Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bayi prematur berberat badan lahir rendah atau bayi prematur BBLR adalah masalah kesehatan umum yang terjadi baik di negara maju maupun di negara berkembang. 1 Menurut penelitian Dwi Retnoningrum, kejadian bayi prematur BBLR di Indonesia pada tahun 2003 sebesar 90 per 1000 kelahiran sedangkan di Amerika Serikat mencapai 10 dari jumlah seluruh kelahiran. 2,3 Menurut WHO, bayi prematur berberat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram dan lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan. 2 Bayi prematur berberat badan lahir rendah memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi selama periode neonatal dibandingkan bayi berberat badan lahir normal. 3 Bayi prematur berberat badan lahir rendah yang berhasil bertahan hidup biasanya menderita gangguan pada sistem saraf, pernafasan, anomali kongenital dan komplikasi lain yang membutuhkan perawatan intensif. 4 Beberapa faktor risiko yang dihubungkan dengan bayi prematur BBLR diantaranya usia ibu hamil yang terlalu tua 34 tahun dan terlalu muda 17 tahun, status sosial ekonomi yang rendah, perawatan prenatal yang inadekuat, obat-obatan, alkohol dan tembakau, hipertensi, diabetes, dan bayi kembar. Faktor lainnya yang juga berpengaruh pada bayi prematur BBLR adalah infeksi periodontal. Infeksi periodontal mempengaruhi kehamilan melalui bakteri gram negatif anaerob dan ix 1 komponennya seperti lipopolisakarida yang dapat memicu pelepasan modulator imun seperti PGE 2 dan TNF - α , yang secara normal dibutuhkan dalam proses kelahiran. 4 Pada tahun 1996, Offenbacher meneliti korelasi antara periodontitis dan kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah. Penelitian ini dilakukan pada 124 wanita hamil dan wanita yang telah melahirkan. Hasilnya diperoleh bahwa wanita yang memiliki bayi prematur berberat badan lahir rendah menderita periodontitis yang lebih buruk dari pada wanita yang memiliki bayi berberat badan lahir normal. Offenbacher juga menemukan bahwa wanita dengan periodontitis 7.5 kali lebih berpotensi memiliki bayi prematur berberat badan lahir rendah daripada wanita dengan rongga mulut yang sehat. 5 Pada penelitian Dwi Retnoningrum yang dilakukan di RS. DR. Kariadi Semarang diperoleh bahwa wanita dengan periodontitis mempunyai risiko 8,75 kali mengalami kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah daripada wanita dengan rongga mulut yang sehat. 2 Di Medan, penelitian ini belum pernah dilakukan. Perawatan kesehatan prenatal yang komprehensif termasuk menjaga kesehatan rongga mulut sering diabaikan. Hanya 22-34 perempuan di Amerika Serikat yang berkonsultasi dengan dokter gigi selama kehamilan. Bahkan ketika masalah di rongga mulut terjadi, hanya setengah dari wanita hamil yang memperhatikan hal itu. Masalah ini diperparah oleh kurangnya petunjuk klinis untuk pengelolaan keadaan rongga mulut selama kehamilan. Perawatan kesehatan rongga mulut pada masa kehamilan sering dihindari dan disalahpahami oleh dokter, dokter gigi, dan pasien. 6 Atas dasar tersebut penulis merasa perlu untuk meneliti lebih lanjut adanya pengaruh periodontitis pada terjadinya kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat terutama ibu hamil tentang pentingnya kesehatan gigi dan rongga mulut sehingga timbul kesadaran untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan rongga mulutnya dan diharapkan nantinya dokter gigi dapat meningkatkan peranannya dalam memperbaiki taraf kesehatan gigi masyarakat, khususnya wanita hamil.

1.2 Rumusan Masalah