dari Pajak Reklame, apakah memberikan pengaruh terhadap peningkatan Pendapatan Asli DaerahPAD?
Oleh karena itulah, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
“PENGARUH PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PAD Studi pada Dinas
Pendapatan Kabupaten Nias “. 1.2 Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Seberapa besar pengaruh pemungutan Pajak Reklame
terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD di Kabupaten Nias ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Sebagaimana permasalahan yang penulis kemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang:
a. Untuk mengetahui berapa jumlah penerimaan Pajak Reklame yang dapat diraih
oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Nias tiap tahunnya dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
b. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh Pajak Reklame yang dimiliki
Kabupaten Nias dalam meningkatkan Pendapatan Asli daerah.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :
A. Manfaat Secara Teoritis
1. Menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa dan pemerhati masalah Pendapatan Asli Daerah khususnya tentang pajak reklame.
2. Memperoleh pengetahuan tentang potensi pajak reklame, serta berbagai hal tentang pajak reklame di Kabupaten Nias.
B. Manfaat Secara Praktis
Sebagai bahan masukan kepada Dinas Pendapatan Kabupaten Nias mengenai pengaruh pemungutan pajak reklame terhadap peningkatan
pendapatan asli daerah. C.
Manfaat Secara Akademis
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Strata-1 di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Sumatera Utara.
1.5 Kerangka Teori
Kerangka teori ini diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab itu merupakan pedoman berpikir bagi peneliti. Oleh karena itu, seseorang peneliti harus
terlebih dahulu memiliki suatu kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilihnya.
Selanjutnya, menurut Hoy dan Miskel Sugiyono, 2009:54 menyebutkan bahwa teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk
mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. Dalam penelitian ini, adapun yang menjadi kerangka teori adalah :
1.5.1 Pendapatan Asli Daerah 1.5.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Marihot P. Siahaan, 2005:15. Pemerintahan daerah yang berotonom diharapkan mampu mengatur dan
mengurus sendiri urusan-urusan pemerintahan yang menjadi urusan pada setiap pemerintahan lokal local government yang menjalankannya. Setiap pemerintahan
daerah yang berotonomi harus mampu menggali sumber keuangan daerahnya. Di antara berbagai jenis penerimaan daerah yang menjadi sumber daya
sepenuhnya dapat dikelola oleh daerah adalah Pendapatan Asli Daerah PAD. Dimana, Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu komponen sumber penerimaan keuangan
daerah, di samping penerimaan lain berupa dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain- lain penerimaan yang sah, dan juga sisa anggaran tahun sebelumnya dapat ditambahkan
sebagai sumber pendanaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Keseluruhan bagian penerimaan tersebut setiap tahun tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah APBD. Meskipun Pendapatan Asli Daerah PAD tidak seluruhnya dapat membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD, tetapi proporsi PAD
terhadap total penerimaan tetap merupakan indikasi “derajat kemandirian” keuangan suatu pemerintah daerah Santoso, 1995:20.
Koswara 2000:50 menyatakan bahwa ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonomi mampu berotonom terletak pada kemampuan keuangan daerah.
Maksudnya adalah daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali
sumber-sumber keuangan sendiri. Mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya.
Ketergantungan kepada pemerintah pusat harus diusahakan seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah PAD harus menjadi sumber keuangan terbesar yang didukung
dengan kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan daerah.
Untuk itu upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah daerah baik secara intensifikasi maupun secara ekstensifikasi
dengan maksud agar daerah tidak terlalu mengandalkan atau menggantungkan harapan pada pemerintah tingkat pusat, tetapi harus mampu secara mendiri dalam menggali dan
mencari sumber-sumber penerimaan daerah sesuai dengan cita-cita otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
Maka dari pada itu, Kabupaten Nias melalui Dinas Pendapatan Kabupaten Nias melakukan berbagai berusaha dalam menggali potensi daerah untuk meningkatkan
pemasukan daerah untuk mencapai suatu daerah yang berotonom sehingga dapat meminimalisir ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat dalam membiayai
penyelenggarakan Pemerintahan Daerahnya sendiri. Adapun strategi yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Nias untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah adalah
diantaranya melalui : a Program Intensifikasi, meliputi aspek Kelembagaan dan Ketatalaksanaan
Pengelolaan PAD, Program Peningkatan Kapasitas SDM yaitu dengan lebih mengikutsertakan tenaga teknis pada diklat struktural maupun fungsional.
b Program Ekstensifikasi, yaitu melalui Ekstensifikasi adalah melalui pengembangan dan penggalian sumber-sumber pendapatan daerah yaitu melalui kegiatan
Pengawasan Obyek Pajak Daerah, Pengembangan Pajak Daerah dan menumbuhkan partisipasi wajib pajak. Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Nias
1.5.1.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan
Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan lain
asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas
desentralisasi. Ahmad Yani, 2002:51 Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, adapun yang merupakan
sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari: 1.
Pajak Daerah 2.
Retribusi Daerah 3.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Marihot, 2005 : 15 Melalui Dinas Pendapatan Kabupaten Nias, adapun yang menjadi sumber
Pendapatan Asli Daerah yang terdapat di Kabupaten Nias dapat kita lihat dari tabel Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Perjenis Penerimaan di Kabupaten Nias dapat dilihat
dibawah ini : Tabel 1.2
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Perjenis Penerimaan Kabupaten Nias Tahun 2005-2010 Rupiah
No. Jenis
Penerimaan 2005
2006 2007
2008 2009
2010 1.
Pajak Daerah
328.082.555 357.184.034
493.968.823 633.174.560
729.698.927 787.133.228
2. Retribusi
Daerah 443.630.924
509.337.048 617.110.428
838.539.729 919.107.824
846.439.582
3. Bagian
Laba Perusahaan
Milik Daerah
4 Lain-lain
PAD yang sah
429.691.496 500.183.675
353.571.001 21.842.000
457.885.000 665.721.036
Jumlah 906.130.675
1.366.704.757 1.464.650.252
1.471.736.131 2.106.691.751
2.299.293.846
Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Nias 2005-2010 Dari melihat tabel 1.2 diatas, dapat dijelaskan bahwa Pajak Daerah menempati
urutan kedua yang memiliki jumlah penerimaan terbanyak dibandingkan dengan jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah lainnya. Walaupun demikian, Jumlah Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah semakin meningkat tiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa Pajak Daerah memiliki pengaruh dalam hal peningkatan penerimaan Pendapatan Asli
Daerah selain penerimaan Retribusi Daerah dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
sah. Oleh karena itu, sumbangan Pajak Daerah cukup berperan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang salah satu Pajak Daerah itu adalah Pajak Reklame.
Dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD daerah dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya
tinggi dan dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan eksporimpor.
Yang dimaksud dengan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan biaya tinggi adalah peraturan daerah yang mengatur pengenaan pajak dan retribusi oleh daerah
terhadap objek-objek yang telah dikenakan pajak oleh pusat dan provinsi sehingga menyebakan menurunnya daya saing daerah. Pungutan yang dapat menghambat
kelancaran mobilitas penduduk, lalu lintas barang, dan jasa antar daerah dan kegiatan eksporimpor misalnya retribusi izin masuk kota dan pajakretribusi atas
pengeluaranpengiriman barang dari satu daerah ke daerah lain. Ahmad Yani, 2002:52
1.5.2 Pajak Daerah
Pajak Daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan di daerah dan pembangunan daerah. Ahmad
Yani, 2002:45 Undang-undang No.28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
menguraikan bahwa pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutama oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mengambil imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Adapun jenis-jenis pajak kabupatenkota menurut undang-undang No.28 Tahun 2009 tersebut adalah:
a. Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
b. Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
c. Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
d. Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.
e. Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. f.
Pajak mineral bukan logam dan batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan atau
permukaan bumi untuk dimanfaatkan. g.
Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir dalam badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. h.
Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah. i.
Pajak sarang burung wallet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung wallet.
j. Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan adalah pajak atas bumi dan
atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan. k.
Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Wardi, 2010:29
1.5.2.1 Pajak Reklame
Berdasarkan peraturan daerah Nomor 7 tahun 1998, yang dimaksud dengan Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat,
perbuatan atau media yang bentuk atau corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum
terhadap barang, jasa, orang, atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, danatau dinikmati oleh umum.
Berdasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 7 tahun 1998 pasal 2, menyebutkan bahwa Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame
termasuk tanda usaha atau merek tempat usaha yang pada hakekatnya bertujuan komersil untuk memperkenalkan suatu jasa usaha untuk menarik perhatian umum atas usaha
penjualan barang-barang yang diperdagangkan. Adapun yang menjadi Objek Pajak berdasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 7 tahun 1998 meliputi;
a. Reklame papanbillboardvideotronmegatron dan sejenisnya;
Reklame papan atau billboard adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kayu, plastik, fibre glass, mika, plastik kaca, batu,
logam, alat penyinar atau bahan lain yang berbentuk lampu pijar atau antara lain yang bersinar yang dipasang pada tempat yang disediakan berdiri sendiri
atau dengan cara digantungkan atau ditempelkan. b.
Reklame kain; Reklame kain adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan
bahan kain, dan atau bahan lain yang sejenis dengan itu. Reklame kain contohnya adalah umbul-umbul, reklame jenis ini sering digunakan pada
acara-acara insidentiil, atau acara-acara tertentu saja.
c. Reklame melekat, stiker;
Reklame melekat atau stiker atau poster adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara diberikan atau dapat diminta
untuk ditempelkan, dipasang, pada suatu benda milik pribadi atau prasarana umum.
d. Reklame selebaran;
Reklame selebaran adalah reklame yang berbentuk selebaran lepas diselenggarakan dengan cara diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan
tidak untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang, digantungkan, pada suatu benda lain.
e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
Reklame berjalan adalah reklame yang berpindah dari lokasi satu atau ke lokasi lain dengan suara atau tidak dengan suara. Reklame pada Bis yang
berjalan dengan iklan ban mobil, jamu tradisional dan mie instans adalah contoh reklame berjalan.
f. Reklame udara
adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan gas, pesawat, atau alat lain yang sejenis. Reklame ini digunakan pada saat
insidentiil saja misalnya launching produk. g.
Reklame suara; Reklame suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan
kata-kata yang diucapkan dengan atau yang ditimbulkan dari atau oleh penggunaan alat atau pesawat apapun, reklame jenis ini jarang sekali
digunakan tetapi bukan berarti tidak pernah, karena dirasa kurang efektif untuk berpromosi menurut pendapat para wajib pajak maupun biro reklame.
h. Reklame filmslide;
Reklame film atau slide adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahan-bahan yang sejenis,
sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau dipancarkan pada layar atau benda lain yang ada di ruangan.
i. Reklame peragaan;
Reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara. Marihot,
2005:325 Sedangkan yang tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 7 tahun 1998 pasal 3 adalah: 1.
Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintahan Daerah; 2.
Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian; 3.
Penyelenggaraan Reklame untuk Kegiatan Sosial Keagamaan. Adapun yang dimaksud dengan Subjek Pajak dan Wajib Pajak Reklame
berdasarkan Peraturan Daerah kabupaten Nias nomor 7 tahun 1998 adalah Subjek Pajak Reklame merupakan orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau memesan
reklame sedangkan Wajib Pajak Reklame merupakan orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame.
1.5.2.2 Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Reklame
Berdasarkan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Nias nomor 973 menetapkan dasar pengenaan tarif cara perhitungan Pajak Reklame yaitu dengan
memperhatikan Nilai Sewa Reklame adalah Biaya yang dikenakan kepada wajib
PajakSubjek Pajak atas pelaksanaan reklame. Dimana Nilai Sewa Reklame didasarkan atas :
1. Nilai Jual Objek Pajak Reklame, merupakan biaya yang dikenakan kepada
Subjek Pajak yang ingin memakai Reklame. Maksudnya, Subjek Pajak sebelum menggunakan reklame harus dikenakan biaya dalam hal membeli Objek Pajak
mis: SpandukBaliho, dsb dari Dinas Pendapatan Kabupaten Nias. Dimana biayanya ditentukan oleh faktor :
a. Biaya PembuatanPemasangan reklame;
b. Biaya Pemeliharaan Reklame;
c. Lamanya Pemasangan Reklame;
d. Jenis Reklame yang dipasang
Dimana biaya Nilai Jual Objek Pajak Reklame disesuaikan berdasarkan perkembangan harga pasar dan kesepakatan antara Dinas Pendapatan Kabupaten
Nias dengan pihak pengguna reklame yang kemudian disetujui oleh Kepala Daerah.
2. Nilai Strategis Pemasangan Reklame.
Yang dimaksud dengan Nilai Strategis Lokasi Reklame adalah ukuran nilai yang ditetapkan pada titik lokasi pemasangan reklame tersebut berdasarkan
kriteria kepadatan pemanfaatan tata ruang kota untuk berbagai aspek kegiatan dibidang usaha yang ditetapkan berdasarkan keputusan Kepala Daerah dan
ditetapkan Tarif Pajak sebesar 25 dari nilai sewa reklame. Dimana Nilai Strategis Pemasangan Reklame ditentukan oleh faktor :
a. Lokasi Reklame
b. Luas reklame
c. Sudut pandang reklame
d. Kelas Jalan.
Untuk menghitung Nilai Strategis, masing-masing faktor diberikan bobot dan skor dan dibedakan ke dalam 2 klasifikasi yaitu :
a. Untuk ibu Kota Kabupaten
Nilai Strategis = 64,52 b.
Untuk Ibu Kota KecamatanDesa Nilai Strategis = 54,84
Adapun perhitungan Nilai Sewa reklame dapat dilihat dari tabel Lokasi, Luas Reklame, Sudut Pandang dan Kelas Jalan serta Bobot dan Score masing-masing faktor
dibawah ini : Tabel 1.3
Perhitungan Nilai Sewa berdasarkan Lokasi, Luas Reklame, Sudut Pandang dan Kelas Jalan serta Bobot dan Score masing-masing faktor
No. Lokasi
Score Luas
Reklame m
Score Sudut
Pandang Score
Kelas Jalan
m Score
Bobot 30
15 15
15
1. Ibu Kota
Kabupaten Ruang
Terbuka 5
20,5-25 5
4 8
6-10 5
2. Ibu Kota
4 15,5-20
4 3
6 5,5-6
4
Kabupaten Ruang
Tertutup 3.
Ibu Kota Kecamatan
Ruang Terbuka
3 10,5-15
3 2
4 4,5-5
3
4. Ibu Kota
Kecamatan Ruang
Tertutup 2
5,5-10 2
1 2
3,5-4 2
5. Desa
1 0,5-5
1 -
1 8
1
Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Nias 2005-2010 Adapun cara Perhitungan Pajak reklame yaitu :
Keterangan : NJOP : Biaya Bahan + Upah Pembuatan Reklame
NS : Nilai Strategis
1.5.2.3 Tata Cara Pendaftaran, Pendataan dan Pembayaran Reklame
Berdasarkan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Nias nomor 973 menetapkan tata cara pendaftaran dan pendataan reklame yaitu diantaranya :
Pajak Reklame = NJOP x NS + NJOP x Tarif Pajak x Lama Pemasangan NJOP x NS + NJOP x 25 x 12 Bulan
1. Untuk mendapatkan izin reklame, maka dilaksanakan pendaftaran Wajib Pajak
WP baik yang berdomisili didalam maupun diluar wilayah Kabupaten Nias dengan mempersiapkan dokumen yang disediakan oleh Dinas Pendapatan
Kabupaten Nias berupa formulir pendaftaran pajak dan pendataan. 2.
Formulir tersebut di isi Wajib Pajak WP secara lengkap, benar dan jelas dan ditandatangi oleh Wajib Pajak WP atau kuasanya dan dikembalikan kepada
Petugas Dinas Pendapatan Kabupaten Nias dalam jangka waktu paling lambat lima belas 15 hari setelah berakhirnya masa pajak.
3. Petugas Dinas Pendapatan mencatat formulir pendaftaran dan pendataan yang
dikembalikan oleh Wajib Pajak dalam Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan Nomor Urut yang digunakan sebagai NPWPD Nomor Pengguna Wajib Pajak
Daerah. 4.
NPWPD dicantumkan pada setiap dokumen Perpajakan Daerah. Sehingga Wajib Pajak yang telah memiliki NPWPD setiap awal tahun pajak atau masa pajak
hanya mengisi SPTPD Surat Pemberitahuan Pajak Daerah. 5.
Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, maka pajak yang terhutang akan dihitung secara jabaran dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan
25 dua puluh lima persen dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau
terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak tanggal terutangnya pajak.
6. Seluruh data perpajakan yang diperoleh dari daftar isian dokumenformulir,
dihimpun dan dicatat maupun berkas atau kartu data yang merupakan hasil akhir akan dijadikan sebagai dasar perhitungan dan penetapan pajak terutang.
7. Pembayaran pajak reklame dilakukan di Kas Daerah Dinas Pendapatan
Kabupaten Nias atau tempat lain yang telah ditentukan Kepala Daerah dan dibayar secara cicilan angsuran maupun sekaligus lunas.
8. Bagi yang membayar dengan cara angsuran cicilan harus dilakukan secara
teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 dua persen sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.
9. Apabila pengguna reklame tidak membayar pajaknya selama 7 hari setelah
berakhirnya masalamanya reklame yang digunakannya, maka diberikan surat teguranperingatan dari Dinas Pendapatan Kab.Nias dan jika tidak dibayar selama
7 hari setelah dikeluarkannya surat teguranperingatan tersebut maka dikeluarkan surat paksa, dan apabila masih tidak membayar juga dalam jangka waktu 2x24
jam setelah dikeluarkannya surat paksa tersebut maka Dispenda mengeluarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan dan apabila masih belum dilunasi dalam
waktu 10 hari setelah dikeluarkan surat tersebut, maka Dispenda akan mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang
Negara terhadap barang yang telah disita
1.5.2.4 Jumlah Pemohon Izin Reklame
Adapun jumlah pemohon izin Reklame dari tahun 2005-2010 dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 1.4 Jumlah Pemohon Izin Reklame dari tahun 2005-2010
No. Tahun
Jumlah Orang
1. 2005
546 2.
2006 678
3. 2007
872 4.
2008 881
5. 2009
917 6.
2010 956
Jumlah 4.850
Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Nias Dari tabel 1.4 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah pemohon izin reklame dari
tahun 2005-2010 mengalami kenaikan tiap tahunnya. Hal ini membuktikan bahwa adanya keinginan masyarakat subjek pajak dalam menggunakan reklame. Dengan demikian,
semakin banyaknya orang subjek pajak yang menggunakan reklame, maka semakin menambah jumlah penerimaan Pajak Reklame.
1.5.3 Pengaruh Pemungutan Pajak Daerah terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
Dalam rangka kelancaran pembangunan daerah maka dibentuk daerah otonomi di tingkat kabupaten agar dapat dilaksanakan pembangunan sesuai
kemampuan dan pemberdayaan daerah. Dimana melalui otonomi ini, daerah akan lebih
mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan tidak terlalu aktif mengatur daerah.
Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom ataupun berotonom yaitu yang terletak pada kemampuan keuangan daerah. Artinya, daerah otonom harus memiliki
kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengolah, dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai
penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Pembiayaan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ini, sangat tergantung
pada sumber Pendapatan Asli Daerah terutama dalam pembiayaan pelayanan dasar pada masyarakat umum
. Berbicara masalah pembiayaan, idealnya pembiayaan daerah harus bertumpu pada Pendapatan Asli Daerah terutama dalam pembiayaan pelayanan dasar
pada masyarakat umum. Pajak daerah termasuk salah satunya adalah Pajak Reklame merupakan salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Mengingat Kabupaten Nias merupakan Kabupaten yang
sedang mengalami perkembangan baik dari segi pembangunan, perekonomian, maupun perdagangan. Dimana tuntutan dalam penggunaan reklamepun semakin banyak dan
sangat dibutuhkan oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri, baik digunakan dalam menyampaikan himbauan kepada masyarakat maupun penggunaan dalam hal
memperkenalkan usaha, ataupun jasa yang dilakukan oleh masyarakat. Hal ini memberikan dampak positif bagi penerimaan daerah yaitu Pajak Reklame. Sehingga
penerimaan dari Pajak Reklame tersebut, dapat menambah jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD, untuk digunakan dalam membiayai Pembangunan
Daerah dan Pemerintah Daerah Kabupaten Nias. Dengan demikian, pemungutan Pajak
Reklame ini, memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD di Kabupaten Nias.
“Dalam membiayai pembangunan salah satu upaya pemerintah daerah adalah menyerap dari sektor pajak dan retribusi, meskipun tidak kalah pentingnya pemasukan
dari berbagai sektor pendapatan yang lain. Upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah dapat dilakukan dengan cara peningkatan terhadap sumber daya yang sudah ada,dalam
hal ini adalah pajak daerah, yang salah satunya adalah Pajak Reklame”. Masyhuri, 2004: Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kudus Tahun
2000-2004
http:masyhuri.blogspot.com Karena itulah, Pajak Daerah khususnya Pajak Reklame sangat diharapkan dapat
memberikan pengaruh yang besar dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD. Sehingga daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri dan dalam rangka mencapai otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.
1.6 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, Dimana rumusan masalah penelitian dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Sugiyono,
2004:70
a Hipotesis Kerja Ha
”Adanya pangaruh pemungutan pajak reklame terhadap peningkatan pendapatan asli daerah di kabupaten Nias.”
b Hipotesis Nol Ho
“Tidak ada pengaruh pemungutan pajak reklame terhadap peningkatan pendapatan asli daerah di kabupaten Nias.”
1.7 Definisi konsep
Defenisi konsep merupakan unsur penelitian yang penting untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti Singarimbun, 1993:33. Selain itu tujuan
adanya konsep adalah untuk mendapatkan pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti. Maka untuk mendapatkan batasan yang jelas, penulis menggunakan defenisi
konsep dalam penelitian ini adalah: a.
Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Dimana reklame merupakan benda alat, pembuatan atau media menurut bentuk corak ragam
untuk tujuan komersial, menganjurkan atau memajukan suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dilihat, dibaca dan atau didengar dari suatu
tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh pemerintah. b.
Pendapatan Asli Daerah PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. c.
Pemungutan Pajak Reklame Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan kewajiban dan kewenangan dari Pemerintah Daerah yang
bertujuan untuk membiayai segala kegiatan pembangunan di daerah serta
dapat mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat sesuai dengan harapan yang diinginkan dalam otonomi daerah.
1.8 Definisi Operasional Definisi Operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan