Mekanisme Pengujian Umum Eksperimen Torsi Pada Dinding Tipis Tampang Tertutup Persegi Panjang Tidak Berlubang

7. Beton dianggap yang paling dominan sehingga pemakaian tulangan hanya memakai tulangan Ø 4 mm. 8. Tegangan warping tidak ditinjau. 9. Pondasi yang digunakan adalah pondasi dangkal. 10. Analisis eksperimen menggunakan Teori Megson dan Teori Thin-Tube

1.5 Mekanisme Pengujian

Lokasi eksperimen adalah di areal Komplek Departemen Teknik Sipil USU tepatnya pada gedung J03 Gedung A. Core wall dibuat dari cor beton dengan tulangan minimum dimana diumpamakan seperti kolom dengan dinding tipis yang berpenampang persegi panjang dengan kondisi jepit bebas menjulang dari bawah sampai ke atas dengan ketinggian 1 meter. Dimana untuk mendapatkan kondisi diatas maka digunakan pondasi dangkal. Kolom dinding tipis ini dicor berdekatan dengan kolom permanen Gedung A. Fungsi dari kolom permanen adalah sebagai tumpuan bagi jack manometer pada saat melakukan pengujian. Setiap sisi pada ujung kolom dinding tipis diberikan pelat baja dengan cara dilas. Untuk sisi yang berhadapan dengan kolom permanen, pelat baja dilebihkan. Hal ini dimaksudkan sebagai tempat pemberian beban. Beban di berikan secara horizontal dengan kolom permanen yaitu dengan menggunakan jack manometer pada kondisi beton sudah mencapai umur 28 hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.1. Universitas Sumatera Utara Gambar 1.1 Kolom dinding tipis persegi panjang dengan pelat baja.

1.6 Metodoogi Penelitian

Adapun metodologi dan tahapan pelaksanaan yang digunakan dalam eksperimen tugas akhir ini adalah : 1. Penyediaan bahan-bahan material yang digunakan baik bahan penyusun material beton maupun tulangan. 2. Pekerjaan persiapan pada pondasi. 3. Pekerjaan penulangan dan bekisting. 4. Mix design campuran beton untuk K-250. 5. Pegecoran benda uji. 1 m Arah gaya Pelat baja Universitas Sumatera Utara 6. Pemberian beban dengan jack manometer. 7. Pengamatan kondisi benda uji ketika pemberian beban. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Dalam aplikasi konstruksi di lapangan, core wall umumnya ditempatkan pada tengah bangunan, tetapi kadang kala dapat dibangun pada tepi atau diluar bangunan sebagai tempat transportasi vertikal seperti untuk tangga, lift shaft untuk dakting dan lain-lain. Core wall bias bersifat massif yang dilemahkan oleh lubang-lubang seperti pembuatan lubang-lubang untuk pintu, pemberian kisi dan lain-lain. Pada tugas akhir ini penampang core wall adalah persegi panjang tidak berlubang pada sisinya. Core wall tanpa lubang pada sisinya jarang ditemukan di dalam praktek tetapi ini diberlakukan untuk tujuan penentuan dasar guna menganalisa efek dari lubang pada distribusi tegangan dan perpidahan. Bentuk-bentuk core wall bermacam-macam, bias mempunyai tipe kotak tunggal, tipe banyak kotak, bentuknya bisa seperti η, ∆, E, II dan lain-lain. Dan juga dapat terbuat dari baja, beton bertulang dan juga komposit. Keuntungan-keuntungan utama core wall dengan beton bertulang adalah beton bertulang mengizinkan penggabungan dari fungsi daya dukung dengan suatu ruang tertutup, dimana kekakuan lateral yang lebih tinggi dapat diperoleh. Dan juga resiko dari permasalahan kebakaran sangat kecil. Beton bertulang mempunyai karakteristik kekuatan tekan yang tinggi dan oleh karena itu cocok untuk sistem dengan gaya tekan tinggi seperti pada kasus struktur-struktur gantung. Universitas Sumatera Utara Bagaimanapun core wall, bagian-bagian vertikal dan horizontal lainnya dari struktur kadang-kadang bisa secara statis saling tergantung dan merupakan sistem statis yang bervariasi. Kadang-kadang, ada satu sistem yang seragam yang menahan kedua beban horizontal dan vertikal. Hal itu perlu juga dimasukkan dalam perhitungan biaya pada tahap pemasangan, struktur dapat gagal karena mengalami perilaku yang berbeda, ini menunjukkan sistem statika berbeda dan mendapatkan hasil struktur yang tidak diinginkan. Ada beberapa sistem dasar yang bisa dipertimbangkan dalam merencanakan core wall sebagaimana ditunjukkan di dalam gambar 2.1. antara lain: 1. Core wall dan kolom yang disebut sistem kolom 2. Core wall dengan struktur lantai kantilever yang dapat digolongkan sebagai struktur jepit bebas pada setiap lantai dipersatukan oleh pasangan struktur yang menyatu. 3. Core wall dengan kolom-kolom didiukung di satu grid alas, dimana di atas pondasi hanya ada struktur vertikal saja. 4. Core wall dengan lantai-lantai digantung pada grid atas 5. Core wall dengan kombinasi sistem dimana core wall dihubungkan dengan kolom pada grid atas dengan tujuan untuk memperoleh suatu sistem statis. Dari masing-masing sistem core wall tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Walaupun core wall dibangun dengan cara yang berbeda sistem dan bentuknya, pada tugas akhir ini yang akan diteliti adalah core wall yang dibuat pemodelan sederhana berpenampang persegi panjang kondisi jepit bebas, pada Universitas Sumatera Utara ujung core wall diberi gaya dari jack manometer pada salah satu sisi dan gaya tersebut sejajar dengan sisi pendeknya.

2.2 Bahan Penyusun Beton