 meningkat menjadi 81,19 pada siklus II. Persentase ketuntasan belajar pada siklus I yaitu 70,97%, meningkat menjadi 90,32% di siklus II.
(2)
PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL
BELAJAR PADA SISWA KELAS IV C SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN
2013/2014
Oleh
ANDI PRASETYA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(3)
(4)
(5)
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 28 Januari 1993, sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Purnyono dan Ibu Sumini. Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri Genuksuran 1, Kabupaten Grobogan pada tahun 1998 dan selesai pada tahun 2004. Penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri 3 Purwodadi, Kabupaten Grobogan dan selesai pada tahun 2007. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA PGRI Purwodadi, Kabupaten Grobogan dan selesai pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2010 penulis melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
(7)
i MOTO
“Allah SWT tidak akan memberikan c
obaan kepada umat-Nya
melebihi
batas kemampuan manusia itu sendiri”
(QS. Al-Baqarah:
286)
“
Jangan takut gagal karena kegagalan itu harus dihadapi bukan
dihindari
”
(Andi Prasetya)
“
Mulailah segala sesuatu dengan mengucap lafadz Basmallah
”
(8)
i PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirohim
Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan ucapan terima kasih serta rasa banggaku kepada:
Ayahanda Purnyono dan Ibunda Sumini Tercinta
Yang telah mendidik dengan penuh perjuangan, dan memberikan doa serta banyak motivasi dalam
menyelesaikan studi, serta mengajarkan arti kehidupan.
Bapak Drs. Hi. Sutrisno, M.M dan Ibu Dra. Yuly Hartaty, M.M
Yang selalu memberikan motivasi untuk tetap semangat dalam menghadapi setiap masalah, mengajarkan untuk
tetap tersenyum, santun, dan elegan. Terima kasih.
Adiku Agus Riyanto dan Aji Ramadhan
Yang selalu memberikan senyum semangat untuk terus berjuang menggapai cita-cita,terima kasih.
Deasy Vivta Rini dan Renny Ambar Astika
Yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini, terima
kasih temanku.
Teman-Teman PGSD Angkatan 2010
Yang selalu memberikan senyum dan dorongan semangat dari awal perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini,
terima kasih temanku.
(9)
ii SANWACANA
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pendekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar pada Siswa Kelas IV C SD Negeri 06 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014”, sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulisan skripsi ini masih belum sempurna sehingga terdapat kekurangan bahkan kesalahan yang penulis tidak sadari. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dorongan, petunjuk, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi yang terbaik di lingkup nasional;
2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi;
3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi;
4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis dan ide-ide kreatif untuk memajukan kampus tercinta PGSD;
(10)
iii memberikan bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini;
6. Bapak Drs. Mugiadi, M. Pd., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran-saran yang membangun pada saat seminar;
7. Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Pertama yang telah bersedia memberi bimbingan, saran, kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
8. Bapak Drs. Siswantoro, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Kedua sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia memberi bimbingan, saran, kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
9. Ibu Siti Rohana, S. Pd., selaku Kepala SD Negeri 06 Metro Pusat Kota Metro yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk melaksanakan penelitian di SD Negeri 06 Metro Pusat;
10. Ibu Ningrum Sucipto, S. Pd., selaku Guru Kelas serta siswa-siswi kelas IV C SD Negeri 06 Metro Pusat, Kota Metro, yang bersedia bekerja sama dan membantu dalam pelaksanaan penelitian;
11. Seluruh Staf pengajar PGSD FKIP Universitas Lampung, yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah;
12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa PGSD angkatan 2010, yang telah sama-sama berusaha dari awal sampai akhir;
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi calon guru khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Metro, Mei 2014 Penulis,
Andi Prasetya NPM 1013053036
(11)
iv DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.LatarBelakang ... 1
B. IdentifikasiMasalah ... 5
C.RumusanMasalah ... 6
D.TujuanPenelitian ... 6
E. ManfaatPenelitian ... 6
F. Ruang Lingkup ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIRDAN HIPOTESIS .... 9
A.Pendekatan PembelajaranProblem Posing ... 9
1. Pengertian PendekatanPembelajaran ... 9
2. PendekatanProblem Posing ... 10
a. PengertianPendekatanProblem Posing ... 10
b. Kelebihan dan Kekurangan PendekatanProblem Posing .... 11
1) Kelebihan Pendekatan Problem Posing ... 11
2) Kekurangan PendekatanProblem Posing ... 12
c. Langkah-Langkah PendekatanProblem Posing ... 13
B.Pemecahan Masalah ... 16
1. Masalah... 16
2. Pemecahan Masalah ... 17
C.Belajar, Teori Belajar, dan Hasil Belajar ... 19
1. Belajar... 19
2. Teori Belajar ... 19
3. Hasil Belajar ... 21
D.Kurikulum 2013 ... 21
E. Pembelajaran Tematik-Integratif... 23
1. Pembelajaran Tematik ... 23
2. Pembelajaran Tematik-Integratif ... 24
F. Bidang Ilmu dalam Pembelajaran Tematik-Integratif ... 24
1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) ... 24
2. Bahasa Indonesia ... 25
3. Matematika ... 26
(12)
v
H.Penilaian Otentik ... 30
I. Hasil Penelitian yang Relevan... 31
J. Kerangka Pikir... 33
K.Hipotesis ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A.MetodePenelitian ... 35
1. SettingPenelitian ... 36
2. SubjekPenelitian ... 37
B.TeknikdanAlatPengumpulan Data ... 37
1. TeknikPengumpul Data ... 37
2. AlatPengumpul Data ... 38
C.TeknikAnalisis Data ... 46
1. TeknikAnalisis Data Kualitatif ... 46
2. Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 49
D.UrutanPenelitianTindakanKelas... 50
1. Siklus I ... 51
2. Siklus II ... 55
E. IndikatorKeberhasilan ... 59
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 61
A.Profil SD Negeri 06 Metro Pusat ... 61
B.Prosedur Penelitian ... 62
1. Deskripsi Awal ... 62
2. Refleksi Awal ... 63
C.Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian ... 63
1. Siklus I ... 64
2. Siklus II ... 100
D.Pembahasan ... 127
1. Kinerja Guru ... 127
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 130
3. Sikap/Afektif Siswa ... 132
4. Penilaian Diri Sendiri ... 134
5. Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 136
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 139
A.Kesimpulan... 139
B.Saran ... 140
DAFTAR PUSTAKA ... 141
(13)
vi DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 LembarIPKG... 38
1.2 Lembar Penilaian Unjuk Kerja Pemecahan Masalah Siswa ... 40
1.3 Lembar Penilaian Afektif/Karakter Siswa ... 42
1.4 Lembar Penilaian Diri Sendiri ... 45
1.5 Kualifikasi Tingkat Keberhasilan Kinerja Guru ... 46
1.6 Kategori Unjuk Kerja Pemecahan Masalah Siswa ... 47
1.7 Kategori Afektif/Karakter Siswa ... 48
1.8 Kategori Penilaian Diri Sendiri ... 48
1.9 Kategori Nilai Individu Siswa ... 49
1.10 Kategori Ketuntasan Belajar Siswa dalam % ... 50
4.1 Data Guru dan Karyawan SD Negeri 06 Metro Pusat ... 61
4.2 Data Siswa SD Negeri 06 Metro Pusat ... 61
4.3 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 63
4.4 Rekapitulasi Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus I ... 81
4.5 Rekapitulasi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Siklus I ... 83
4.6 RekapitulasiSikap/Afektif Siswa Siklus I ... 85
4.7 Rekapitulasi Penilaian Diri Sendiri ... 87
4.8 Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I ... 89
4.9 Rekapitulasi Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II ... 116
4.10 RekapitulasiKemampuan Pemecahan Masalah Siswa Siklus II ... 119
4.11 RekapitulasiSikap/Afektif Siswa Siklus II ... 121
4.12 Rekapitulasi Penilaian Diri Sendiri ... 123
4.13 Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II... 125
4.14 Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I dan II ... 128
4.15 Rekapitulasi Pemecahan Masalah Siswa Siklus I dan II ... 130
4.16 RekapitulasiSikap/Afektif Siswa Siklus I dan II ... 132
4.17 Rekapitulasi Presentase Penilaian Diri Sendiri Siklus I dan II ... 135
(14)
vii DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1Kerangka Pikir Penelitian ... 34
3.1Model Penelitian Tindakan Kelas ... 36
4.1Grafik Peningkatan Kinerja Guru ... 129
4.2Grafik Peningkatan Pemecahan Masalah Siswa ... 130
4.3Grafik PeningkatanSikap/Afektif Siswa ... 133
4.4Grafik Peningkatan Presentase Penilaian Diri Sendiri ... 135
(15)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau humanisasi. Tantangan pendidikan pada jenjang sekolah dasar di masa yang akan datang akan semakin berat. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan guru saat ini adalah siswa diarahkan untuk menghafal materi pembelajaran. Sanjaya (2009 : 1) menyatakan bahwa otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami infomasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka hanya pintar secara teoretis, tetapi mereka miskin aplikasi.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
(16)
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah kurikulum. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum menyatakan bahwa mulai tahun pelajaran 2013/2014 diberlakukan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 secara bertahap. Tuntutan dunia yang semakin kompleks mengharuskan siswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar dan kemampuan bekerjasama yang efektif. Diharapkan dengan berlakunya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 ini dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut dan diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang jauh lebih baik.
Peneliti memberikan banyak perhatian yang tidak hanya difokuskan pada pemahaman siswa terhadap konsep, tetapi juga pada penguasaan dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran tematik integratif yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan ini merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik. Menurut Uno (2013 : 227) pada dasarnya, hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. SD Negeri 06 Metro Pusat khususnya untuk kelas I dan IV pada tahun pelajaran 2013/2014 adalah salah satu SD yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 yang mengharuskan pembelajaran dilakukan
(17)
3
secara tematik integratif. Proses pembelajaran sudah tidak dilakukan per mata pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 8 sampai 9 Januari 2013 di kelas IV C SD Negeri 06 Metro Pusat, diperoleh data bahwa kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar tematik masih rendah. Peneliti lebih memilih untuk melakukan perbaikan pembelajaran di kelas IV C dibandingkan IV A dan IV B karena hasil belajar di kelas IV C lebih rendah dibandingkan kelas IV A dan IV B. Hal ini dibuktikan pada hasil penilaian sikap siswa yang belum menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri, dalam berinteraksi pada saat proses pembelajaran. Begitu juga dengan kemampuan pemecahan masalah siswa secara berkelompok yang masih rendah. Ini berakibat pada hasil belajar
kognitif siswa tema keempat “Berbagai Pekerjaan” terdapat 23 siswa dari
jumlah seluruhnya 31 siswa atau sebesar 74% siswa yang belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥75 dengan nilai rata-rata kelas yaitu 56.
Hal ini disebabkan karena kegiatan belajar mengajar yang berlangsung masih cenderung monoton dan tidak menarik. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain guru dalam pembelajaran lebih menekankan pada aspek kognitif dengan menggunakan hafalan dalam upaya menguasai materi. Selain itu, kegiatan yang banyak dilakukan oleh siswa adalah mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru yang berakibat siswa menjadi pasif, kurang kreatif, dan kurang inovatif. Guru masih menerapkan metode konvensional seperti menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi, dan
(18)
ceramah dengan komunikasi satu arah, dimana yang aktif masih didominasi oleh guru (teacher centered). Guru juga kurang menggunakan variasi metode dan pendekatan dengan maksimal.
Berbagai permasalahan yang telah dikemukakan di atas tentu saja tidak diharapkan. Berkenaan dengan hal ini, upaya yang akan dilakukan peneliti antara lain dengan membangun interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru. Serta interaksi antara siswa dengan lingkungan. Selain upaya-upaya tersebut diperlukan juga suatu pendekatan yang cocok untuk dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Salah satu altermatif pendekatan yang peneliti pilih dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran tersebut adalah pendekatan problem posing. Menurut Suryosubroto (2009 : 206) pendekatan problem posing dipandang sebagai pendekatan yang dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis serta mampu memperkaya pengalaman-pengalaman belajar, sehingga pada akhirnya meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dengan menggunakan pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran tematik. Problem posing atau pengajuan soal/ pertanyaan adalah salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan keterampilan siswa guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merasa perlu untuk mengadakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan
judul “Pendekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar pada Siswa Kelas IV C SD Negeri 06
(19)
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung masih cenderung monoton dan tidak menarik.
2. Guru dalam pembelajaran lebih menekankan pada aspek kognitif dengan menggunakan hafalan dalam upaya menguasai materi.
3. Kegiatan yang banyak dilakukan oleh siswa adalah mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru yang berakibat siswa menjadi pasif, kurang kreatif, dan kurang inovatif.
4. Guru masih menerapkan metode konvensional seperti menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi, dan ceramah dengan komunikasi satu arah, dimana yang aktif masih didominasi oleh guru (teacher centered).
5. Guru kurang menggunakan variasi metode dan pendekatan dengan maksimal.
6. Rendahnya hasil penilaian sikap dibuktikan dengan masih banyak siswa yang belum menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri, dalam berinteraksi pada saat proses pembelajaran. 7. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa secara berkelompok. 8. Rendahnya hasil belajar kognitif siswa pada tema keempat “Berbagai
Pekerjaan” dibuktikan dengan adanya 74% siswa belum mencapai
(20)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pendekatan problem posing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa kelas IV C SD Negeri 06 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014?
2. Bagaimanakah pendekatan problem posing untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV C SD Negeri 06 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa kelas IV C SD Negeri 06 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan pendekatan problem posing.
2. Meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV C SD Negeri 06 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan pendekatan problem posing.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Siswa
a. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam aplikasi di dunia nyata.
(21)
7
b. Meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Guru
a. Memperluas wawasan guru tentang penerapan pendekatan problem posing dalam pembelajaran tematik.
b. Sebagai alternatif dan bahan kajian bagi guru untuk menyelenggarakan pembelajaran di kelas sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
3. Sekolah
a. Sebagai bahan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan sekolah.
b. Diharapkan sekolah lebih terbuka dan terpacu untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pembaharuan terutama dalam pembelajaran tematik.
4. Peneliti
a. Menambah pengalaman dan pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas agar nantinya dapat menjadi guru yang profesional.
b. Meningkatkan motivasi peneliti untuk terus belajar tentang berbagai pembaharuan perkembangan IPTEK agar mengikuti perkembangan pendidikan di masa depan.
F. Ruang Lingkup
Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi, yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan problem posing.
(22)
2. Pendekatan problem posing dalam penelitian ini bertujuan untuk membuat suasana pembelajaran lebih aktif terutama dalam hal pemecahan masalah dah hasil belajar siswa.
3. Tema yang diteliti adalah tema 6 “Indahnya Negeriku” yaitu subtema 2
“Keindahan Alam Negeriku”, dan subtema 3 “Indahnya Peninggalan Sejarah” kelas IV semester genap.
4. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV C SD Negeri 06 Metro Pusat. 5. Perbaikan pembelajaran difokuskan pada kemampuan pemecahan masalah
(23)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Pendekatan Pembelajaran Problem Posing
1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pada kurikulum 2013 ini guru dituntut untuk lebih memperkaya pengetahuan tentang pendekatan pembelajaran. Menurut Hakiim (2009 : 43)
Pendekatan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru yang dimulai dengan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan diakhiri dengan penilaian hasil belajar berdasarkan suatu konsep tertentu, yang prakteknya mencerminkan keaktifan maksimum pada pihak guru dalam mengajar, dan keaktifan maksimum pada siswa dalam belajar.
Pendekatan pembelajaran berbeda dengan strategi, model, metode maupun teknik pembelajaran. Sanjaya (2009 : 127) mengemukakan bahwa pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.
Terdapat beberapa pendekatan dalam pembelajaran, Roy Killen (dalam Sanjaya, 2006 : 127)
Mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches)
(24)
dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guru yang mencerminkan keaktifan baik pada pihak guru maupun siswa yang sifatnya masih umum. Pendekatan pembelajaran yang baik yaitu pendekatan pembelajaran dapat mengarahkan siswa untuk mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi kepada siswa.
2. Pendekatan Problem Posing
a. Pengertian Pendekatan Problem Posing
Salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah adalah pendekatan problem posing. Suryosubroto (2009 : 203) menyatakan bahwa salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis sekaligus dialogis, kreatif dan interaktif yakni problem posing atau pengajuan masalah-masalah yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Pendekatan problem posing diharapkan memancing siswa untuk menemukan pengetahuan yang bukan diakibatkan dari ketidaksengajaan melainkan melalui upaya mereka untuk mencari hubungan-hubungan dalam informasi yang dipelajarinya.
(25)
11
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Thobroni (2012 : 343) problem posing (pengajuan masalah) berkaitan dengan kemampuan guru memotivasi siswa melalui perumusan situasi yang menantang sehingga siswa dapat mengajukan pertanyaan yang dapat diselesaikan dan berakibat kepada peningkatan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah.
Silver (dalam Thobroni, 2012 : 343) mempunyai pandangan mengenai problem posing sebagai berikut:
Istilah menanyakan soal biasanya diaplikasikan pada tiga bentuk aktivitas kognitif yang berbeda, yaitu sebagai berikut: (1) Menanyakan per solusi: seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan; (2) Menanyakan di dalam solusi: seorang siswa merumuskan ulang soal seperti yang telah diselesaikan; (3) Menanyakan setelah solusi: seorang siswa memodifikasi tujuan dan kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal-soal baru.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan problem posing adalah pendekatan pembelajaran untuk memancing siswa dalam menemukan pengetahuan dari situasi yang telah dirumuskan guru serta sehingga menantang dan memotivasi siswa untuk menyelesaikannya. Pendekatan problem posing dapat diaplikasikan pada tiga bentuk aktivitas kognitif yang berbeda.
b. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Problem Posing
1) Kelebihan Pendekatan Problem Posing
Setiap pendekatan pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Thobroni (2012 : 349-350) kelebihan dari pendekatan problem posing yaitu : (1) Mendidik murid berpikir
(26)
kritis; (2) Siswa aktif dalam pembelajaran; (3) Belajar menganalisis suatu masalah; (4) Mendidik anak percaya pada diri sendiri. Pendekatan problem posing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa (Tafsillatul dalam Slideshare.net, 2013). Sejalan dengan pendapat Tafsillatul, English (dalam Slideshare.net, 2013) menyatakan bahwa problem posing dapat meningkatkan kemampuan berpikir, kemampuan memecahkan masalah, sikap serta kepercayaan diri siswa dalam memecahkan masalah dan secara umum berkontribusi terhadap pemahaman konsep.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan pendekatan problem posing adalah siswa dapat menjadi aktif dan berpikir kritis dalam menganalisis suatu masalah.
2) Kekurangan Pendekatan Problem Posing
Setiap pendekatan pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Thobroni (2012 : 349-350) kelemahan pendekatan problem posing yaitu : (1) Memerlukan waktu yang cukup banyak; (2) Tidak bisa digunakan di kelas-kelas rendah; (3) Tidak semua murid terampil bertanya. Tafsillatul, English (dalam Slideshare.net, 2013)menyatakan bahwa kekurangan pendekatan problem posingyaitu pembelajaran problem posingmembutuhkan persiapan informasi yang banyak untuk sumber soal, dan agar pelaksanaan kegiatan dalam membuat soal dapat dilakukan dengan baik perlu ditunjang oleh buku yang dapat
(27)
13
dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar terutama membuat soal.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kekurangan pendekatan problem posing adalah dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk mengumpulkan informasi yang nantinya akan dijadikan sebagai soal dan tidak bisa digunakan di kelas rendah.
c. Langkah-Langkah Pendekatan Problem Posing
Setiap pendekatan pembelajaran memiliki langkah-langkah dalam pelaksanaannya agar mudah diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Thobroni (2012 : 351) menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing
Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa dan memberikan latihan soal secukupnya. Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara berkelompok. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa.
Menurut Suryosubroto (2009 : 212-214) langkah-langkah penerapan pendekatan problem posing dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan
(28)
b) Guru mengorganisasi bahan pembelajaran dan mempersiapkannya.
c) Guru menyusun rencana pembelajaran, termasuk diantatanya kisi-kisi hasil belajar ranah kognitif dan afektif.
2) Tindakan
a) Guru menjelaskan tentang pembelajaran kepada siswa dengan harapan mereka dapat memahami tujuan serta dapat mengikuti dengan baik proses pembelajaran baik dari ranah kognitif maupun afektif.
b) Guru melakukan tes awal yang hasilnya digunakan untuk mengetahui tingkat daya kritis siswa. Hasil tes tersebut akan menjadi dasar pengajar dalam membagi peserta didik ke dalam sejumlah kelompok. Setiap kelompok hendaknya terdiri atas siswa yang memiliki kecerdasan heterogen.
c) Pengajar kemudian menugaskan setiap kelompok belajar untuk meresume beberapa buku yang berbeda dengan sengaja dibedakan antarkelompok.
d) Masing-masing siswa dalam kelompok membentuk pertanyaan berdasarkan hasil resume yang telah dibuatnya dalam problem posing I yang telah disiapkan (antara 5-7 pertanyaan).
e) Kesemua tugas membentuk pertanyaan dikumpulkan kemudian dilimpahkan pada kelompok yang lainnya. Misalnya tugas membentuk pertanyaan kelompok 1 diserahkan kepada kelompok 2 untuk dijawab dan dikritisi, tugas kelompok 2
(29)
15
diserahkan kepada kelompok 3, dan seterusnya hingga kelompok 6 kepada kelompok 1.
f) Setiap siswa dalam kelompoknya menuliskan jawaban atas pertanyaan ditulis pada lembar problem posing II.
g) Pertanyaan yang telah ditulis pada lembar problem posing I dan jawaban yang terdapat pada lembar problem posing II diserahkan kepada guru.
h) Setiap kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan pertanyaan yang telah dibuatnya pada kelompok lain. Pada saat yang bersamaan guru menyerahkan pula format penilaian yang diisi siswa sendiri evaluasi diri.
3) Observasi
Kegiatan observasi sebetulnya dilakukan bersamaan dan setelah rangkaian tindakan yang diharapkan pada siswa. Observasi yang dilakukan bersamaan dengan tindakan adalah pengalaman terhadap aktivitas dan produk dalam kelompoknya masing-masing dan terhadap kelompok lainnya. Produk yang dimaksudkan di sini adalah sejauh mana kemampuannya dalam membentuk pertanyaan yang mengarah pada aspek afektif.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah problem posing adalah: (1) Guru memfasilitasi siswa dalam kegiatan pengembangan materi dengan cara memancing siswa untuk menggali materi yang akan diajarkan pada pertemuan hari itu. (2) Siswa melaksanakan kegiatan
(30)
penerapan pengembangan materi yang ditentukan, diawali dengan mengerjakan soal yang dipersiapkan guru. (3) Siswa dibagi dalam bentuk kelompok (yang terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi) sesuai dengan hasil tes awal mereka untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. (4) Guru memfasilitasi siswa dengan alat-alatyaitu 2 lembar kertas kosong (1 lembar kertas problem posing I untuk menulis soal dan 1 lembar kertas problem posing IIuntuk menulis jawaban). (5) Siswa ditugaskan untuk membuat soal yang mirip (sedikit berbeda) dengan soal pengembangan materi. (6) Siswa mengerjakan soal secara bertukaran dengan lembar soal yang disusun kelompok lain.
B. Pemecahan Masalah 1. Masalah
Dalam menjalani hidup, manusia pasti pernah mempunyai masalah. Tidak ada hidup tanpa masalah, bahkan untuk seseorang yang sangat kaya raya sekalipun. Sehingga ada pepatah yang mengatakan "bersahabatlah dengan masalah dan masalah pun akan bersahabat dengan kita".
Sanjaya (2009 : 216) menyatakan bahwa masalah adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Menurut Rusman (2012 : 230) masalah dapat mendorong keseriusan, inquiry, dan berpikir dengan cara yang bermakna dan sangat kuat (powerful). M. Entang dan T. Raka Joni (dalam Majid, 2009 : 114) mengelompokkan masalah
(31)
17
pengelolaan siswa menjadi dua kategori, yaitu masalah individual dan masalah kelompok.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa masalah adalah kesenjangan antar harapan dan kenyataan yang merupakan pelajaran dalam hidup kita yang dapat mendorong keseriusan dengan cara yang bermakna. Terdapat dua kategori masalah, yaitu masalah individu dan masalah kelompok. Dalam penelitian ini masalah yang muncul adalah kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar yang masih rendah.
2. Pemecahan Masalah
Menurut Nasution (2006: 117) pemecahan masalah bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks dari pada yang diduga. Pemecahan masalah memerlukan kemampuan berpikir yang banyak ragamnya termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsi, menganalisis, mengklarifikasi, menafsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik kesimpulan dan membuat generalisasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah. Keterampilan pemecahan masalah dapat diajarkan. Pemecahan masalah dapat diperoleh melalui pengamatan untuk mencapai suatu hasil pemikiran atas problema yang dihadapi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2009 : 221) yang mengemukakan bahwa pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
(32)
Uno (2013: 227) pada dasarnya, hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berfikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berfikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir.
Pemecahan masalah didefinisikan oleh Johar Permana (dalam Majid, 2009 : 122-123) langkah-langkah yang bersifat penyembuhan dalam pemecahan masalah siswa adalah mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, menilai alternatif-alternatif pemecahan, dan mendapatkan balikan.Adapun langkah-langkah dalam pemecahan masalah menurut John Dewey (dalam Sanjaya, 2009 : 217), yaitu:
a. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
b. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah sacara kritis dari berbagai sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
d. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Dari beberapa pendapat para ahli di
atas,dapatdisimpulkanbahwapemecahanmasalahadalah kemampuan berpikir kritis tingkat tinggi untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
(33)
19
baru. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah yaitu: merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.
C. Belajar, Teori Belajar, dan Hasil Belajar 1. Belajar
Belajar merupakan salah satu kebutuhan manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Menurut Hakiim (2009 : 27) belajar adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2001 : 27) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Majid (2009: 112) menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan multi dimensional. Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan siapa pun, kapan pun, dan di mana pun.
Dari beberapa pendapat para ahli di
atas,penelitimenyimpulkanbahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh perubahan perilaku yang meliputi perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Belajar dapat dilakukan siapa pun, kapan pun, dan di mana pun.
2. Teori Belajar
Banyak teori yang membahas tentang belajar. Menurut Sanjaya (2009 : 114-124) terdapat dua aliran teori belajar yaitu aliran behavioristik
(34)
dan teori kognitif holistik. Menurut teori behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau berhubungan antara Stimulus dan Respon (S-R). Teori-teori belajar yang termasuk ke dalam kelompok behavioristik diantaranya: (a) Koneksionisme; (b) Classical conditioning; (c) Operant conditioning; (d) Systematic behavior; dan (e) Contiguous conditioning. Sedangkan, teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif holistik diantaranya: (a) Teori Gestalt; (b) Teori Medan; (c) Teori Organismik; (d) Teori Humanistik; dan (e) Teori Konstruktivistik.
Selanjutnya Sanjaya (2009 : 114) menjelaskan perbedaan aliran teori Behavioristik dan Kognitif, yaitu
a) Teori Behavioristik
1) Mementingkan pengaruh lingkungan. 2) Mementingkan bagian-bagian.
3) Mengutamakan peranan reaksi.
4) Hasil belajar terbentuk secara mekanis. 5) Dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu. 6) Mementingkan pembentukan kebiasaan.
7) Memecahkan masalah dilakukan dengan cara trial and error.
b) Teori Kognitif
1) Mementingkan apa yang ada dalam diri. 2) Mementingkan keseluruhan.
3) Mengutamakan fungsi kognitif. 4) Terjadi keseimbangan dalam diri. 5) Tergantung pada kondisi saat ini.
6) Mementingkan terbentuknya struktur kognitif. 7) Memecahkan masalah didasarkan kepada insight.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat dua aliran teori belajar yaitu teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif holistik. Teori belajar behavioristik dalam hal
(35)
21
pemecahan masalah dilakukan dengan cara trial and error, sedangkan teori belajar kognitif holistik dalm hal pemecahan masalah didasarkan pada insight yaitu pemahaman terhadap hubungan antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar tidak hanya untuk aspek pengetahuan saja, tetapi juga untuk aspek sikap (afektif) dan keterampilan. Menurut Sudjana (2010 : 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hakiim (2009 : 28) menyatakan bahwa hasil belajar pada aspek pengetahuan adalah dari tidak tahu menjadi tahu, pada aspek sikap dari tidak mau menjadi mau, dan pada aspek keterampilan dari tidak mampu menjadi mampu. Menurut Anitah W. (2011 : 2.19) hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa baik pada aspek sikap, pengetahuan maupun keterampilan yang dilakukan setelah selesai proses pembelajaran dalam satu kompetensi.
D. Kurikulum 2013
Mulai tahun pelajaran 2013/2014, kurikulum di Indonesia mengalami perubahan dan pengembangan yaitu kurikulum 2013. Mulyasa (2013 : 65) menyatakan bahwa kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang
(36)
mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Selanjutnya menurut Mulyasa (2013 : 163)
Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan, karena kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang secara konseptual memiliki beberapa keunggulan. Pertama: Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat ilmiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar, dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge). Kedua: Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. Ketiga: ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.
Lebih lanjut Mulyasa (2013 : 170) menyatakan perbedaan kurikulum 2013 untuk sekolah dasar yaitu: (1) Pembelajaran berbasis tematik-integratif dari kelas I dan IV; (2) Mata pelajaran dalam pembelajaran tematik-integratif yang tadinya berjumlah 10 mata pelajaran dipadatkan menjadi 8 mata pelajaran; (3) Pramuka sebagai ekstrakulikuler wajib; (4) Bahasa Inggris hanya ekskul; (5) Penambahan jam belajar siswa untuk kelas I-III yang awalnya 26-28 jam per minggu bertambah menjadi 30-32 jam per minggu. Sedangkan untuk kelas IV-VI yang awalnya 32 jam per minggu bertambah menjadi 36 jam per minggu.
(37)
23
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi dan karakter yang menilai hasil belajar siswa tetang penguasaan dan pemahaman terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam rangka memecahkan masalah sehari-hari. Terdapat beberapa perubahan dalam kurikulum 2013 khususnya untuk SD yaitu mengenai pendekatan pembelajaran, ekstrakulikuler dan jumlah jam belajar siswa.
E. Pembelajaran Tematik-Integratif 1. Pembelajaran Tematik
Saat ini pembelajaran tematik sudah tidak asing lagi terutama di SD. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (dalam Suryosubroto, 2009 : 133) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Hal ini sejalan dengan pendapat Suryosubroto (2009 : 133) yang mengemukakan bahwa pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas,peneliti menyimpulkan bahwapembelajaran tematik adalah suatu kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan materi yang di dalamnya terdapat pengetahuan, sikap dan keterampilan dari beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema.
(38)
2. Pembelajaran Tematik-Integratif
Kurikulum 2013 yang mulai diimplementasikan mulai tahun pelajaran 2013/2014 secara bertahap di sekolah saat ini menggunakan pembelajaran tematik-integratif. Mulyasa (2013 : 170) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis tematik-integratif yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar ini menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya.
Menurut Mulyasa (2013 : 167) tema kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas,peneliti menyimpulkanbahwa pembelajaran tematik-integratif adalah suatu pembelajaran yang memadukan materi 8 mata pelajaran untuk tingkat SD (kecuali agama karena memiliki tema sendiri) secara keseluruhan ke dalam tema-tema yang telah disempurnakan dari pembelajaran tematik pada kurikulum sebelumnya.
F. Bidang Ilmu dalam Pembelajaran Tematik-Integratif 1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Pada kurikulum 2013, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berubah nama menjadi PPKn. Wahab (1995 : 77) menyatakan bahwa PPKn sebagai pendidikan nilai yang berupaya menanamkan nilai-nilai dan moral Pancasila. Selanjutnya, ia menyimpulkan bahwa PPKn adalah sebagai suatu program pendidikan yang berupaya menghasilkan
(39)
25
warga negara dan warga masyarakat senantiasa mendasarkan sikap dan perilakunya itu dengan nilai moral dan norma.
Dewey (dalam Wahab, 1995 : 155) menyatakan bahwa dalam PPKn di SD dikenalkan berbagai konsep nilai misalnya tentang demokrasi, keadilan dan menghargai orang lain jika struktur kelas dan sekolah tetap saja mencontoh dan menekankan pada hubungan sosial yang otoriter maka jangan diharapkan akan ada belajar yang efektif.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas,peneliti menyimpulkanbahwa PPKn adalah ilmu yang berisi pendidikan nilai guna menghasilkan warga negara yang senantiasa bersikap dan berperilaku berdasarkan nilai moral dan norma serta tidak menekankan hubungan sosial yang otoriter terutama di dalam kelas.
2. Bahasa Indonesia
Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib di ajarkan di SD. Menurut Hartati (2006 : 197) mata pelajaran bahasa Indonesia di SD merupakan mata pelajaran yang strategis, karena dengan bahasalah pendidik dapat mentrasformasikan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan informasi kepada siswa. Tanpa bahasa tidak mungkin para siswa dapat menerima itu semua dengan baik.
Menurut Resmini (2006 : 35) fungsi pembelajaran bahasa Indonesia antara lain: (1) Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa; (2) Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya; (3) Sarana peningkatan pengetahuan dan pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni; (4) Siswa penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan konteks untuk berbagai masalah; (5) Sarana pengembangan kemampuan intelektual.
(40)
Selanjutnya Resmini (dalam Novitasari, 2011 : 10) dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SD, siswa diharapkan belajar bahasa Indonesia dan guru mengajarkan bahasa Indonesia.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas,peneliti menyimpulkanbahwabahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang strategis yang memiliki fungsi sarana pembinaan, peningkatan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan berbahasa.
3. Matematika
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di SD bukanlah mata pelajaran yang menghimpun angka-angka tanpa makna. Adji (2006 : 34) menyatakan bahwa matematika adalah bahasa, sebab matematika merupakan bahasa simbol yang berlaku secara universal dan sangat padat makna dan pengertian. Sedangkan menurut Wijaya (2012 : 86) yang
menyatakan bahwa matematika bukanlah “suatu ilmu yang berisi tentang”
melainkan “suatu ilmu yang tersusun dari”.
Kegunaan matematika menurut Suwangsih (2006 : 10), yaitu: a) Matematika sebagai pelayan ilmu yang lain.
b) Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas,peneliti menyimpulkanbahwa matematika adalah suatu ilmu yang tersusun dari konsep-konsep yang memiliki susunan. Susunan ini diwujudkan dalam bahasa matematika yang bersifat universal dan dapat digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari.
(41)
27
4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA merupakan pengetahuan mengenai alam semesta beserta isinya. Samatowa (2006 : 2) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata Inggris, yaitu natural science artinya ilmu alam yaitu ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Sedangkan menurut Sutrisno (2007 : 1.19) IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatanyang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth).
Adapun hakikat dari pendidikan IPA sebagaimana yang dijelaskan Depdiknas (dalam Huda, 2013 : 22) bahwa:
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar dijelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas,peneliti menyimpulkanbahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tantang alam dengan segala peristiwa yang terjadi di dalamnya. Hakikatnya IPA dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.
(42)
5. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD kelas IV. Kosasih Djahiri (dalam Sapriya, 2006 : 7) menyatakan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan dididaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
Menurut Trianto (2010 : 171) IPS merupakan integrasi dari bebagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan imterdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. Sementara itu Sumantri (2001 : 89) mengemukakan bahwa IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas,peneliti menyimpulkanbahwa IPS adalah`ilmu pengetahuan yang memadukan berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari manusia.
6. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes)
Penjasorkes identik dengan pembelajaran di luar kelas dan gerak fisik. Boloy dan Field (dalam Tarigan, 2010 : 2) mendefinisikan
(43)
29
penjasorkes sebagai proses yang menguntungkan kalau penyesuaian diri belajar gerak, neuro muscular, intelektual sosial, kebudayaan baik emosional dan etika sebagai akibat yang timbul melalui pilihannya yang baik aktivitas fisik yang menggunakan sebagian besar otot tubuh. Sedangkan menurut J.B. Nash (dalam Tarigan, 2010 : 2) pendidikan jasmani sebagai sebuah aspek dari proses pendidikan keseluruhan dengan menggunakan menekankan aktifitas yang mengembangkan fitnes organ tubuh kontrol neuro muscular, kekuatan intelektual dan pengendali emosi.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas,peneliti menyimpulkanbahwa penjasorkes adalah mata pelajaran yang menekankan aktifitas penyesuaian diri dan gerak organ tubuh, kekuatan intelektual, dan pengendalian emosi.
G. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)
Kurikulum 2013 sangat identik dengan pendekatan ilmiah (scientific approach). Kemendikbud (2013 : 4) menyatakan bahwa
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Menurut Sudrajat (2013) penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Beberapa metode pembelajaran yang dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan
(44)
ilmiah, antara lain metode: (1) Problem Based Learning; (2) Project Based Learning; (3) Discovery Based Learning.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas,peneliti menyimpulkanbahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah suatu pendekatan untuk memperoleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang didasarkan pada struktur logis dengan tahapan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
H. Penilaian Otentik
Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam pembelajaran adalah penilaian. Dalam kurikulum 2013 penilaian yang dipakai adalah penilaian otentik. Nurgiyantoro (2011 : 23) menyatakan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagaimana halnya di dunia nyata dan di sekolah. Selanjutnya menurut Stiggins (dalam Nurgiyantoro, 2011 : 23) penilaian otentik merupakan penilaian kinerja (performansi) yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya.
Mueller (dalam Nurgiyantoro, 2011 : 30) mengemukakan sejumlah langkah yang perlu ditempuh dalam pengembangan asesmen otentik, yaitu yang meliputi (i) penentuan standar, (ii) penentuan tugas otentik, (iii) pembuatan kriteria, dan (iv) pembuatan rubrik.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas,peneliti menyimpulkanbahwa penilaian otentik adalah penilaian yang menekankan kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi yang dimilikinya di dunia
(45)
31
nyata. Penilaian otentik dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) penentuan standar; (2) penentuan tugas otentik; (3) pembuatan kriteria; dan (4) pembuatan rubrik.
Peneliti melakukan penilaian otentik dengan menggunakan lembar observasi yaitu penilaian unjuk kerja pemecahan masalah, penilaian sifat/afektif, dan penilaian diri sendiri. Penilaian unjuk kerja pemecahan masalah bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerapkan langkah-langkah memecahkan masalah baik dari persiapan sampai pelaporan. Penilaian sikap/afektif bertujuan untuk mengetahui karakter siswa selama pembelajaran yang meliputi tanggung jawab, percaya diri, disiplin, santun, peduli, jujur. Penilaian diri sendiri bertujuan untuk menetapkan sejauh mana kemampuan yang telah dimiliki seseorang dari suatu kegiatan pembelajaran atau kegiatan dalam rentang waktu tertentu, yang dapat dilakukan seseorang untuk menilai dirinya sendiri. Lembar penilaian ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang dimungkinkan muncul selama proses pembelajaran khususnya dalam hal pemecahan masalah.
I. Hasil Penelitian yang Relevan
Usaha pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah dilakukan. Upaya peningkatanmutu proses pembelajaran saat ini masih terus dilakukan untuk mencapai tujuan. Namun terkadang masih terdapat siswa yang sulit memahami materi pembelajaran.Pada dasarnya suatu penelitian tidak berjalan dari nol secara murni. Akan tetapi umumnya telah ada acuan yang mendasari atau penelitian yang sejenis. Oleh karena itu dirasa perlu dikemukakan penelitian yang terdahulu dan relevansinya.
(46)
Telah banyak dilakukan penelitian untuk mencari penyebab ketidakstabilan dalam pembelajaran. Hasil penelitian Sendi Ramdhani (2012) dalam penelitiannya diperoleh kesimpulanbahwa pembelajaran matematika dengan pendekatanproblem posing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa.Sementara penelitian yang dilakukan oleh Yekti Rahayu (2004) diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran melalui problem posing dan pemberian tugas terstruktur dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, ini dilihat dari nilai rata-rata kelas setiap putaran yang meningkat cukup berarti.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah dengan melihatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan keaktifan siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar.Penelitian yang ada tersebut menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran sangat berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu untuk lebih mengembangkan penelitian-penelitian yang ada sehingga memberikan hasil yang lebih baik, maka peneliti akan menerapkan pendekatan problem posing dalam pembelajaran di kelas khususnya untuk pembelajaran tematik di kelas IV. Kesamaan dari penelitian ini dengan penelitian sudah dilakukan oleh Sendi Ramdhani dan Yekti Rahayu adalah sama-sama menggunakan pendekatan problem posing. Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa.
(47)
33
J. Kerangka Pikir
Prestasi belajar siswa ditentukan berbagai faktor, satu diantaranyayang dominan ditentukan oleh pemilihan pendekatan pembelajaran oleh guru. Pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran sangat mendukung dari keberhasilan proses kegiatan belajar. Dalam penelitian ini dengan pendekatan pembelajaran problem posing yang menekankan siswa untuk aktif dalam mencari, merumuskan hingga memecahkan masalah secara mandiri. Pembelajaran di kelas IV C masih menekankan pada aspek kognitif dengan menggunakan hafalan dalam menguasai materi pelajaran.
Penggunaan pendekatan problem posing diharapkan siswa mampu berlatih mengerjakan soal-soal yang telah diberikan, dengan cara mencari pemecahan masalahnya dengan teman satu kelompok. Pendekatan problem posing ini, diharapkan mampu menjadikan siswa belajar dari pengalaman-pengalaman yang ada yaitu pengalaman-pengalaman mengerjakan soal-soal, sehingga pada waktu ujian siswa dapat dengan cepat, karena terbiasa berlatih sebelumnya.Guru harus melibatkan peran siswa dalam proses pembelajaran sehingga kegiatan mengajar dapat berlangsung dengan baik, dan dapat terjalin interaksi antara guru dan siswa. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, guru harus memahami dan menyesuaikan tugas-tugasnya, memilih pendekatan yang sesuai dengan kondisi siswa dan harus mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa yang menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan masalaholeh siswa.
Diharapkan setelah penggunaan pendekatan problem posing, kemampuan pemecahan masalah siswa dapat meningkat serta dapat
(48)
1. Guru menekankan hafalan terhadap siswa
2. Kemampuan
pemecahan masalah siswa rendah
3. Hasil belajar siswa rendah
menyelesaikan masalah di kehidupan nyata. Selain itu, hasil belajar siswa dapat meningkat. Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
K. Hipotesis
Wiriaatmadja (2009 : 87) menyatakan bahwa hipotesis lazim digunakan dalam penelitian-penelitian yang bertradisi kuantitatif dengan pola pikir deduktif-verifikatif. Adapun hipotesis tindakan pada penelitian ini dirumuskan“Apabila dalam pembelajaran di kelas IV C SD Negeri 06 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 menggunakan pendekatan problem posing sesuai dengan langkah-langkah secara tepat, maka dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa”.
Input
Proses
Output 1. PendekatanProb
lem Posing 2. Pendekatan
Ilmiah
1. Kemampuan pemecahan masalah siswa meningkat 2. Hasil belajar siswa
(49)
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas beberapa siklus. Menurut Arikunto (2010: 17) satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Siklus ini tidak hanya berlangsung sekali, tetapi dapat dilaksanakan beberapa kali sampai tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Pada tahap perencanaan, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas IV C untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah perencanaan maka tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dengan penerapan pendekatan problem posing. Tahap selanjutnya yaitu pengamatan menggunakan lembar observasi atas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Tahap terakhir yaitu merespon kegiatan melalui kegiatan refleksi. Adapun tahap-tahap dari siklus PTK ini adalah sebagai berikut:
(50)
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas (Modifikasi dari Arikunto, 2010: 17)
1. Setting Penelitian a. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 06 Metro Pusat. Tepatnya di Jalan Brigjend Sutiyoso No. 48 Metro Pusat Kota Metro.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan lama penelitian lima bulan, terhitung dari bulan Januari sampai dengan Mei
Perencanaan Tindakan I
Pengamatan/ Pengumpulan data
I
Permasalahan Pelaksana
Tindakan I
Refleksi I
Permasalahan baru
Siklus II
Perencanaan Tindakan II
Pengamatan/ Pengumpulan data
II Pelaksana Tindakan II
Refleksi II
Apabila masalah Belum
terselesaiakan
Dilanjutkan ke siklus berikutnya Siklus I
(51)
37
2014. Rentang waktu tersebut dimulai dari tahap persiapan hingga pengumpulan laporan hasil skripsi.
2. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IV C SD Negeri 06 Metro Pusat. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV C SD Negeri 06 Metro Pusat yaitu siswa dengan jumlah 31 orang siswa, yang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan.
B. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang berkaitan dengan penilaian dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu nontes dan tes.
a. Teknik Nontes
Teknik nontes dipergunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kualitatif, namun dapat diwujudkan dalam bentuk kuantitatif yaitu dengan menggunakan lembar observasi. Peneliti menggunakan lembar IPKG, lembar unjuk kerja pemecahan masalah, lembar penilaian afektif/karakter, dan lembar penilaian diri sendiri dalam pembelajaran melalui penerapan pendekatan problem posing.
b. Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif. Peneliti menggunakan tes formatif yang dilaksanakan secara individual. Melalui tes ini akan diketahui peningkatan
(52)
kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran tematik melalui penerapan pendekatan problem posing.
2. Alat Pengumpul Data a. Lembar IPKG
Lembar Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam melaksanakan praktik mengajar yang baik dan benar.
Kisi-Kisi:
Lembar IPKG yang dipakai adalah modifikasi dari Kemendikbud (2013 : 301-303).
Tabel 3.1 Lembar IPKG
Aspek yang Diamati Skor
I. Kegiatan Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi
1 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali
kegiatan pembelajaran. 1 2 3 4 5
2
Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik dalam perjalanan menuju sekolah atau dengan tema sebelumnya.
1 2 3 4 5
3 Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitan dengan tema
yang akan dibelajarkan. 1 2 3 4 5
4 Mengajak peserta didik berdinamika/melakukan sesuatu kegiatan yang terkait dengan materi. 1 2 3 4 5
II. Kegiatan Inti
Guru menguasai materi dalam tema yang disajikan
1 Kemampuan menyesuaikan materi dalam tema dengan tujuan
pembelajaran. 1 2 3 4 5
2
Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang diintegrasikan secara relevan dengan perkembangan Iptek dan kehidupan nyata.
1 2 3 4 5
3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dalam tema
yang dibelajarkan dengan tepat. 1 2 3 4 5
4 Menyajikan materi dalam tema secara sistematis dan gradual (dari yang mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak) 1 2 3 4 5
Guru menerapkan pendekatan problem posing
(53)
39
Aspek yang Diamati Skor
6 Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dengan kemampuan heterogen (tinggi,
sedang, rendah) 1 2 3 4 5
7 Guru menyampaikan langkah-langkah pendekatan problem posing 1 2 3 4 5
8 Menugasi siswa mengamati gambar yang berhubungan materi pembelajaran 1 2 3 4 5
9 Menugasi masing-masing kelompok menulis pertanyaan/soal sesuai perintah di lembar problem posing I 1 2 3 4 5
10 Memfasilitasi kelompok untuk saling mempertukarkan pertanyaan/soal 1 2 3 4 5
11 Menugasi siswa mendiskusikan jawaban atas pertanyaan kelompok lain yang diterimanya dan menuliskan jawaban di lembar problem posing II 1 2 3 4 5
12 Menugasi perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusinya 1 2 3 4 5
13 Menugasi siswa menuliskan jawaban penilaian diri sendiri 1 2 3 4 5
Guru menerapkan pendekatan scientific
14 Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana 1 2 3 4 5
15 Memancing peserta didik untuk bertanya 1 2 3 4 5
16 Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba 1 2 3 4 5
17 Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati 1 2 3 4 5
18 Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis 1 2 3 4 5
19 Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar (proses berpikir yang logis
dan sistematis). 1 2 3 4 5
20 Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi. 1 2 3 4 5
Guru melaksanakan penilaian otentik
21 Mengamati sikap dan perilaku peserta didik dalam mengikuti
Pelajaran. 1 2 3 4 5
22 Melakukan penilaian keterampilan peserta didik dalam
melakukan aktifitas individu/kelompok. 1 2 3 4 5
23 Mendokumentasikan hasil pengamatan skap, perilaku dan
keterampilan peserta didik. 1 2 3 4 5
Guru memanfaatan sumber belajar/media dalam Pembelajaran
24 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar pembelajaran. 1 2 3 4 5
25 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran. 1 2 3 4 5
26 Menghasilkan pesan yang menarik. 1 2 3 4 5
27 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran. 1 2 3 4 5 28 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran. 1 2 3 4 5 Guru memicu dan/atau memelihara keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran
29 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta
didik, sumber belajar. 1 2 3 4 5
30 Merespon positif partisipasi peserta didik. 1 2 3 4 5
31 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik. 1 2 3 4 5
32 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif. 1 2 3 4 5
33 Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik dalam belajar. 1 2 3 4 5 Guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam
Pembelajaran
34 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. 1 2 3 4 5
35 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. 1 2 3 4 5
36 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai. 1 2 3 4 5
(54)
Aspek yang Diamati Skor Guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif
1 Melakukan refleksi atau membuat kesimpulan dengan melibatkan peserta didik. 1 2 3 4 5
2 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan. 1 2 3 4 5
Jumlah Nilai Kategori
b. Lembar Penilaian Unjuk Kerja Kemampuan Pemecahan Masalah Instrumen ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar penilaian unjuk kerja kemampuan pemecahan masalah ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kemampuan pemecahan masalah siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing.
Kisi-Kisi:
Lembar penilaian unjuk kerja pemecahan masalah siswa yang dipakai adalah adaptasi dari Supinah (2010 : 52-53).
Tabel 3.2 Lembar Penilaian Unjuk Kerja Pemecahan Masalah Siswa
No Nama
Kelompok Persiapan 1-4 Pelaksanaan 1-4 Pelaporan 1-4 Jumlah
Tahap Deskripsi Skor Skor
Maksimal
Persiapan
Memuat semua rancangan langkah-langkah kerja, waktu, perkiraan data yang akan diperoleh yang sesuai dengan pertanyaan
5
5 Melakukan 75% persiapan yang memuat
rancangan langkah-langkah kerja, waktu, perkiraan data yang akan diperoleh yang sesuai dengan pertanyaan
4
Melakukan 50% persiapan yang memuat rancangan langkah-langkah kerja, waktu, perkiraan data yang akan diperoleh yang sesuai dengan pertanyaan
(55)
41
Melakukan 25% persiapan yang memuat rancangan langkah-langkah kerja, waktu, perkiraan data yang akan diperoleh yang sesuai dengan pertanyaan
2
Tidak melakukan persiapan yang memuat rancangan langkah-langkah kerja, waktu, perkiraan data yang akan diperoleh yang sesuai dengan pertanyaan
1
Pelaksanaan
Ketepatan menggunakan semua langkah-langkah pemecahan masalah: merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah
5
5 Menggunakan 75% langkah pemecahan
masalah: merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, pengujian hipotesis dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah
4
Menggunakan 50% langkah pemecahan masalah: merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, pengujian hipotesis dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah
3
Menggunakan 25% langkah pemecahan masalah: merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, pengujian hipotesis dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah
2
Tidak melakukan langkah-langkah pemecahan masalah: merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, pengujian hipotesis dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah
1
Pelaporan
Ketepatan isi hasil penyelesaian masalah, uraian langkah-langkah penyelesaian masalah, dan ketepatan menjawab pertanyaan
5
5 Ketepatan 75% isi hasil penyelesaian masalah,
uraian langkah-langkah penyelesaian masalah, dan ketepatan menjawab pertanyaan
4 Ketepatan 50% isi hasil penyelesaian masalah, uraian langkah-langkah penyelesaian masalah, dan ketepatan menjawab pertanyaan
3 Ketepatan 25% isi hasil penyelesaian masalah, uraian langkah-langkah penyelesaian masalah, dan ketepatan menjawab pertanyaan
2 Tidak melakukan pelaporan isi hasil
penyelesaian masalah, uraian langkah-langkah penyelesaian masalah, dan ketepatan menjawab pertanyaan
(56)
c. Lembar Penilaian Afektif/Karakter
Saat ini pemerintah sedang menggalakkan pendidikan karakter pada siswa. Menurut Fathurrohman (2013 : 93) melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Selanjutnya, penilaian afektif/karakter ini digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai karakter sebagai milik peserta didik dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya. Penilaian ini dilakukan selama proses pembelajaran.
Kisi-Kisi:
Penilaian afektif/karakter ini disusun untuk mengetahui karakter yang didapatkan oleh siswa yang meliputi perilaku tanggung jawab, percaya diri, disiplin, santun, peduli, dan jujur dengan adaptasi dari Supinah (2010 : 53) dan Mulyasa (2013 : 147).
Tabel 3.3 Lembar Penilaian Afektif/Karakter Siswa Nilai
Perilaku Indikator Perilaku Ketentuan Skor
Tanggung Jawab
a. Membuat laporan setiap
kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tulisan
b. Melaksanakan tugas tanpa
disuruh
c. Menunjukkan prakarsa untuk
mengatasi masalah dalam lingkup terdekat
d. Tidak membuang sampah di
sembarang tempat
e. Menghindarkan kecurangan
dalam pelaksanaan tugas
a. Jika siswa
menunjukkan 5 indikator sikap
5
b.Jika siswa
menunjukkan 4 indikator sikap
4
c. Jika siswa
menunjukkan 3 indikator sikap
3
d.Jika siswa
menunjukkan 2 indikator sikap
2
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan pendekatanproblem posing siswa kelas IV C SD Negeri 06Metro Pusat, Kota MetroTahun Pelajaran 2013/2014 dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan pendekatanproblem posingdapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran. Pada siklus I nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa adalah 69,89, kemudian meningkat sebesar 17,33 menjadi 87,22 pada siklus II. Sedangkan nilai rata-rata kinerja guru siklus I adalah 68,57, kemudian meningkatsebesar 19,29 menjadi 87,86 pada siklus II.
2. Penerapan pendekatanproblem posingdapat meningkatkan hasil belajar siswa baik afektif, kognitif maupun psikomotor pada pembelajaran. Pada siklus Inilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa adalah 71,03, kemudian meningkat sebesar 10,16 menjadi 81,19 pada siklus II. Persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa siklus I adalah 70,97%, kemudian meningkat sebesar 19,35% menjadi 90,32% pada siklus II. Untuk hasil belajar sikap/afektif siklus I nilai rata-rata sikap/afektif siswa adalah 58,14, kemudian meningkat sebesar 23,14 menjadi 81,28 pada siklus II.
(2)
untuk hasil belajar psikomotor sudah termasuk ke dalam kemampuan pemecahan masalah.
B. Saran 1. Siswa
Diharapkan siswa lebih aktif mengemukakan pertanyaan dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing. Selain itu, diharapkan siswa memiliki antusias dan dapat bekerja sama dalam kelompok sehingga dapat menghasilkan pengetahuan yang bersifat komperhensif.
2. Guru
Guru mempersiapkan berbagai materi untuk memperkaya informasi mengenai pembelajaran dengan pendekatan problem posing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswaagar dapat diaplikasikan di dunia nyata.
3. Sekolah
Penyediaan fasilitas penunjang seperti buku, media, dan alat yang mampu mendukung usaha penerapan pendekatan problem posing sebagai upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa.
4. Peneliti
Diharapkan peneliti dapat lebih mengembangkan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran serupa pada kelas serta materi lain yang lebih bervariasi.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Adji, Nahrowi & Maulana. 2006. Pemecahan Masalah Matematika. UPI PRESS. Bandung
Anitah W., Sri. 2011. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tintakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK.
Yrama Widya. Bandung.
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan: Untuk Guru, Kepala Sekolah &
Pengawas. Aditya Media. Yogyakarta.
English. 2013. www.slideshare.net/kadekwibawa/problemposing2845161from_
search=2. [Online]. Diakses tanggal 23 Mei 2013 Pukul 19.25
Fathurrohman, Pupuh dkk. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Refika Aditama. Bandung.
Hakiim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Wacana Prima. Bandung. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Hartati, Tatat dkk. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Rendah. UPI PRESS. Bandung.
Huda, M. Khoirul. 2013. Penerapan Kolaborasi Model Quantum Teaching dan Seqip untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2013/2013. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. [Tidak diterbitkan]
Kemendikbud. 2013. Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Modul. Kemendikbud. Jakarta.
. 2013. Indahnya Negeriku: Buku Siswa Kelas IV SD Tema 6. Kemendikbud. Jakarta
(4)
. 2013. Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar. Kemendikbud. Jakarta. [Modul]
Kunandar. 2010. Langkah-Langkah PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Mendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta.
. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Mulyasa, H. E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Nasution, S. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
Novitasari, Heni. 2011. Peningkatan Aktivitas dan Keterampilan Menyimak Cerita Anak dengan Menggunakan Media Audio Tape Recorder dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VB SD Negeri 01 Bangunrejo. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. [Tidak diterbitkan]
Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran. Gadjah Mada University PRESS. Yogyakarta.
Purwanto, Ngalim. 2012. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rahayu, Yekti. 2004. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Problem Posing dan Pemberian Tugas Terstruktur. Skripsi. UMS. Surakarta. [Tidak diterbitkan]
Ramdhani, Sendi. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Siswa. Skripsi. UPI. Bandung. [Tidak diterbitkan]
Remini, Novi dkk. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia. UPI PRESS. Bandung.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.
Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Depdiknas. Jakarta.
(5)
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana. Jakarta.
Sapriya. 2006. Konsep Dasar IPS. UPI PRESS. Bandung.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Sudrajat, Ahmad. 2013. www.wordpress.com/pendekatan_saintipik/ilmiah_dalam
_proses_pembelajaran. [Online]. Diakses tanggal 09 Januari 2014 Pukul
19.21
Sumantri, M. N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. PPs UPI dan Remaja Rosdakarya. Bandung.
Supinah & Titik Sutanti. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah Matematika di SD. PPPPTK Matematika. Yogyakarta.
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru, Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus. Rineka Cipta. Jakarta.
Sutrisno, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Depdiknas. Jakarta. Suwangsih, Erna & Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI
PRESS. Bandung.
Tafsillatul. 2013. www.slideshare.net/kadekwibawa/problemposing2845161from_
search=2. [Online]. Diakses tanggal 23 Mei 2013 Pukul 19.25
Tarigan, Herman. 2010. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Thobroni, Muhammad & Arif Mustofa. 2012. Belajar & Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan
Nasional. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Prograsif. Kencana. Jakarta.
Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Uno, Hamzah B. & Nurdin Muhamad. 2013. Belajar dengan Pendekatan
Pailkem: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Menarik. Bumi
(6)
Wahab, Abdul Aziz. 1995. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Depdikbud. Bandung.
Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif
Pendekatan Pembelajaran Matematika. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Remaja Rosdakarya. Bandung.