5. Dampak Kesepian
Kesepian pada umumnya akan menimbulkan berbagai dampak pada orang yang mengalaminya, antara lain:
1. Tingkat perasaan kesepian yang mendalam akan berhubungan dengan
berbagai masalah personal seperti depresi, pemakaian alcohol dan obat- obatan, penyakit fisik dan bahkan resiko kematian Taylor, Peplau
Sears, 2000. 2.
Kesepian disertai oleh berbagai emosi negative, seperti depresi, kekhawatiran, ketidakpuasan, dan menyalahkan diri sendiri Anderson,
dalam Baron Byrne,2000. 3.
Orang yang mengalami kesepian dapat tengelam dalam kepasifan yang menyedihkan, menangis, tidur, minum, makan, memakai obat penenang
dan menonton televise tanpa tujuan Deux, Dane Wrightsman, 1993.
6. Karakteristik Orang yang Kesepian
Menurut Myers 1999 orang yang kesepian Secara kronis kelihatan terjebak didalam lingkaran setan kegagalan diri dalam kognisi dan perilaku sosial.
Orang yang kesepian memiliki penjelasan yang negative terhadap depresi yang dialami, menyalahkan diri sendiri atas hubungan sosial yang buruk dan berbagi
hal yang berada diluar kendali Anderson Snodgrass, dalam Myers, 1999. Orang yang Loneliness cenderung menjadi Self-conscious dan memiliki
Self esteem yang rendah Cheek, Melcior Vaux dalam Myers, 1999 . Ketika
Universitas Sumatera Utara
berbicara dengan orang asing, orang yang kesepian lebih banyak membicarakan diri sendiri dan menaruh sedikit ketertarikan terhadap lawan bicaranya.
7. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kesepian
Tidak ada orang yang dapat kebal terhadap kesepian, tetapi beberapa orang memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami kesepian Taylor, Peplau Sears,
2000. Selanjutnya, menurut Brehm 1992 beberapa orang rentan terhadap kesepian dan beberapa orang lain tidak. Perbedaan ini berkaitan dengan usia,
status pernikahan dan gender. a.
Usia Orang yang berusia tua memiliki stereotype tertentu di dalam masyarakat.
Banyak orang yang menganggap semakin tua seseorang semakin merasa kesepian. Tetapi banyak penelitian yang membuktikan stereotype ini keliru. Berdasarkan
penelitian Ostrov Offer dalam Brehm, 1992 ditemukan bahwa orang yang paling kesepian justru berasal dari orang-orang yang berusia remaja dan dewasa
awal. Fenomena ini kemudian diteliti lagi oleh Perlman pada tahun 1990 Taylor, Peplau Sears, 2000 dan menemukan hasil yang sama bahwa kesepian lebih
tinggi diantara remaja dan dewasa awal dan lebih rendah diantara orang-orang yang lebih tua.
Menurut Brehm 1992 orang-orang yang lebih muda menghadapi banyak transisi sosial yang besar, seperti meninggalkan rumah untuk pertama kali,
merantau, memasuki dunia kuliah, atau memasuki dunia kerja full time untuk
Universitas Sumatera Utara
pertama kalinya, yang mana semuanya ini dapat menyebabkan kesepian. Sejalan dengan bertambahnya usia, kehidupan sosial mereka menjadi semakin stabil.
b. . Status Perkawinan
Secara umum, orang yang tidak menikah lebih merasa kesepian bila dibandingkan dengan orang menikah Freedman; Perlman Peplau; dalam
Brehm, 1992. Perbedaan ini diperhitungkan dengan membandingkan antara orang yang menikah dengan orang yang berceai Perlman Peplau; Rubeinstein
Shaver dalam Brehm, 1992. Ketika kelompok orang yang menikah dan kelompok orang yang belum menikah dibandingkan, kedua kelompok ini
menunjukan level kesepian yang sama Perlman Peplau dalam Brehm, 1992. Berdasarkan penelitian ini Brehm menyimpulkan bahwa kesepian lebih
merupakan reaksi terhadap kehilangan hubungan perkawinan marital relationship daripada ketidakhadiran dari pasangan suami istri pada diri
seseorang. c.
Gender Menurut Borys dan Perlman dalam Brehm, 1992 laki-laki lebih sulit
menyatakan kesepian secara tegas bila dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan oleh stereotype peran gender yang berlaku dalam masyarakat.
Berdasarkan stereotype peran gender, pengekspresian emosi kurang sesuaibagi laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan Borys Perlman, dalam Deaux,
Dane Wrightsman, 1993.
Universitas Sumatera Utara
d. Status Sosial Ekonomi
Weiss dalam Brehm et al, 2002 melaporkan fakta bahwa individu dengan tingkat penghasilan rendah cenderung mengalami kesepian lebih tinggi
dibandingkan individu dengan penghasilan tinggi. e.
Dukungan Sosial Ada berbagai pendapat yang mengemukaakn bahwa kesepian terkait
langsung denagn keterbatasan dukungan social. Fessman dan Lester 2000 menjelaskan bahwa dukungan social merupakan prediktor bagi munculnya
kesepian. Maksudnya disini adalah individu yang memperoleh dukungan sosial terbatas lebih berpeluang mengalami kesepin, sementara individu yang
memperoleh dukungan sosial yang lebih baik tidak terlalu merasa kesepian Gunarsa, 2004.
f. Karakteristik Latar Belakang yang Lain
Rubeinstein Shaver dalam Brehm, 1992 menemukan satu karakteristik latar belakang seseorang yang kuat sebagai prediktor. Individu dengan orang tua
yang bercerai akan lebih kesepian bila dibandingkan dengan individu dengan orang tua yang tidak bercerai. Menurut Brehm 1992 proses perceraian
meningkatkan potensi anak-anak dengan orangtua yang bercerai untuk mengalami kesepian ketika anak-anak tersebut dewasa.
Universitas Sumatera Utara
B. PACARAN DAN PACARAN JARAK JAUH 1. Pacaran