2.2.2. Etiologi dan patogenesis
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan terjadinya kanker ovarium. Diantaranya diuraikan beberapa teori berikut.
a. Hipotesis incessant ovulation
Teori ini menyatakan bahwa pada saat ovulasi terjadi kerusakan jaringan pada sel ovarium yang berulang. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan
waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu sehingga dapat menimbulkan transformasi
menjadi sel-sel tumor Aziz, 2006. b.
Hipotesis Gonadotropin Teori ini menyatakan bahwa terjadi stimulasi berlebihan yang secara
langsung atau tidak langsung dari epitel permukaan ovarium. Peningkatan kadar hormon gonadotropin ini berhubungan dengan makin bertambah besarnya tumor
ovarium Aziz, 2006. c.
Hipotesis Androgen Teori ini didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Epitel ovarium selalu terpapar pada adrogenik steroid yang berasal dari ovarium itu sendiri dan kelenjar adrenal. Dalam percobaaan invitro androgen
dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan juga sel-sel kanker ovarium epitel dalam kultur sel aziz, 2006.
2.2.3. Faktor Resiko
Banyak faktor bisa mempengaruhi resiko timbulnya kanker ovarium diantaranya paritas, pil kontrasepsi, talk hydrous magnesium silicate, ligasi tuba,
terapi pengganti hormon Menopausal Hormone Therapy = MTH, dan faktor herediter. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan dengan paritas rendah lebih
beresiko terjadi kanker ovarium dibanding dengan multiparitas. Pada perempuan yang mengalami empat atau lebih kehamilan aterm, risiko terjadinya kanker
ovarium berkurang sebesar 40 dibanding dengan nulipara. Pemakaian pil kontrasepsi berdasarkan penelitian terjadi penurunan risiko terjadi kanker
ovarium, dengan risiko relatif 0,6 Aziz, 2006. Pemakaian talk pada perineum
Universitas Sumatera Utara
dilaporkan dapat meningkatkan risiko terjadi kanker ovarium dengan risiko relatif 1,9. Tapi, penelitian lain juga mengatakan bahwa pemakaian talk tidak ada
hubungannya Anwar, 2011. Ligasi tuba juga diduga dapat menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium dengan risiko relatif 0,3. Mekanisme ini terjadi karena
terputusnya akses talk atau karsinogen lainnya dengan ovarium. Terapi hormon pengganti pada masa menopause juga meningkatkan risiko relatif menjadi 1,5.
Stasus pascamenopause merupakan faktor risiko tinggi terjadinya kanker ovarium Irshad et al, 2013.
Tabel 2.1. Faktor Resiko Kanker Ovarium Meningkatkan Risiko
RR Menurunkan Risiko
RR
Talk 1,1-1,9
Pil kontrasepsi 0,6
MHT 1.
Estrogen saja 10 tahun 2.
Estrogen saja 20 tahun 3.
Estrogen + progestin 2,2
3,2 1,5
Ligasi tuba 0,3
Klomifen sitrat 12 siklus 11
Paritas tinggi 0,7
Riwayat keluarga kanker Ovarium
1. Ibu dari penderita
2. Saudara dari penderita
3. Anak dari penderita
1,1 3,8
6 Dikutip dari Aziz, 2006
Sumber lain juga mengatakan bahwa faktor risiko yang meningkatkan kejadian kanker ovarium ini dapat berupa peningkatan umur, obesitas, status
pascamenopause, riwayat keluarga dengan kanker payudara dan kanker colorectal yang disebabkan mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2, dan bahkan perempuan
yang menderita kanker payudara memiliki faktor risiko tinggi untuk menderita kanker ovarium. Faktor risiko lainnya yang menurunkan kejadian kanker ovarium
diantaranya kehamilan, pemberian ASI, dan diet rendah lemak American cancer society, 2014.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Gambaran Klinis