jaksa yang bersifat ganda karena sebagai jaksa: “Mempunyai kekuasaan dan wewenang yang berfungsi sebagai administrator dalam penegakan hukum yang
merupakan fungsi eksekutif, sementara itu ia harus membuat putusan-putusan agak bersifat yustisial yang menentukan hasil suatu perkara pidana, bahkan hasilnya
final”.
59
Menurut Stanley Z. Fisher, sebagai penegak hukum, jaksa bertugas menuntut yang bersalah; menghindarkan keterlambatan dan tunggakan-tunggakan perkara
yang tidak perlu terjadi; karena jaksa mempunyai kedudukan sebagai pengacara masyarakat yang penuh antusias. Berdasarkan kedudukan jaksa sebagai pengacara
masyarakat tersebut, ia akan senantiasa mengusahakan jumlah penghukuman oleh hakim yang sebanyak-banyaknya sementara sebagai ”setengah hakim” atau sebagai
”hakim semu”, jaksa juga harus melindungi yang tidak bersalah dan mempertimbangkan hak-hak tersangka. Untuk melakukan tugas-tugas tersebut, jaksa
diberi wewenang menghentikan proses perkara sehingga jaksa harus berperilaku sebagai seorang pejabat yang berorientasi pada hukum acara pidana dan memiliki
moral pribadi yang tinggi sekali.
60
2. Kerangka Konsep
Selanjutnya, untuk menghindari kesalahpahaman atas berbagai istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka berikut akan dijelaskan maksud dari istilah-
istilah sebagai berikut:
59
Ibid ., hal. 11.
60
Ibid ., hal. 11-12.
Universitas Sumatera Utara
a. Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta
wewenang lain berdasarkan undang-undang;
61
b. Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang
untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim;
62
c. Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau Pejabat
Pegawai Negeri Sipil PPNS tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan;
63
d. Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara
ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Hukum Acara Pidana dengan permintaan supaya diperiksa
dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan;
64
e. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta
61
Lihat : Pasal 1 angka 1, Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
62
Lihat : Pasal 1 angka 2, Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
63
Lihat : Pasal 1 angka 1, Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
64
Lihat : Pasal 1 angka 3, Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya;
65
f. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang;
66
g. Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan SKP2 adalah surat perintah
yang dikeluarkan oleh Kejaksaan apabila hasil penyidikan yang dilimpahkan ke Penuntut Umum, ternyata dapat dibuktikan perbuatan
tersangka dalam peristiwa hukumnya bukan merupakan tindak pidana;
67
h. Surat Perintah Penghentian Penyidikan SP3 adalah merupakan surat
pemberitahuan dari Penyidik kepada Penuntut Umum bahwa perkara dihentikan penyidikannya. Penghentian penyidikan merupakan salah satu
dari kewenangan Penyidik;
68
65
Lihat : Pasal 1 angka 2, Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
66
Lihat : Pasal 1 angka 5, Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
67
Osman Simanjuntak, Teknik Penuntutan dan Upaya Hukum, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1995, hal. 86. Lihat juga : M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan
dan Penerapan KUHAP Bagian Penyidikan dan Penuntutan , Jakarta: Sinar Grafika, 2000, hal.
426.
68
Lihat : Pasal 109 ayat 2, Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana, menyatakan bahwa : “Dalam hal penyidik menghentikan penyidikan
karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum, maka penyidik memberitahukan hal itu kepada penuntut
umum, tersangka atau keluarganya”.
Universitas Sumatera Utara
i. Asas oportunitas adalah suatu asas yang menyatakan agar tidak menuntut
terhadap satu tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan kepentingan umum.
69
G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian
Sesuai dengan tujuannya, penelitian ini bersifat deskriptif-analitis,yaitu untuk menggambarkan, menganalisa, menelaah, dan menjelaskan secaraanalisis berkaitan
dengan permasalahan yang dikemukakan.
70
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatanyuridis normatif yang mengutamakan tinjauan dari segi peraturan hukumyang berlaku serta
data-data maupun dokumen-dokumen yang mempunyaikaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.
Penelitian ini menggambarkan sejauh mana peraturan perundang-undanganmengatur penghentian penuntutan, berguna
sebagai rambubagi para jaksa dalam menjalankan jabatannya.
2. Jenis Penelitian