Penghentian Penuntutan KARYA TULIS ILMIAH

a. Penasihat hukumnya, dan b. Saksi pelapor atau korban. Pemberitahuan penghentian penyidikan tersebut merupakan suatu kewajiban, karena ditinjau dari segi saling adanya pengawasan horizontal baik antara sesama instansi aparat penegak hukum dalam hal ini pihak penuntut umum maupun pengawasan horizontal dari pihak luar dalam hal ini tersangka atau keluarganya. 146 Dalam Rakergab Makehjapol I Tahun 1984 dikemukakan bahwa belum terdapat keseragaman pendapat mengenai kelengkapan atau lampiran surat pemberitahuan dimulainya penyidikan dan penghentian penyidikan oleh penyidik. Pemecahannya adalah sebagai lampiran untuk surat pemberitahuan penghentian penyidikan ialah resumelapju, surat ketetapan penghentian penyidikan. 147

2. Penghentian Penuntutan

Dalam Pasal 140 ayat 2 KUHAP penuntut umum diberikan kewenangan juga untuk menghentikan penuntutan, dalam arti hasil pemeriksaan penyidikan terhadap tindak pidana yang disampaikan penyidik tidak dilimpahkan penuntut umum ke sidang pengadilan. Penghentian penuntutan ini, tidak termasuk penyampingan perkara untuk kepentingan umum yang menjadi wewenang jaksa agung. 145 Ibid. , hal. 154. 146 Ibid. 147 Harun M. Husein, Op.cit.,hal. 317. Universitas Sumatera Utara Penghentian penuntutan dapat dilakukan oleh penuntut umum berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut 148 a. Tidak terdapatnya cukup bukti pada perkara yang bersangkutan; : b. Peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana; c. Perkara ditutup demi hukum, seperti: nebis in idem, terdakwa meninggal dunia atau daluarsa. Tentang tata cara penghentian penuntutan disebutkan dalam Pasal 140 ayat 2 KUHAP sebagai berikut : 1 “Dalam hal penuntut umum memutuskan untuk menghentikan penuntutan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau perkara ditutup demi hukum, penuntut umum menuangkan hal tersebut dalam surat ketetapan; 2 Isi surat ketetapan tersebut diberitahukan kepada tersangka dan bila ia ditahan, wajib segera dibebaskan; 3 Turunan surat ketetapan itu wajib disampaikan kepada tersangka atau keluarga tersangka atau penasehat hukum, pejabat rumah tahanan negara, penyidik dan hakim; 4 Apabila kemudian ternyata ada alasan baru penuntut umum dapat melakukan penuntutan terhadap tersangka”. Dalam hal tersebut diatas dapat dijelaskan pada uraian berikut ini 149 a. “Penghentian penuntutan dituangkan oleh penuntut umum dalam satu surat ketetapan, yang disebut SP3.Isi surat ketetapan penghentian penuntutan menjelaskan dengan terang apa yang menjadi alasan penilaian penuntut umum : 148 Dalam praktik hukum di Indonesia dijumpai pula sebelum perkara itu sampai ke pengadilan, perkara tersebut ternyata dihentikan proses penyidikannya oleh penyidik, yang menjadi persoalan di sini apakah praktik yang demikian dapat atau sesuai dengan prinsip negara hukum yang dianut oleh negara Republik Indonesia. Mengenai hal tersebut dapat dilihat ketentuan yang ada dalam KUHAP dimana di dalam Pasal 7 ayat 1 huruf i. dikatakan bahwa : “Pada dasarnya penyidik karena kewajibannya dapat mengadakan penghentian penyidikan serta dengan mengingat ketentuan Pasal 109 ayat 2 KUHAP dengan alasan-alasan tertentu penyidikan itu dapat dihentikan”. Sumber : Zulfan Kurnia Ainun Najib, “Akibat Hukum Penghentian Penyidikan Perkara Pidana dan Permasalahannya Dalam Praktik”, Diponegoro Law Review, Volume 1, Nomor 4, Tahun 2012, hal. 4. 149 M. Yahya Harahap,Op.cit.,hal. 438-439. Universitas Sumatera Utara melakukan penghentian penuntutan. Hal ini perlu jelas dan terang. Karena hal itu diperlukan oleh pihak penyidik maupun oleh pihak ketiga yang berkepentingan dalam rangka mempergunakan hak mereka mengajukan keberatan atas penghentian penuntutan yang dilakukan oleh penuntut umum kepada pra- peradilan. Jadi, sedapat mungkin penetapan penghentian penunututan harus memuat alasan-alasan yang jadi dasar penghentian; b. Isi surat penghentian penuntutan diberitahukan kepada tersangka.Mengenai cara pemberitahuan isi surat penetapan penghentian penuntutan dapat dilakukan secara lisan maupun dengan tulisan. Hal ini disimpulkan, karena undang-undang sendiri tidak memberi penegasan tentang cara pemberitahuan isi ketetapan dimaksud. Akan tetapi demi untuk membina administrasi yustisial yang lebih sempurna, pemberitahuan harus dilakukan dengan pemberitahuan tertulis; c. Dalam hal penuntut umum melakukan penghentian penuntutan, sedang tersangka berada di dalam penahanan, penuntut umum “wajib” segera membebaskan dari penahanan; d. Turunan surat penetapan penghentian penuntutan “wajib” disampaikan kepada : 1 Tersangka atau keluarganya atau penasehat hukumnya; 2 Disampaikan kepada pejabat rumah tahanan negara, jika kebetulan tersangka berada dalam tahanan. Jika terdakwa tidak berada dalam trahanan, tentu tidak ada kewajiban hukum bagi penuntut umum untuk menyampaikan turunan penetapan penghentian penuntutan kepada pejabat rumah tahanan negara; 3 Kepada penyidik; 4 Kepada hakim”. Rasio dari perlunya penghentian penuntuan disampaikan kepada penyidik dan hakim adalah untuk bertujuan saling melakukan pengawasan terhadap penggunaan wewenang penghentian penuntutan. Bagi penyidik pemberitahuan ini membuka kemungkinan baginya untuk mengajukan keberatan kepada pra-peradilan tentang sah tidaknya penghentian penuntutan dimaksud. 150 150 Ibid., hal. 439. Penghentian penuntutan tidak dengan sendirinya menurut hukum melenyapkan hak dan wewenang penuntut umum untuk melakukan penuntutan kembali perkara tersebut. Penuntutan kembali perkara yang dihentikan, bisa terjadi disebabkan 2 dua hal, yaitu : Universitas Sumatera Utara a. “Jika ternyata di kemudian hari ditemukan “alasan baru”. Alasan baru yang disebut Pasal 140 ayat 2 huruf d. KUHAP, penjelasan pasal itu menegaskan: “alasan baru tersebut diperoleh penuntut umum dari penyidik yang berasal dari keterangan tersangka, saksi, benda, atau petunjuk yang baru kemudian diketahui didapat”. Dari penjelasan pasal ini, dapat dilihat, jika kemudian penyidik menemukan hal-hal baik baru baik yang berupa keterangan yang berasal dari tersangka, saksi, maupun saksi ahli ataupun yang bersumber dari benda bukti, jika hal-hal baru itu dianggap penuntut umum cukup untuk menuntut terdakwa, perkara semula yang telah dihentikan penuntutannya dapat dituntut kembali. Hanya yang menjadi pertanyaan bagi kita apakah dalam penuntutan kembali ini, dilakukan dengan surat penetapan? Penuntutan kembali suatu perkara yang telah pernah dihentikan penuntutannya, dilakukan dengan “surat penetapan” yang “mencabut” surat penetapan penghentian penuntutan terdahulu. Adalah logis sekali suatu surat penetapan harus pula dibatalkan dan dicabut dengan surat penetapan baru. Sebab dengan tindakan penuntutan kembali suatu perkara yang telah dihentikan penuntutan, berarti penuntutan kembali itu sendiri mengandung makna pencabutan atas penghentian penuntutan terdahulu. Oleh karena itu agar semua tindakan penegakan hukum tertuang dalam suatu dokumentasi administrasi yang baik, sangat beralasan untuk mengeluarkan surat penetapan baru atsa penuntutan kembali suatu perkara yang telah pernah dihentikan penuntutannya; b. Penuntutan kembali harus dilakukan apabila keputusan praperadilan menetapkan penghentian penuntutan yang dilakukan penuntut umum tidak sah menurut hukum.Dengan adanya penetapan praperadilan yang menentukan penghentian penuntutan tidak sah, dengan sendirinya mewajibkan penuntut umum untuk segera melimpahkan perkara tersebut ke sidang pengadilan. Dalam kejadian seperti ini dengan sendirinya penetapan hakim praperadilan merupakan penetapan yang membatalkan dan mencabut penetapan penghentian penuntuan yang dikeluarkan penuntut umum. Oleh karena itu dalam hal penghentian penuntutan dibatalkan berdasar putusan praperadilan, penuntut umum tidak perlu lagi mengeluarkan penetapan baru yang berisi pembatalan dan penuntutan kembali perkara yang bersangkutan, sebab dengan putusan praperadilan sekaligus tercakup pembatalan penghentian penuntutan serta penetapan untuk melakukan penuntutan kembali. Memperhatikan ketentuan yang memungkinkan penuntutan kembali suatu perkara yang telah dihentikan penuntutan, penghentian penuntutan itu merupakan “penangguhan” penuntutan sementara sampai: 1 Ada ditemukan hal-hal baru; 2 Sampai ada keputusan praperadilan yang menentukan sah atau tidaknya penghentian penuntutan”. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian penangguhan penuntutan “tidak bersifat permanen”. Sewaktu-waktu penuntutan dapat dilakukan kembali oleh penuntut umum. Atau sewaktu-waktu ketetapan penghentian penuntutan dicabut, jika penuntut umum memperoleh hal-hal baru dari penyidik. Sebagaimana yang telah disinggung di atas, Pasal 80 KUHAP memberi kemungkinan untuk mengajukan keberatan atas penghentian penuntutan atas suatu perkara. Secara teknis yuridis terhadap penghentian penuntutan perkara yang dilakukan oleh penuntut umum, dapat diajukan permintaan pemeriksaan oleh pihak yang berkepentingan. Tujuan permintaan pemeriksaan atas penghentian penuntutan, merupakan upaya pengawasan terhadap oenuntut umum agar dalam mempergunakan wewenang penghentian itu tidak sesuka hati, dan tidak dengan cara manipulasi yang bertentangan dengan hukum. Juga disamping merupakan pengawasan dari kemungkinan penyalahgunaan wewenang, pemeriksaan penghentian penuntutan dimaksudkan sebagai upaya “koreksi”. Penuntut umum sebagai manusia tidak luput dari kesalahan dan keteledoran. Maka dengan dimungkinkan penghentian itu diajukan ke praperadilan kelalaian dan keteledoran penuntut umum diharapkan dapat dikoreksi praperadilan, kedalam proporsi yang tepat. Beberapa keberatan terhadap penghentian penuntutan dapat dilakukan oleh dan diajukan kepada: a. Yang berhak mengajukan : 1 Penyidik; dan 2 Pihak ketiga yang berkepentingan. Universitas Sumatera Utara Tentang permintaan pemeriksaan yang dilakukan penyidik atas penghentian tersebut adalah wajar. Kemungkinan terjadi perbedaan penilaian antara penyidik dan penuntut umum. Untuk mencari penyelesaian atas perbedaaan penilaian undang- undang memberi hak kepada penyidik untuk mengajukan permintaan pemeriksaan atas penghentian penunhtutan. Demikian juga pihak ketiga yang berkepentingan, yaitu mereka yang telah menderita sebagai korban keganasan tindak pidana, wajar diberi hak mengajukan permintaan pemeriksaaan atas penghentian penuntutan. Hal seperti ini sering menjadi pembicaraan umum selama ini dalam soal tindak pidana kejahatan yang diatur Pasal 359 dan 350 KUHP. Sering orang yang menjadi korban merasa heran, mengapa terhadap pelaku tidak dilakukan penyidikan atau penuntutan. Dengan berlakunya KUHAP, pihak korban sebagai pihak ketiga yang berkepentingan, dapat mengajukan permintaan pemeriksaan atas penghentian penuntutan. b. Permintaan diajukan kepada pra-peradilan. Pihak yang diberi hak untuk megajukan permintaan pemeriksaan terhadap penghentian penuntutan, dapat mengjukn kepad pengadilan negeri setempat agar sah atau tidaknya penghentian diperiksa dan diputus oleh sidang praperadilan. Akan tetapi pengajuan adalah hak yang diberi undang-undang kepada penyidik dan pihak ketiga yang berkepentingan. Tergantung kepada mereka apakah akan mempergunakan haknya atau tidak. Selama tidak ada diajukan keberatan, praperadilan tidak berwenang untuk menilai sah atau tiudaknya penghentian penuntutan. Universitas Sumatera Utara

B. Penghentian Penyidikan dan Penuntutan Dalam Tindak Pidana Menurut