BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa dewasa awal merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja
dan akan memasuki tahap pencapaian kedewasaan dengan segala tantangan yang lebih beragam bentuknya. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal berkisar
pada pembinaan hubungan dengan orang lain, terutama hubungan dengan lawan jenis, yang ditandai dengan saling mengenal pribadi seseorang baik kekurangan
ataupun kelebihan masing-masing individu. Menurut pendapat Hurlock 1980, proses membentuk dan membangun hubungan personal dengan lawan jenis ini
dapat berlangsung melalui apa yang biasa disebut sebagai hubungan pacaran. Umumnya pacaran sudah dimulai sejak dewasa awal yang berada pada
rentang usia 18-40 tahun dan merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola hidup yang baru dan harapan sosial yang baru pula. Menurut Dacey dan Kenny
1997 pacaran adalah aktivitas sosial yang membolehkan dua orang yang berbeda jenis kelaminnya untuk terikat dalam interaksi sosial dengan pasangan yang tidak
ada hubungan keluarga. Selanjutnya, Sazton dalam Bowman, 1978, juga menyatakan bahwa pacaran adalah suatu peristiwa yang telah direncanakan dan
meliputi berbagai aktivitas bersama antara dua orang biasanya dilakukan oleh kaum muda yang belum menikah dan berlainan jenis. Pacaran juga didasarkan
karena adanya perasaan-perasaan tertentu didalam hati masing-masing. Perasaan-
Universitas Sumatera Utara
perasaan ini dapat berupa perhatian, rasa sayang dan cinta, ingin memiliki, selalu ingin didekatnya, perasaan rindu dan lain-lain.
Berdasarkan jarak, Hampton 2004 membagi pacaran Romantic Relationship dalam dua tipe yaitu Proximal Relationship PRs dan Long
Distance Relationship LDRs. Proximal Relationship dikenal sebagai pacaran lokal dimana pasangan-pasangan yang menjalin hubungan pacaran berada pada
lokasi yang sama. Long distance relationship adalah pacaran yang sering disebut dengan pacaran jarak jauh.
Mayntz 2006 menyatakan bahwa pada umumnya, pacaran jarak jauh terjadi pada pasangan yang telah bersama sebelumnya dan salah seorang dari
mereka harus ditempatkan ditempat lain karena adanya faktor pekerjaan, sehingga memaksa hubungan mereka terpisah oleh jarak. Knys 1989 juga menyatakan
pacaran jarak jauh adalah suatu hubungan antara dua pihak yang saling berkomitmen dimana individu tidak dapat selalu berada secara berdekatan satu
sama lain, dan tidak dapat bertemu ketika mereka saling membutuhkan, karena bersekolah atau bekerja pada kota yang berbeda, pulau yang berbeda, bahkan
negara ataupun benua yang berbeda. Menurut Ensiklopedia online wikipedia menjelaskan bahwa dalam
menjalani pacaran jarak jauh seseorang akan mengalami keterpisahan secara fisik, keterpisahan secara geografis, tidak dapat selalu bersama, bertempat tinggal
terpisah, memiliki keinginan untuk dapat bersama tetapi tidak dapat terpenuhi, tidak dapat berjumpa untuk waktu yang terhitung lama dan waktu untuk bersama
terbatas. Selanjutnya, Mary E. Rohlfing dalam Shumway,2003 dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitiannya mengenai hubungan pacaran jarak jauh, menyatakan bahwa hubungan pacaran jarak jauh memiliki sisi negatif, yaitu kedua belah pihak
memerlukan biaya yang cukup besar untuk mempertahankan hubungan dan hal ini biasanya sangat dirasakan oleh mahasiswa yang hidup dalam anggaran yang
terbatas. Mahalnya biaya telepon dan perjalanan jarak jauh menjadi kendali tersendiri. Selain itu, individu yang menjalani hubungan ini cenderung memiliki
pengharapan yang tinggi akan kualitas waktu yang dihabiskan bersama pasangan. Jika waktu berkunjung tidak sesuai dengan harapan, maka dapat menimbulkan
perasaan kecewa dan bahkan merasa kesepian. Menurut penelitian Stroube 2000, individu yang menjalani hubungan
pacaran jarak jauh akan merasakan kesepian. Apapun tipe kepribadiannya, baik introvert maupun ekstrovert individu yang menjalani pacaran jarak jauh, perasaan
kesepian pasti akan muncul pada diri individu tersebut, hanya cara mengatasinya saja yang berbeda. Selanjutnya, Baron Byrne 1997 juga menyatakan bahwa
pacaran jarak jauh akan menyebabkan rasa kesepian, hal ini dikarenakan keinginan memiliki hubungan interpersonal yang dekat, tetapi tidak bisa
mendapatkannya karena harus berpisah baik fisik maupun emosional. Keterpisahan fisik dengan orang yang selama ini dianggap dekat sering
kali menjadi pengalaman yang menyakitkan dan dapat mempengaruhi hampir setiap sisi dalam kehidupan. Ketika pasangan mengalami perpisahan dalam
menjalani hubungan pacaran jarak jauh, kemungkinan akan muncul kesepian Fischman, dalam Baron Byrne, 1997. Hal ini dikarenakan mereka sebelumnya
Universitas Sumatera Utara
telah menghabiskan waktu bersama, saling memberi dan menerima, mengekspresikan diri dan menjalankan komitmen bersama.
Menurut penelitian Blomqvist, Roustasalo Pitjaka 2003, kesepian adalah perasaan yang sangat dikhawatirkan, karena kesepian itu akan
menimbulkan dampak negative daripada dampak positifnya. Pada penelitian mereka, perasaan kesepian dapat menimbulkan depresi, konsentrasi yang
berkurang, dan bisa mengakibatkan kefatalan dan dapat merugikan diri sendiri. Kesepian merupakan fenomena yang universal dan hal tersebut didiagnosa
sebagai terminal illness Rokach,2000 dan kesepian merupakan masalah yang penting dan serius Fisiloglu Demir, 1999. Menurut Felman 1995 kesepian
adalah ketidakmampuan dalam menciptakan tingkat kepuasan afiliasi. Hal ini didukung oleh Brock 1997 yang menyatakan bahwa individu yang kesepian
berhubungan dengan perilaku menyimpang sebagai seseorang yang secara umum tidak terpuaskan.
Selain itu, Brehm 2002 mengatakan bahwa kesepian juga dapat muncul karena terjadi perubahan terhadap apa yang diinginkan seseorang dalam suatu
hubungan. Pada saat tertentu hubungan sosial yang dimiliki seseorang sangat memuaskan sehingga orang tersebut tidak mengalami kesepian, tetapi pada saat
yang lain, dimana hubungan tersebut telah terpisahkan oleh jarak dan tidak lagi saling bertemu. Kesepian diartikan oleh Peplau dan Perlman sebagai perasaan
dirugikan dan tidak terpuaskan yang dihasilkan dari kesenjangan antara hubungan sosial yng diinginkan dan hubungan sosial yang dimiliki dalam Brage, Meredith
Woodward, 1998. Menurut Robert Weiss dalam Santrock, 2003 kesepian
Universitas Sumatera Utara
merupakan reaksi dari ketiadaan jenis-jenis tertentu dari hubungan. Selanjutnya, menurut De Jong Gierveld 1987 kesepian sebagai suatu situasi dimana jumlah
atau kuantitas dari hubungan yang ada lebih kurang dari hubungan yang diinginkan, ataupun situasi dimana keintiman yang diharapkan tidak sesuai
dengan kenyataan Dalam Gierveld Havens, 2004. Kesepian terjadi didalam diri seseorang dan tidak dapat dideteksi dengan
hanya melihat orang tersebut, sehingga kesepian lebih bersifat subjektif yang dirasakan pada saat hubungan sosial. Kita mengalami suatu kekurangan yang bisa
bersifat kuantitatif seperti kita mungkin tidak mempunyai teman atau mempunyai sedikit teman dimana tidak seperti yang kita inginkan; dan dapat pula bersifat
kualitatif seperti kita merasa bahwa hubungan sosial kita kurang memuaskan dibandingkan dengan apa yang kita harapkan Sears dkk, 1999.
Weiss dalam Santrock, 2003 menyatakan adanya dua jenis kesepian yaitu isolasi emosional dan isolasi sosial yang berkaitan dengan tidak tersedianya
kondisi sosial yang berbeda-beda. Isolasi emosional emotional isolation adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika seseorang tidak memiliki ikatan
hubungan yang intim; orang dewasa yang lajang, bercerai, dan ditinggal mati oleh pasangannya sering mengalami kesepian jenis ini. Sebaliknya, isolasi sosial
social isolation adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika seseorang tidak memiliki keterlibatan dalam kelompok atau komunitas yang melibatkan
adanya kebersamaan, minat yang sama, aktivitas yang terorganisir, peran-peran yang berarti; suatu bentuk kesepian yang dapat membuat seseorang merasa
diasingkan, bosan dan cemas.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rubeinstein, Shaver Peplau dalam Brehm et.al, 2002 menyatakan ada empat kategori perasaan yang dirasakan oleh seseorang ketika
mengalami kesepian, yaitu: desperation, impatient boredom, self-deprecation, dan depression. Pertama, desperation merupakan perasaan putus asa, kehilangan
harapan, serta perasaan yang sangat menyedihkan sehingga seseorang mampu melakukan tindakan nekat. Kedua, impatient boredom merasakan perasaan bosan
yang tidak tertahankan, jenuh, serta tidak sabar. Ketiga, self-deprecation merupakan perasaan dimana seseorang tidak mampu menyelesaikan masalahnya,
mulai menyalahkan diri sendiri serta mengutuk diri sendiri. Keempat, depression merupakan perasaan emosional yang tertekan secara terus menerus yang ditandai
dengan perasaan bersalah, menarik diri dari orang lain. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik ingin mengetahui gambaran
kesepian pada mahasiswa yang menjalani pacaran jarak jauh. Subyek pada penelitian ini adalah mahasiswa karena sesuai yang dikatakan oleh Dellmann-
Jenkins, Bernard-Paolucci Rushing dalam Dainton Aylor, 2001 bahwa 25 -40 hubungan yang dijalani oleh mahasiswa dalam lingkungan universitas
merupakan pacaran jarak jauh.
B. Pertanyaan Penelitian